Anak Asli Kampung Kayu Batu di Keluarkan Dari Poltekbang Jayapura, Tokoh Perempuan Setempat Protes Manajemen

Jayapura, Teraspapua.com – Anak asli Port Numbay Kampung Kayu Batu, Ruth Puy di keluarkan secara sepihak dari cleaning service. Tokoh perempuan Kampung Kayu Batu protes keras kepada manajemen Politeknik Penerbangan (Poltekbang) Jayapura.

Selain anak asli Kampung Kayu Batu ada juga 5 orang yang bukan orang asli secara bersamaan meyampaikan protes, bahkan salah tokoh perempuan Port Numbay yang juga anggota DPRD Kota Jayapura dari Fraksi PDI Perjuangan, Mathelda Yakadewa secara tegas menyoroti tidak beresnya manajemen yang ada pada Poltekbang tersebut.

Pasalnya mereka diberhentikan tanpa alasan yang mendasar, apalagi Poltekbang tersebut dibangun diatas tanah adat Kampung Kayu Batu. Terlebih Otonomi Khusus, maka Orang Asli Port Numbay harus diprioritaskan dalam setiap penerimaan PNS maupun tenaga honorer.

“Saya sangat kecewa dengan manajemen, Poltekbang Jayapura, tapi juga pihak ketiga yang mempekerjakan anak-anak kami,” kata Mathelda kepada Teraspapua.com disela-sela aksi protes di kantor tersebut, Jumat (6/1/2023).

Saya agak kecewa dengan mekanisme merekrut orang sebagai cleaning service, seharusnya jika mereka dikeluarkan harus diberikan teguran, karena sekolah milik pemerintah ini tentu mempunyai aturan, diberikan teguran pertama dan kedua, jika tidak diindahkan baru menejemen ambil tindakan.

Pemberhentian juga harus secara tertulis bukan melalui WhatsApp. Saya tidak terima keputusan yang dikeluarkan oleh manajemen,” tegas Yakadewa.

Apalagi menurut politisi PDI Perjuangan kota Jayapura itu, Poltekbang ini adalah milik pemerintah, tentu segala sesuatu harus tertib administrasi.

“Mereka dipecat tidak ada pemberitahuan, sehingga anak-anak ini marah dan mereka melakukan protes,” cetusnya.

Mathelda menambakkan, alasan anak-anak kami dikeluarkan ini belum diketahui alasanya. Namun keterangan dari anak kami, bawah dirinya setiap hari melaksanakan tugas sebagai cleaning service masuk cepat jam pulang pun tepat jam sesuai ketentuan.

Untuk itu, legislator kota ini sangat menyayangkan hal tersebut, karena seharusnya kantor sebesar ini harus merekrut untuk penambahan cleaning service bukan mala mengurangi.

“Bahkan ada tenaga honorer sudah bekerja selama 10 tahun namun belum diangkat sebagai pegawai negeri terutama anak asli Kayu Batu,” kesalnya.

Bahkan Mathelda, sangat menyayangkan perekrutan tenaga honorer tanpa pemberitahuan kepada masyarakat adat setempat. Apalagi Papua adalah otonomi khusus sehingga Setia BUMN maupun BUMD bahkan instansi pemerintah jika ingin merekrut tenaga honorer ataupun pegawai harus memperhatikan masyarakat adat setempat.

“Berdirinya gedung ini dengan MoU untuk masa depan anak cucu Kayu Batu,” ungkapnya.

Sebagai tokoh perempuan Kampung Kayu Batu, Yakadewa Ingatkan, anak-anak mereka harus menjadi prioritas karena itu kesepakatan awal bersama Ondoafi Kayu Batu dan tokoh-tokoh adat setempat.

Anak Asli Kampung Kayu Batu, Rut Puy yang dikeluarkan sepihak

Sementara Rut Puy sebagai cleaning service yang bekerja sejak tahun 2019. Pada Politeknik Penerbangan yang direkrut oleh CV Trisila, selanjutnya pindah ke PKSS dari tahun 2020 – 2022.

Namun tiba-tiba kami dikeluarkan secara sepihak dengan alasan kekurangan dana. Kami cleaning service yang bekerja ada 16 orang, 6 orang termasuk saya dikurangi dan sisa-sisa 10 tetap bekerja.

“Pemutusan kerja sudah dari tanggal 10 Desember 2022, tetapi kita enam orang yang diberhentikan, tanggal 19 Desember 2022 tenaga kami masih dipakai untuk pembersihan asrama dan tidak ada pemberitahuan, kemudian ditanggal 4 Januari 2023 informasi di WhatsApp Group, saya dan teman temannya menghadap di PKSS,” ujarnya.

Kita ini sudah kerja setengah mati, selama ini kami absen bagus setiap pekerjaan kami ada bersama bahkan secara pribadi juga melaporkan hasil kerja saya setiap saat.

“Jam 05.30 saya sudah berada di kantor untuk melaksanakan tugas sebagai cleaning service, karena jam 07.30 pegawai sudah masuk kantor sehingga kami ingin memastikan kantor sudah bersih dan rapi dan sampai jam 05.00 baru saya pulang ke rumah,” tuturnya.

Untuk itu saat pertemuan dengan manajemen, saya minta kejelasan padahal dari 16 yang bekerja hanya 5 orang yang rajin termasuk saya.

“Bahkan saya menanyakan hal ini kepada Direktur Poltekbang Jayapura, wakil direktur II. Penilaian seperti apa yang dilakukan sehingga kami dikeluarkan,” kesal Rut

Menurut Rut, ada sebagian teman-teman yang datang hanya untuk absen dan tidak bekerja tapi mereka dipertahankan. Bahkan pihak Politeknik Penerbangan dan juga PKSS tahu kami adalah orang-orang yang rajin bekerja tapi kenapa dikeluarkan.

Bahkan terkait dengan penilaian terhadap kami, pihak Politeknik Penerbangan melempar kesalahan kepada PKSS dan sebaliknya.

“Kita tanya ke Politeknik Penerbangan mereka menyebutkan PKSS yang mengeluarkan nama-nama untuk diberhentikan, sebaliknya kami menanyakan ke PKSS mereka menyebutkan Politeknik Penerbangan yang keluarkan nama-nama jadi ini saling baku lempar kesalahan,” terang Rut.

Sebagai perempuan Kayu Batu asli, saya meminta keluarkan data-data saya. Jika ada salah dalam melakukan tugas dan tanggung jawab. tidak ada SP, tidak ada teguran, tiba-tiba kita enam orang dikeluarkan,” jelas dia.