Pendiri Yayasan Somatua Rayakan Ultah Bersama Anak Panti Asuhan

Timika, Teraspapua.com – Pendiri Yayasan Somatua Maximus Tipagau menyatakan rasa syukur tak terhingga atas satu tahun pertambahan usia. Tokoh muda Papua yang pada 7 Mei lalu genap berusia 40 tahun ini merayakannya bersama keluarga dan anak-anak panti asuhan.

Pria yang dijuluki “Gladiator Papua” itu mengaku, tidak suka merayakan hari ulang tahun dengan acara atau pesta yang mewah.

Didampingi oleh putra dan putrinya yang saat ini sedang bersekolah di Bali, orang dekat Lenis Kogoya (Staf Khusus Presiden yang kini jadi Tenaga Ahli Utama KSP) ini, mendatangi panti asuhan dan asrama siswa/ siswi asal Papua di Bali, untuk berbagi kasih pada momen istimewa tersebut.

Asrama pelajar Papua di Bali yang dikunjunginya, yakni asrama Lani jaya, asrama Puncak Jaya, asrama Intan Jaya, asrama Timika, asrama Nduga dan asrama Puri Papua.

Ia memiliki kerinduan untuk mengunjungi klinik atau rumah sakit pada hari ulang tahunnya, namun ia belum sempat memenuhinya pada ulang tahun ke 40 ini. Gladiator Papua pun berjanji akan mengunjungi orang sakit yang sedang dirawat pada kesempatan ulang tahunnya mendatang.

Pengalaman sakit berat yang pernah dideritanya mendorongnya melakukan hal itu, karena ia percaya bahwa umur panjang adalah karunia Tuhan dan orang-orang yang sedang sakit juga berusaha mendapatkannya.

“Menghibur dan memotivasi orang sakit adalah bagian dari tanggung jawab saya sebagai manusia,” ujar penulis buku “Gladiator Papua” ini, dalam keterangan pers, Senin (8/5/2023).

Kisah hidup Maximus Tipagau terbilang unik, dramatis, tapi sangat inspiratif. Kedramatisannya tampak dari perubahan nasibnya yang berbalik 180 derajat.

Dari seorang anak yang nyaris tak punya masa depan, yatim piatu sejak usia tujuh tahun, diabaikan lingkungannya, tak tamat SD, buta huruf, hidup di daerah terpencil yang terisolir di Pegunungan Tengah Papua, namun berkat tekadnya yang kuat ia bisa mengubah hidupnya dengan caranya sendiri.

Dengan kemauan belajarnya yang tinggi, dia bisa bekerja di PT Freeport Indonesia saat usianya masih 14 tahun. Pria kelahiran 1983 itu berasal dari Suku Moni di pegunungan tengah Papua.

Kisah hidup Maximus Tipagau terbilang unik, dramatis, tapi sangat inspiratif. Kedramatisannya tampak dari perubahan nasibnya yang berbalik 180 derajat. Dari seorang anak yang nyaris tak punya masa depan, yatim piatu sejak usia tujuh tahun, diabaikan lingkungannya, tak tamat SD, buta huruf, hidup di daerah terpencil yang terisolir di Pegunungan Tengah Papua, namun berkat tekadnya yang kuat ia bisa mengubah hidupnya dengan caranya sendiri.

Setelah 14 tahun bekerja di Freeport, Maximus kini jadi pengusaha pariwisata dan mendirikan Yayasan Somatua yang mendedikasikan diri pada perbaikan taraf hidup dan pendidikan putra putri Papua.

(Hr/R)