MALUKU  

HMI Harus Memiliki Sensitifitas Menghadapi Persaingan Teknologi Industry 4.0

Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan Akademi Ilmu Komputer (AIKOM) Ternate Ilham Djufri,ST.M.Kom

Langgur,Teraspapua.com – Lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 5 febuari 1947 di Yogyakarta tidak lepas dari tiga aspek yang melatar belakanginya.Keumatan, Kebangsaan dan Kemahasiswaan.

Sebagai organisasi pengkaderan HMI harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman seperti dalam hal metode pengkaderan.

banner 325x300banner 325x300

“ Kehadiran kader HMI sangat pentingnya meningkatkan sumber daya manusia untuk dapat memenangkan persaingan global di era Revolusi Industri 4.0. “ Kata Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan Akademi Ilmu Komputer (AIKOM) Ternate Ilham Djufri,ST.M.Kom,Selasa (4/2/2020),di Hotel Kimzon.Langgur Maluku Tenggara (Malra).

Lanjut Jufri ,untuk membangun SDM kader HMI yang berkualitas insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan bernafaskan islam dan insan bertanggung jawab ( 5 kualitas insan cita) HMI,

Dikatakan juga ,HMI secara kelembagaan harus meningkatkan dan memperbaiki metode perkaderan yang mengarah pada penelitian serta riset dan pembangunan yang dapat menghasilkan inovasi teknologi dan non-teknologi untuk kemaslahatan umat “ujarnya.

Selain itu kader HMI harus mampu menyebarkan semangat akademis kepada mahasiswa lainnya, seperti semangat literasi. Budaya akademis ini harus dirawat dan disebarkan.

Perlu diketahui kapasitas IPTEK  kita bangsa Indonesia pun hingga kini baru berada di kelas tiga, di mana lebih dari 75 persen kebutuhan teknologinya berasal dari impor. Padahal, suatu bangsa dapat dinobatkan sebagai bangsa maju, bila kapasitas IPTEKnya harus lebih dari 75 persen  kebutuhan IPTEKnya merupakan hasil karya bangsa sendiri.

Selain peningkatan dan perbaikan metode perkaderan pentingnya kapasitas SDM kader HMI harus memiliki jiwa enterpeuneur atau kewirausahaan “imbuhnya.

Sehingga kader HMI dapat menjadi pengusaha Muslim yang berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan umat “tandasnya.

Atas dasar itu, kader HMI untuk melakukan aktualisasi kaderisasi yang mengedepankan kemampuan dan peningkatan kapasitas SDM dengan penguasaan teknologi informasi.

Untuk itu jika kader MHI ingin ikut serta dalam kemajuan bangsa adalah bila kader HMI didukung oleh SDM yang memiliki kompetensi teknologi dan non-teknologi yang mumpuni.

Kemudian jiwa entrepreneurship, etos kerja unggul, dan akhlak mulia. Pengaruh paradigm di Era revolusi industri 4.0 saat ini dalam berbagai kegiatan pada masyarakat seperti Bisnis, Life style, Pendidikan, Kesehatan” urainya.

Perubahan tersebut diakibatkan oleh Revolusi Industri 4.0 memerlukan kemampuan memahami teknologi. Kita semua dipaksa, mau tidak mau kita dipaksa untuk siap menghadapinya.

Untuk itu, HMI sebagai organisasi kader dalam perannya diharapkan dapat mengambil bagian dengan membangun kemitraan dengan berbagai sektor.

HMI lanjut dia harus memiliki sensitifitas dan kepekaan untuk menyongsong serta mempersiapkan diri guna menghadapi persaingan teknologi industry 4.0. Tantangan kedepan, diskursus mengenai revolusi industri 4.0 menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Karena kedepan menurutnya, perubahan-perubahan itu akan berpengaruh kepada beberapa turunan revolusi industry 4.0 seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Argumenteted Reality, Artificial Intelegence, Addictive Manufacturing, Simulation, System Integeration, dan Cloud Computing.

Ketika perkembangan teknologi berubah dapat mempengaruhi masa depan kader HMI. Sementara kader HMI yang tidak mampu mengikuti perkembangan zaman, maka ia akan tergerus.

Ditambahkan HMI harus mampu mengambil tanggung jawab atas apa yang di miliki dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu menjadi pemecah kebuntuan ditengah berbagai lapisan dimensi yang ada di masyarakat “pungasnya.

(Buce).