Jayapura, Teraspapua.com – Penanganan bencana menuntut kecepatan dalam melakukan respon apa yang dibutuhkan daerah yang terkena bencana, harus segera dipenuhi karena menyangkut keselamatan masyarakat dan korban bencana.
“Bahkan tidak jarang bencana alam menyebabkan kerusakan pada infrastruktur dan prasarana publik,” kata Tenaga Ahli Menteri Sosial Bidang Rehabilitasi Sosial, Dr. Drs. Benhur Tomi Mano, MM saat membuka pelatihan manajemen shelter bencana bagi tenaga kesejahtraan sosial masyarakat (TKSM) di Aula BBPPKS, Jayapura, kamis (14/7/2022).
Kegiatan yang digelar Kementrian Sosial melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Provinsi Papua ini fokus kepada 30 peserta dari Papua maupun Papua Barat.
Kita di haruskan tertib administrasi dan keuangan, transaparansi dan akuntabel. Kondisi ini menyebabkan pelaku penanggulangan bencana di daerah bersikap birokratis, lamban dan hati hati”, pinta Mantan Walikota itu,” imbuhnya.
BTM sapaan akrabnya mengungkapkan, kemampuan untuk mengantisipasi setiap ancaman atau bahaya, maka peserta dituntut untuk mampu melakukan prediksi, analisis, identifikasi, dan kajian terhadap resiko bencana.
“Kemampuan ini memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik yang canggih, maupun tepat guna. Juga dari pengetahuan yang moderen hingga kearifan lokal yang sudah ada di masyarskat,” jelasnya.
BTM pun menerangkan kemampuan untuk melawan atau menghindari ancaman tersebut sangat tergantung dari besarnya ancaman yang di hadapi. Pertanyaanya apakah kemampuan sumberdaya kita mampu untuk menghadapi dampak yang akan ditimbulkan.
Selain itu BTM juga mengatakan, kemapuan untuk beradaptasi terhadap bencana dan dampak yang ditimbulkan. Apabila tidak mampu melawan ataupun menghindari, maka kita dituntut untuk mengurangi, mengalihkan atau menerima resiko yang akan ditimbulkan.
Begitu pula kemampuan untuk pulih kembali secara cepat setelah terjadi bencana. Ketangguhan masyarakat dalam penanggulangan bencana dapat dilihat dari kemampuan (daya lenting) untuk pulih kembali setelah terkena dampak bencana.
Lebih lanjut dikatakan bagaimana cara memwujudkan masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana. Secara filosfi dijelaksan bahwa dalam menghadapi ancaman bahaya bencana dapat dilakukan dengan cara menjauhkan bahaya atau ancaman dari manusia.
Dengan mencegah atau meminimalkan risiko dan dampak bencana. Salah satunya melakukan relokasi pemukiman yang didahului dengan memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat agar secara sadar mau direlokasi dari kawasan rawan bencanan,” tandas BTM.
Sementara ditrmpat yang sama, Plt. kepala BBPPKKS Jayapura, Malik Alim, S. Sos, M.M mengatakan pelatihan TKSM ini diperuntukan membangun sinergitas tugas kebencanan.
Karena bencana alam merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari, sehingga hal ini perlu adanya kesiapsiagaan. Tentunya dengan menyiapakan SDM dari peserta berharap dengan adanya pelatihan ini setiap peserta yang ikut serta dapat menjalankannya dengan baik.
“Peserta TKSM diambil dari masyarakat yang memwakili wilayah Papua dan Papua Barat,” ujarnya.
Lebih lanjut kata Malik, sistem kerja dari peserta TKSM akan bergabung dengan tenaga – tenaga yang ada disetip daerah sehingga jika terjdi bencana maka peserta TKSM akan bergabung dengan link yang sudah sejak lama dicanangkan oleh BBPPKKS.
Nantinya jika terjadi bencana di Papua Barat misalnya, maka tim yang dari Papua juga harus ikut turun membantu, juga sebaliknya,” tukas Malik.
(red-tp)