Bangli, Teraspapua.com – Tim Penggerak PKK TP PKK Kota Jayapura melakukan studi tour Waniambey ke Provinsi Bali, tepat di Desa wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli di Bali Timur.
Kegiatan ini merupakan program diakhir jabatan Kristhina R. Luluporo Mano sebagai ketua TP PKK Kota Jayapura.
Desa Penglipuran dipilih sebagai lokus studi tour, karena merupakan salah satu dari lima Desa terbersih di dunia, setelah Mawlynnong, Idukki, Ziro di India, kemudian Penglipuran Bali, Indonesia dan desa Giethoorn, Belanda.
Desa yang terbersih di dunia ini juga lengkap dengan rumah-rumah dari bambu, dengan cara hidup 275 kepala keluarga secara tradisional. Berada di dataran tinggi, yang diwariskan oleh leluhur dengan budaya dan tata letak desa yang terpelihara dengan baik turun temuran.
Terdiri dari jalan-jalan bata yang lebar, berjajar dengan deretan rumah tradisional antik yang menawan diselingi dengan taman yang terawat rapi. Desa ini dibangun secara tradisional, tetap setia pada metode tradisional arsitektur bambu.
Sangat berbeda dengan desa lain, dimana kebiasaan yang dilakukan setiap bangun pagi ibu-ibu tidak langsung bekerja namun membersihkan halaman rumah masing-masing.
Ketua TP PKK Kota Jayapura, Kristhina R. Luluporo Mano mengaku ketika masuk di Desa ini dirinya merasa bahagia bukan saja aman dan nyaman.
“Bahkan ketika masuk mengunjungi warga di masing-masing rumah yang ada tentu sangat bahagia, suasana begitu tenang dan tampak sangat asri,” ujar Kristhina R. Luluporo Mano kepada Teraspapua.com, Rabu (11/5/2022).
Menurut Kristhina, masyarakat begitu telaten untuk menjaga kebersihan, sehingga bisa tertata dengan rapi tanpa harus di komando, dan masyarakat masing-masing punya kesadaran sendiri untuk menjaga lingkungan sehingga menjadi bersih dan ini sudah terjadi secara turun-temurun.
Ketika masuk dan melangkah di kawasan Desa Penglipuran, rasanya bahagia karena Desa ditata begitu rapi, sehingga warga masyarakat tapi juga para wisatawan bisa menikmati suasana bukan hanya di halaman rumah tapi ketika masuk di dalam rumah pun kita melihat betapa bahagia masyarakat.
Kristhina juga mengungkapkan. setelah berbincang-bincang dengan warga, pendapatan untuk membantu ekonomi keluarga, tentu dari usaha-usaha atau dagangan mereka.
“Begitu unik, karena masing-masing rumah punya usaha, tetapi mereka sangat yakin dengan usaha mereka akan dapat menghadapi ekonomi keluarga,” terangnya.
Bahkan, badan usaha milik desa sangat berpengaruh untuk pengembangan ekonomi masyarakat itu sendiri,” tambah dia.
Dari Desa ini, sosok yang juga anggota Komisi tiga DPR Papua dari Fraksi PDI Perjuangan ini mengharapkan, agar di Kota Jayapura atau Papua ada salah satu Desa seperti ini.
Walaupun halaman dan rumah mereka sangat kecil dan sederhana, jumlah keluarga juga di sesuaikan dengan kondisi rumah yang ada. Bahkan atap dan dinding rumah mereka semuanya terbuat dari bambu.
Istri Wali Kota dua periode ini juga mengungkapkan, terkait dengan kebersihan tanpa disuruh warga di Desa Panglipuran ini tanggung jawab sebagai warga untuk membersihkan halaman rumah.
Bahkan setiap pagi sebelum mereka bekerja dan berolahraga mereka membersihkan halaman rumah, sehingga ketika para pengunjung yang datang Desa ini terlihat bersih dan asri. Bahkan tidak ada petugas kebersihan, namun kesadaran warga setempat maka mereka bisa membersihkan halaman rumah masing-masing,” tandasnya.
“Uniknya, Desa ini juga disiapkan Karang Memadu sebagai tempat untuk poligami, jika sudah berada di tempat ini mereka tidak bisa bersosialisasi lagi dengan masyarakat lain. Namun hingga saat ini tidak ada yang melakukan poligami,” jelasnya.
Ditempat yang sama, manajer Desa Wisata, I Wayan Sumiarta menuturkan, awalnya adalah Desa konservasi. Dimana masyarakat ingin mengkonservasi tiga bangunan yang ada di masing-masing rumah seperti angkul-angkul, dapur dan bale saka enam.
“Seiring dengan waktu, ada program dari pemerintah tentang desa wisata maka kami coba mengajukan sebagai bagian dari desa wisata,” ungkap Sumiarta.
Sehingga lanjut I Wayan Sumiarta, pada Desember tahun 2012 Penglipuran dinobatkan sebagai Desa wisata. Selain itu juga dinobatkan sebagai Desa terbersih di dunia dan ini merupakan warisan dari leluhur kami, generasi muda tetap menjaga atau tetap mentradisikan bagaimana menjaga kebersihan.
Menurut dia, Desa wisata Penglipuran ini menjadi Desa terbersih bukan karena pariwisatanya, tapi merupakan tradisi dan budaya yang sudah kami dapat dari leluhur sebelumnya.
I Wayan Sumiarta juga mengungkapkan, rata-rata pengunjung dalam satu hari 1000 sampai 2000 orang, apalagi saat hari raya lebaran pengunjung membludak sampai 6000 orang.
“Desa ini juga mempunyai pendapatan melalui tiket masuk yang dikolaborasikan dengan pemerintah kabupaten Bangli. Jadi 60% dari pendapatan untuk Desa dan 40% untuk pemerintah Kabupaten setempat,” terangnya.
Dalam satu tahun pendapatan asli Desa ini mencapai Rp3 sampai 5 miliar,” sambungnya.
Lanjut I Wayan Sumiarta, untuk jumlah penduduk yang ada di Desa Penglipuran berdasarkan data terakhir statistik sebanyak 1.100 jiwa dari 275 kepala keluarga. Sebagian warga ada yang bekerja sebagai penjual pernak-pernik, petani dan ada juga sebagai petani bahkan PNS,” tutup dia.
(tp-01)