Seruan DOA MENGERANG Dari Ruang Fraksi Otsus DPR Provinsi Papua

Jayapura,Teraspapua.com – Kelompok Khusus (Poksus) DPR Papua, gelar Ibadah untuk pemulihan Papua. Ibadah yang berlansung di ruang Poksus DPR Papua lt III, Gedung B DPR Papua lantai III, dipimpin oleh Pendeta (Pdt) Max Ebbe, S.Th, Jumat (20/8).

Dalam Ibadah tersebut, Pdt Max Ebbe, dalam Khotbanya yang terambil dari Kitab Perjanjin lama yakni, Yehezkiel 22:30 “Aku mencari di tengah-tengah mereka, seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya”.

Dikatakan Hamba Tuhan Max Ebbe, dalam ayat tersebut ada tiga hal penting, yang harus diketahui, yakni yang pertama Miliki Panggilan TUHAN (kenali posisi di mana kita berdiri/standing in the Gab sebagai pendamai,pembela). Bagaimana suara rakyat ini bisa di dengar, ada jeritan terdalam dalam hati orang Papua, bukan sekedar makan ,minum, pakai. Tetapi luka bangsa yg belum di sembuhkan dan hanya Tuhan dalam Darah Yesus, yang sanggup pulihkan dalam seruan Doa  pertobatan dan pemulihan, semua pemimpin, berdamai dengan Tuhan.

Hal kedua, lanjut Pdt Max Ebbe, hubungan Intim dengan Tuhan (Mezbah Doa Pribadi dan Keluarga, Kantor DPRP ) Yesaya 42:6  “Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu. Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, (keselamatan di mulai dari diri sendiri dan menjadi penyelamat bagi orang lain di mulai dari keluarga.

Semua kita harus miliki tugas penyelamatan, menjadi Fasilitator bagi orang lain untuk Tujuan Tuhan, uajar Max Ebbe.

Dan hal ketiga, berani melangkah untuk tugas panggilan. Ia mengatakan Waktu Tuhan Memanggil Musa, ada mandat yang dari Tuhan. Kalau Tuhan yang utus maka Otoritas Tuhan lah yang berlaku atas utusan itu.

Demikian juga, lanjut kata Pdt Max Ebbe, dalam kitab Keluaran 2:23-25, Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.

Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.

Untuk itu, saya meyampaikan kepada anggota DPR Papua Fraksi Khusus Otsus, dalam waktu dekat semua rakyat orang Papua berlutut bersama di lapangan terbuka dalam sebuah DOA MENGERANG kepada TUHAN, hari ini suara kenabian sudah tidak di dengar lagi, atas kota-kota dipapua.

Menurutnya, Gereja, Pemeritahan dan adat sudah berajalan sendiri-sendiri, Gereja seperti kehilangan hikmat dan kuasa otoritas Allah untuk menghadirkan tanda-tanda heran atas kota. Bahkan Gereja lebih berpihak kepada pemerintah dari pada TUHAN ALLAH, hanya karena dasar memikiran bahwa Pemerintah adalah wakil Allah, tetapi kehilangan jubah Imam.

Kata Ia, sampai satu masa ketika Nabi Habkuk berdoa dalam kitab Habakuk 1:2-4. “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu”.

“Penindasan!” tetapi tidak Kautolong?
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi”.

“Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar, itulah sebabnya keadilan muncul terbalik”, demikian Firman Tuhan kata Max Ebbe.

Dalam Sejarah baru, lanjut jelas Max Ebbe, dengan hadirnya lembaga terhormat ini, yang rakyat Papua pun sebenarnya sudah menolak dan akhirnya disetujui juga, waktu akan menjawab semua ini dengan situasi bangsa baik pusat maupun daerah, dengan begitu bantak kepentingan sampai kita sudah tidak lagi menghormati TUHAN dan mengasihi sesama, kita saling bermusuhan, mejelekan satu sama lainnya dan melakukan apa yang tidak berkenan kapada Tuhan.

