Siswa Kelas Program Percepatan SMA Gabungan Jayapura Ikuti Coaching Clinic Penulisan Karya Ilmiah

Foto bersama siswa program kelas percepatan dengan Nara Sumber, kepala Sekolah, dan Guru pendamping

Jayapura, Teraspapua.com – Sejumlah siswa SMA Gabungan Jayapura yang tergabung dalam program kelas percepatan mengikuti Coaching Clinik Penulisan Karya Ilmiah yang berlangsung di aula Pandora SMA setempat, Rabu (7/6/2023).

Mereka merupakan angkatan kedua, yang dinilai mampu meresapi dan mentuntaskan mata pelajaran di kelas percepatan. Pasalnya, sekolah selalu melakukan pembenahan untuk meningkatkan kualitas lulusan. Tentu dengan tujuan karya-karya ilmiah yang ditulis oleh enam siswa ini dapat dipublikasikan.

Untuk memberikan metode-metoda yang baik dalam membuat satu Karya Ilmiah, sekolah menghadirkan narasumber, Reviewer Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional, Dr. Hendry Y. Nanlohy, ST, MT yang juga Dosen Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah 14 dpk USTJ Program Studi Teknik Mesin yang akan membawakan materi “Strategi Penulisan Karya Ilmiah”.

“SMA Gabungan sudah melaksanakan program kelas percepatan dalam program SKS, sudah dua angkatan dan ini angkatan kedua, dan memang kita akan selalu melakukan pembenahan untuk meningkatkan kualitas kelulusan,” terang Kepala Sekolah Sandra Grace Titihalawa, S.Pd., M.Si kepada sejumlah media disela-sela Coaching Clinik Penulisan Karya Ilmiah.

Lanjut Sandra, salah satu kegiatan dalam program SKS, kita akan coba untuk membekali siswa untuk bisa dapat menulis dalam karya-karya ilmiah yang kemudian akan dapat dipublikasikan.

Untuk mencapai kegiatan tersebut sekolah mengundang narasumber yang merupakan Reviewer Jurnal Ilmiah Nasional dan Internasional untuk memberikan sharing ilmu agar peserta didik dapat menulis karya-karya ilmiah dan mungkin dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipublikasikan.

Sehingga kata Sandra, kualitas dari lulusan program percepatan di SMA Gabungan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya.

Selain itu lanjut Sandra. SMA Gabungan juga mempersiapkan peserta didik ini untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di sejumlah universitas terkemuka, sehingga ketika masuk di sana mereka sudah dibekali dan menjadi mahasiswa-mahasiswa berkwalitas.

Sandra menambahkan, siswa kelas percepatan ini merupakan hasil seleksi awal dari seluruh siswa. Kemudian ada proses seleksi dan mendapatkan 32 siswa.

“Ke 32 siswa harus mengikuti proses-proses dan tahapan-tahapan yang harus mereka lewati sampai saat ini tersisa 6 orang. Kata Sandra, itu memang melewati seleksi yang cukup ketat supaya kita tetap menjaga kualitas dari lulusan dalam program kelas percepatan ini,” beber Sandra.

Ditambahkan Sandra, untuk karya ilmiah yang akan disusun oleh para siswa ini akan didampingi oleh guru dan masing-masing anak akan mendapatkan satu pendamping khusus, yang akan dibantu oleh beberapa guru mata pelajaran.

“Ada 10 mata pelajaran, maka ada 10 guru yang ikut mendampingi, tetapi untuk pendamping khusus hanya satu orang yang dipilih sesuai topik penitilian siswa,” jelasnya.

Sandra menjelaskan, antara siswa percepatan dan umum, muatan pelajarannya tidak berbeda, tetapi yang berbeda adalah percepatan mereka untuk meresapi dan mentuntaskan mata pelajaran di kelas percepatan.

“Jadi, semua siswa masuk dalam program SKS, cuma mereka yang cepat untuk memahami pelajaran dan capaian pembelajaran yang masuk dalam kelas percepatan,” akuinya.

Untuk masuk dalam kelas percepatan ini, tentu ungkap Sandra, yaitu nilai kemudian bagaimana dia cepat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Bapak Ibu Guru, dan tentunya kedisiplinannya kemudian bagaimana dia mampu untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Sehingga nanti kata Sandra, outputnya anak-anak yang merupakan generasi yang mampu menulis, mampu menciptakan solusi-solusi penting lewat riset, penelitian. jadi ada masalah mereka melakukan penelitian dan pasti akan menghasilkan produk yang berkualitas.

Mereka juga sambung Sandra, akan membuat karya ilmiah, kemudian mempresentasikan di depan seluruh siswa, kemudian kalau tulisannya baik dan berkualitas kita akan dorong untuk jurnal nasional. Seraya berharap, mereka akan menjadi role model untuk siswa yang lain,” papar Titihalawa.

Sementara perwakilan siswa kelas percepatan, Remalya Sekeronej, siswa kelas X percepatan, menyebutkan hal yang dia dapat dari Coaching Clinik Penulisan Karya Ilmiah bahwa literasi itu sangat penting. Ketika kita ingin menulis sesuatu, atau menulis karya tulis ilmiah.

“Jadi, ketika kita membaca kita dapat mengetahui dan mendapat banyak referensi atau ketika ingin membuat karya tulis ilmiah kita bisa mencari metode-metode dari bacaan yang kita baca.,” katanya.

Remalya mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini, seraya berharap setelah lulus dari SMA Gabungan, tentu akan lanjut ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perkuliahan.

“Jadi, kita tidak terlalu kaget ketika nanti dosen menyuruh menulis skripsi atau membuat sebuah karya tulis ilmiah. Sebagai anak sekolah judul yang sangat relevan untuk diangkat dalam membuat karya ilmiah yaitu “Game”, bebernya.

Karena pengaruh game sangat besar ketika kita dalam proses belajar, khususnya kita sebagai seorang murid karena pengaruh game maka nilai akademik bisa menurun,” pungkas Remalya Sekeronej.

(Har)