Sentani, Teraspapua.com – Dalam upaya meningkatkan kualitas akademik dan reputasi Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Sentani, maka seluruh Dosen diimbau untuk lebih aktif dalam menulis dan menerbitkan karya tulis ilmiahnya pada jurnal nasional dan internasional bereputasi.
Penulisan jurnal yang diakui secara nasional dan internasional tidak hanya memperkuat kredibilitas pribadi Dosen, tetapi juga mengangkat nama baik institusi di kancah global.
Publikasi jurnal ilmiah merupakan salah satu tolak ukur kualitas lembaga pendidikan di Indonesia, terutama Perguruan Tinggi.
Jurnal ilmiah bereputasi tinggi menjadi salah satu indikator bahwa budaya akademik dan literasi di kampus telah mencapai titik pencerahan yang baik. Dosen sebagai motor penggerak literasi di kampus diharapkan dapat memberikan teladan dalam penelitian, penulisan dan publikasi karya tulis ilmiah bereputasi.
“Kita masih perlu meningkatkan produktivitas Dosen dalam mempublikasikan karya tulis ilmiahnya, baik di jenjang nasional atau internasional,” kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAKPN Sentani, Pilipus M. Kopeu saat membuka kegiatan, Sabtu (8/6/2024).
Hal ini lanjut Pilipus, sangat beralasan karena sampai saat ini publikasi kami di jurnal-jurnal bereputasi masih cukup kurang. Sehingga saya kira kita semua perlu melakukan pembenahan secara serius pada aspek tersebut.
Pilipus pun mengharapkan, agar kuantitas dan kualitas penelitian serta publikasi karya tulis ilmiah bereputasi seluruh Dosen STAKPN akan terus meningkat dari hari ke hari, agar setiap penelitian memberikan dampak nyata dan menjadi berkat dalam kehidupan masyarakat.
Hendry Y. Nanlohy diundang sebagai nara sumber pada kegiatan yang digelar di kampus STAKPN ,dirinya cukup berpengalaman sebagai peneliti, penulis, dan reviewer jurnal nasional dan internasional bereputasi untuk memberikan tips dan trik bagi para Dosen STAKPN dalam menulis dan mempublikasikan karya tulis ilmiahnya pada jurnal nasional dan internasional bereputasi.
Menurut Hendry Nanlohy, langkah awal yang sangat penting adalah merencanakan penelitian dengan matang. Dosen perlu menentukan topik penelitian yang relevan dan memiliki kontribusi signifikan terhadap bidang studi mereka.
“Melakukan studi literatur yang komprehensif untuk menemukan sebuah research gap. Selain itu menurut Hendry, kolaborasi dan networking dengan peneliti lain, baik di dalam maupun luar negeri, dapat meningkatkan kualitas penelitian,” ujarnya.
Kolaborasi ini dapat membuka peluang untuk mendapatkan perspektif baru, berbagi sumber daya, serta memperluas jaringan akademik. Menghadiri konferensi dan seminar juga dapat membantu Dosen dalam membangun jaringan yang kuat,”imbuhnya.
Sementara Wakil Ketua 1 STAKPN Sentani, Julianus Labobar mengatakan, kegiatan yang positif ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh para Dosen.
“Hal ini menjadi penting untuk mempercepat karir dan kenaikan pangkat/golongan, serta jabatan fungsional seorang Dosen,”jelasnya.
Ditempat yang sama, Yohanes K. Labobar, M.Th sebagai sekertaris P3M yang juga sebagai salah satu penggagas dan yang mengkoordinir kegiatan ini menambahkan bahwa, publikasi dan diseminasi merupakan salah satu bukti pertanggungjawaban moral para Dosen terhadap dana hibah penelitian yang telah diterima.
“Dengan mengikuti strategi-strategi yang telah diperoleh dalam kegiatan ini, maka Dosen diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menulis dan menerbitkan artikel di jurnal bereputasi,”katanya.
Hal ini menurut dia, akan berdampak positif tidak hanya bagi karir mereka sendiri tetapi juga bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan reputasi akademik Indonesia di mata dunia.
Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh para Dosen STAKPN yang terlihat memiliki motivasi dan semangat yang besar serta positif untuk meningkatkan kemampuan menulis dan mempublikasikannya pada jurnal bereputasi.
Antusiasmenya terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul serta presentasi kegiatan penelitian yang sedang dilakukan oleh para Dosen.
Bahkan para Dosen menyarankan dan menyambut baik jika kegiatan seperti ini dapat dilakukan lagi pada waktu-waktu yang akan datang.
Julianus Labobar mengatakan, semangat menulis dan publikasi harus terus berlanjut, tidak boleh berhenti hanya saat kegiatan saja, namun harus ada kesinambungan dan konsistensi terus menerus. (red)