Dan, bahkan sesama jati diri orang Papua sudah tidak di anggap lagi, kita perlu berhenti sebentar dan merenungkan wajah Papua di mata pusat dan bangsa-bangsa, terpenting lagi di hadapan generasi Papua, imbunya.

Apa yang terjadi didepan pintu Gerbang Indah dalam Firman Tuhan Kisah Para Rasul 3:2  Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah.

Sudah waktunya untuk paradikma baru bagi para pemimpin di tanah Papua, Petrus dan Yohanes katakan emas dan perak tidak ada padaku tetapi apa yang ku punyai kuberikan kepadanu demi Nama Yesus berjalanlah.

Tanggal 17  Aguatus 2021 baru saja kita Rayakan HUT RI ke 76 Tahun. Doa dari Tempat ini agar kebenaran dinyatakan, kebebasan demokrasi harus dinyatkan karena itu diatur oleh undang-undang.

Sehingga dirinya berharap, orang Papua jangan menjadi seperti orang asing di negerinya sendiri, itu artinya kita belum merdeka. Para pemimpin harus bersatu hilangkan rasa curiga satu dengan lainya bersama – sama, kita merendahkan diri di hadapan Tuhan.

Lebih labjut, Max Ebbe, mengatakan saya tutup dengan satu lagi Pernyataan Tuhan kepada Musa dalam kitab Keluaran 4:1-5   lalu sahut Musa: “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata, TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?”

TUHAN berfirman kepadanya: “Apakah yang di tanganmu itu?” Jawab Musa: “Tongkat.”
Firman TUHAN: “Lemparkanlah itu ke tanah.” Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya.

Tetapi firman TUHAN kepada Musa,  “Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya”. Lalu Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya”.

“Supaya mereka percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu.”

Para Pimpinan yang terhormat, kata Max Ebbe saya percaya di kursi ini ada Tongkat kepemimpinan yang Tuhan berikan kepada kalian untuk pergi diantara cela itu.

Waktu musa keluar dari mesir tempat perbudakan tongkat itu adalah tongkat Musa. Musa harus ikut petujuk Tuhan untuk melewati padang gurun tempat yang tandus , di cela itulah terjadi pertukaran otoritas manusia dan otoritas Allah.

Banyak dari para pemimpin di kursi terhormat ini tidak menyadari kenapa saya ada di tempat ini? Saya diutus oleh suara rakyat, apa yang harus saya lakukan?.. dan tidak siap untuk Tuhan lakukan perubahan terhadap dirinya, hidup dalam kesenangan dan kehilangan tujuan Tuhan.

Ia pun meyentil : Musa sempat lari kerena tongkat itu berubah menjadi Ular. Semua peristiwa di atas tanah leluhur 7 wilayah adat akan dibukakan Tuhan. Kadang-kadang para pemimpin lari dari tanggung jawabnya ketika menghadapi rakyat, tanah yang penuh dengan kekayaan alam tapi diatasnya darah kematian, pembunuhan, pencurian, ketidak adilan dan lainnya.

Waktu Tuhan katakan Kepada Musa Tangkap ekor ular itu dan ular itu berubah menjadi tongkat, disinilah peralihan otoritas dan kekuasaan, ekor dari Ular itu berubah menjadi tongkat di tangan Musa.

Firman Tuhan Ulangan 28:13, mengatakan  “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, tutur Max Ebbe.

Tongkat di tangan Musalah yang membelah laut Merah (Crossing of the Red Sea) adalah bagian dari perjalanan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir. “Kita di hadapkan dengan krisis multi dimensi tapi juga krisis kepemimpinan, hanya pemimpin yang menyadari bahwa di tangannya ada tongkat TUHAN yang adalah mandat Allah untuk membawa Papua menuju negeri yang telah di janjikan TUHAN kepada leluhur kita di atas tanah dan bangsa Papua di INDINESIA, pungkasnya.

Untuk diketahui, dalam Ibadah tersebut diisi Pujian oleh John Mofu, Robby PNG, Yan Doom, dan Jack Demetou.

(Vmt)