Jayapura, Teraspapua.com – Program pemilihan putra putri pariwisata kota Jayapura Tan dan Monj Port Numbay ini merupakan yang ke-10 kali selama kepemimpinan Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM dari periode pertama hingga periode kedua, hingga di penghujung periode ini.
Saat melakukan audiens dengan 20 finalis Tan dan Monj, Benhur Tomi Mano sembari tersenyum menceritakan awal dibuat program yang setiap momen HUT Kota Jayapura rutin digelar.
Menurut Benhur Tomi Mano, program ini dibuat, berawal ketika menempuh pendidikan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Departemen dalam negeri di Jakarta untuk mengambil S1.
“Di Jakarta, kami anak-anak IPDN di kampus IIP sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan di DKI Jakarta, baik itu departemen dalam negeri dalam penerimaan tamu maupun, kegiatan-kegiatan kenegaraan, Provinsi DKI Jakarta kami selalu dilibatkan,” tutur pria yang akrab disapah BTM itu.
Setelah hadir, saya menyaksikan dalam penerimaan tamu-tamu di situ ada Abang dan None Jakarta. Hal itu menjadi inspirasi, dan jika kembali akan membuat program yang saat ini dinamakan pemilihan Tan dan Monj Port Numbay dalam bahasa Tobati.
Selesai menjalani studi dan kembali ke Jayapura, saat itu belum ada pemilihan Wali Kota. Setelah kembali Benhur Tomi Mano ditempatkan di Kabupaten Jayapura di bagian pemerintahan.
Dia mengkisahkan, proses pendidikan dari sekolah dasar, yang mana sekolah di SD Negeri Kotaraja, setelah lulus lanjut ke SMP Muhammadiyah Yapis Abepura , ke jenjang berikut Benhur lanjut di SMA Negeri 1 Jayapura.
“Setelah lulus SMA saya lanjutkan studinya di APDN Jayapura kampus Yoka. Sebelumnya, Benhur juga mengaku telah mengikuti kuliah di Universitas Cenderawasih. Padahal saat itu saya menjalani seleksi di APDN maupun di Universitas Cendrawasih, karena hasil dari APDN terlambat keluar, BTM menempuh kuliah di Universitas Cenderawasih,” tuturya.
Hasil kelulusan keluar di APDN, BTM meninggalkan Uncen dan memilih lanjut kuliah di APDN Yoka saat itu. Setelah lulus dirinya langsung bekerja di Pemerintah Kabupaten Jayapura sesuai disiplin ilmunya yaitu di bidang pemerintahan,” sambung Benhur.
Memulai karir dalam dunia birokrasi, BTM kemudian ditugaskan sebagai kepala perwakilan Kecamatan Skanto Kabupaten Keerom, dan mempersiapkan Skanto menjadi Kecamatan definitif. Dan berada di wilayah Kabupaten Keerom saat ini.
Dinilai berhasil di Kecamatan Skanto, BTM lalu dipindahkan di daerah pedalaman Kabupaten Jayapura sebagai Sekwilcam Lereh di Kaureh, dan diangkat menjadi Camat Kaure Kabupaten Jayapura.
Karir BTM terus naik, sehingga dipindahkan dan menjadi camat Nimbokrang. Lalu diminta dari untuk dipindahkan ke kota Jayapura karena merupakan anak asli dari kota Jayapura Port Numbay kampung Tobati.
Namun, Bupati tidak mengijinkan, tapi secara diam-diam Sekretaris Daerah menandatangani SK pindah karena kebutuhan di kota Jayapura sehingga BTM dipindahkan ke kota Jayapura dan menjadi Camat Abepura.
“Di masa Wali Kota, Mr Kambu, BTM kemudian dilantik menjadi kepala dinas pendapatan daerah kota Jayapura untuk mencari uang, guna membangun kota Jayapura dari pajak dan retribusi daerah,” ujar BTM.
