Pemkot Jayapura Gelar Festival Publikasi Bahasa Dan Sastra Port Nombay

Asisten I Bidang Pemerintahan, Evert Nicolas Merauje, S.Sos., M.Si saat membuka festival publik bahasa dan sastra Port Nombay

Jayapura, Teraspapua.com –Festival  Dialog Publikasi Bahasa dan Sastra Port Nombay merupakan sebuah forum yang sangat penting dan relevan dalam upaya kita untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan kekayaan bahasa dan sastra yang kita miliki di kota Jayapura.

Kota Jayapura terdapat 14 kampung di dalamnya menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa identitas dari setiap Kampung, dan memiliki berbagai suku dan sub suku yang berada pada setiap kampung dengan demikian bahasa ibu di kampung-kampung memiliki kekhasan.

banner 325x300

’’Semua bahasa Ibu merupakan warisan budaya yang berada di kota Jayapura. Bahasa Ibu adalah elemen yang fundamental untuk identitas sebuah daerah,’’ ujar Penjabat Walikota Jayapura, Christian Sohilait, ST, M, Si, dalam sambutan yang diwakili oleh Asisten I Bidang Pemerintahan, Evert Nicolas Merauje, S.Sos., M.Si saat membuka publik bahasa dan sastra Port Nombay di grand Abe Hotel, Kamis [15/8/2024].

Untuk itu, melalui bahasa ibu kita menyampaikan pikiran, perasaan dan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sementara itu sastra menjadi cermin dari kehidupan masyarakat, menyimpan sejarah menjadi media untuk mengekspresikan kreativitas dan kearifan lokal bahasa ibu.

’’Saya sangat mengapresiasi inisiatif untuk melakukan kegiatan ini yang tidak hanya menjadi ajang diskusi dan tukar pikiran, tetapi juga sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kita bersama dalam menjaga memajukan bahasa ibu yang sudah mengalami kepunahan,’’ujarnya.

Lanjut Merauje, pelestarian dan mempertahankan bahasa agar tidak mengalami kepunahan adalah sebuah tujuan penting dalam menjaga identitas budaya masyarakat Port Numbay, dan kearifan lokal melindungi serta warisan budaya.

Ditambahkan, banyak bahasa daerah di kota Jayapura terancam punah karena kurungnya penutur asli, untuk itu dengan melestarikan bahasa daerah kita membantu mencegah kepunahan ini.

’’Saya berharap melalui forum ini kita dapat memberikan pemikiran konstruktif serta rekomendasi-rekomendasi yang dapat diimplementasikan untuk pelestarian dan pengembangan bahasa dan sastra di kota Jayapura,’’ ucapnya.

Sementara pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Jayapura Abdul Majid, S,Pd, M. M.Pd dalam laporan mengatakan, pengembangan dan pembinaan bahasa memiliki 718 bahasa daerah.

’’Bagi bangsa Indonesia bahasa daerah merupakan aset yang besar, merawat dan meperlakukan aset tak benda seperti bahasa daerah tertentu saja berbeda dengan cara melihat aset berupa benda,’’ ujarnya.

Dikatakan, bahasa daerah merekam kearifan lokal, khasanah pengetahuan dan kebudayaan dan kekayaan batin penuturnya.

Menurutnya, kepunahan bahasa daerah sama artinya dengan hilangnya aset-aset tak benda yang terekam di dalam bahasa daerah tersebut.

Lebih dari ¾ bahasa daerah terdapat di wilayah Indonesia timur dengan jumlah penutur yang rata-rata sedikit, akibatnya ancaman kepunahan bahasa- bahasa daerah sangat menjadi kuat, situasinya akan semakin parah kalau tidak ada keberpihakan dari penuturnya dan pemerintah daerah setempat.

Dikatakan, dinas pendidikan dan kebudayaan kota Jayapura merupakan instansi pemerintah yang bertugas melaksanakan pengembangan, pembinaan dan perlindungan bahasa dan sastra daerah serta bertanggung jawab untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan sikap positif masyarakat kota Jayapura terhadap bahasa dan sastra Indonesia dan daerah.

’’Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah publikasi bahasa daerah, yang merupakan kegiatan untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang sejauh mana perkembangan bahasa daerah dalam revitalisasi pelestarian pendokumentasian bahasa daerah di masing-masing kampung di Port Numbay.’’ Ujarnya.

Lanjut Abdul Majid, tujuan akhir dari publikasi bahasa ini adalah agar para penutur mudah mendapat menjadi penutur aktif bahasa daerah dan memiliki kemauan untuk mempelajari bahasa daerah, melalui media yang mereka senangi.

’’Di samping itu publikasi bahasa juga bertujuan agar berlangsungnya hidup bahasa dan sastra daerah terjaga dan menemukan fungsi dan ranah barunya, dan dapat tercipta ruang kreativitas dan kemerdekaan bagi para penutur bahasa daerah untuk mempertahankan bahasa,’’ tandasnya.

Ditempat yang sama Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura Grace Linda Yoku menambahkan, hari ini anak-anak performance untuk festival publikasi bahasa daerah yaitu ,bahasa kampung Kayo Pulo, Kayo Batu, Tobati, Nafri dan bahasa Skouw.

’’Harapan kami, dengan kegiatan ini kita bersama-sama berkolaborasi untuk melestarikan bahasa yang ada di Port Numbay, apalagi bahasa Port Numbay adalah bahasa yang susah diucapkan dan dipelajari,’’ katanya.

Tetapi lanjut Yoku, kalau hari ini anak-anak sekolah yang bukan orang Port Numbay [ Sumatera, Jawa, Ambon, Paniai, Sorong, Biak, Serui] bisa bicara bahasa Port Numbay dengan baik, kenapa orang yang punya bahasa tidak bisa bicara bahasanya sendiri.

’’Jadi anak-anak ini memberikan motivasi kepada masyarakat adat pemilik bahasa untuk melestarikan bahasanya sendiri,’’ akuinya.

[Har/Ricko]