Kembali dikisahkan, pendidikannya mulai dari SD, SMP, SMA di Kota Jayapura dan APDN, IIP S1 di Jakarta, kemudian S2 di magister manajemen Uncen. Melanjutkan pendidikan program Doktor di Universitas Brawijaya Malang.
Benhur Tomi Mano menyebutkan, dirinya terpilih bersama 25 Kepala Daerah di Indonesia setelah mengikuti sekolah khusus kepemimpinan di Departemen dalam negeri, kami lulusan terbaik yang dikirim Negara untuk lanjut kuliah selama 2 tahun di Universitas Harvard Amerika Serikat.
“Sekembalinya dari sana, BTM mengaku terpilih lagi bersama empat Wali Kota lain di Indonesia yang merupakan daerah terkena bencana dan dikuliahkan di Universitas Lee Kuan Yew School of Public Policy Singapore tentang cara penanganan bencana,” ungkapnya.
Benhur Tomi Mano, setelah kembali dari Singapore memulai karir politiknya dan berhasil dipilih oleh rakyat kota Jayapura sebagai Wali Kota. Semua ilmu yang didapat saat menempuh pendidikan di tuangkan dalam program-program kerjanya.
Kepada 20 finalis Tan dan Monj, Benhur Tomi Mano membeberkan, seorang calon Wali Kota harus menyampaikan program-programnya kepada masyarakat, dari yang ditawarkan maka masyarakat bisa melihat jika program itu baik dan berpihak kepada rakyat maka layak dipilih menjadi kepala daerah.
“Semua program yang ditawarkan kepada masyarakat kota. Untuk itu setelah terpilih maka seorang Wali Kota harus menyusun visi dan misinya, apa yang harus dibuat selama 5 tahun kepemimpinannya,” jelas Benhur.
10 tahun Visi kota Jayapura yang telah di cetus, tidak ada perubahan selama dua periode kepemimpinannya visi tersebut tetap menjadi acuan dalam menyusun setiap program.
“Visi kota Jayapura, terwujudnya kota yang mandiri, sejahtera, modern, bersatu berbasis kearifan lokal. Dan 7 misi di periode pertama dan periode kedua menjadi 8 misi yaitu mengejawantahkan membangun dari kampung ke kota,” paparnya.
Untuk itu, Benhur mengharapkan agar 20 finalis Tan dan Monj mengetahui visi dan misi kota Jayapura. Disebutkan juga ada 5 program besar pemerintah kota Jayapura di masa kepemimpinannya, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur dan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Pada kesempatan tersebut orang nomor satu di Ibukota provinsi Papua itu juga menyampaikan geografis kota Jayapura.
Kota Jayapura dikatakan Benhur, adalah wajah Papua bagi Indonesia, ibukota provinsi Papua, kota yang berada di ujung timur Indonesia dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini serta berada pada kawasan strategis nasional.
Kota ini begitu indah, sangat eksotik masyarakat yang heterogen dari semua agama suku dan etnis ada di kota ini dan merupakan miniatur Indonesia.
Lanjut dikatakan, program pemerintah kota dari dana otonomi khusus yang disebut dengan afirmatif maka periode pertama Benhur Tomi Mano menyekolahkan anak-anak asli dari 14 kampung yang bekerjasama dengan Universitas Satya Wacana Salatiga.
Sangat luar biasa IP mereka 3 dan 4, bahkan IP 4 kuliahnya dilanjutkan di Amerika Serikat, salah satunya Universitas Harvard,” imbuhnya.
“Setelah untuk anak-anak asli Papua, saya memberikan kesempatan lagi kepada anak-anak non Papua yang tali pusarnya ditanam di Port Numbay, seperti Ambon, Toraja, Batak, Jawa dan Manado. Kemudian suku-suku yang tinggal di kota Jayapura seperti, Biak, Serui, Sorong semuanya kita biayai,” lugas Benhur Tomi Mano.
(Har)