Sejarah Singkat Kota Jayapura

Jayapura, Teraspapua.com – Pemerintah Kota Jayapura menggelar upacara memperingati hari jadinya yang ke 112, Senin (7/3/2022) di lapangan Trisila Angkatan Laut Hamadi.

Mengawali itu, Kabag Hukum Helena Dawir, SH MH dan Kepala Distrik Abepura, Dionisius. J. A. Deda, S.STP membacakan secara singkat Kota Jayapura secara bergantian.

Kota Jayapura telah lama bersentuhan dengan dunia luar, kedatangan orang-orang luar yang pernah singgah di tanah Papua diantaranya adalah orang Spanyol.

Sejarah arung samudera telah mencatat secara baik seorang bangsa Spanyol bernama Ynico Ortis de Fretes, dengan kapalnya bernama ‘ San Juan” pada tanggal 16 Mei 1945 berangkat dari Tidore ke Meksiko.

Dalam perjalanan Ortis De fretes tersebut sampailah di sekitar muara sungai Mamberamo pada tanggal 16 Juni 1945 dan memberikan nama Nova Guinea kepada tanah Papua.

Sesudah Ortis De Fretes menyusul lagi pengarung – pengarung samudra. lainnya yakni Alvaro Mendana De Neyra yang datang pada tahun 1967, Antmio Martha pada tahun 1591 sampai dengan tahun 1593, dan lain-lain.

Dapat disimpulkan bahwa orang-orang Spanyol pun pernah ada kontak dan bersentuhan dengan penduduk di Jayapura dan sekitarnya.

Selanjutnya, berdasarkan besleit atau surat keputusan Gubernur Hindia Belanda nomor 4 tanggal 28 Agustus tahun 1909 kepada Asisten Residen, di Manokwari diperbantukan satu Detasemen yang terdiri dari 4 perwira dan 80% tentara dalam surat keputusan tersebut pada tanggal 28 September tahun 1909 kapal ” Edi” mendarat satu Detasemen tentara di bawah komando Kapten Infanteri F.J. P Sache.

Segera setelah itu dimulailah penebangan pohon kelapa sebanyak 40 pohon, disertai dengan pembayaran ganti rugi kepada pemiliknya” tutur Kepala Distrik Abepura, Dionisius. J. A. Deda, S.STP

Maka berdirilah kompamen pertama yang terdiri dari tenda-tenda dan selanjutnya dibangun perumahan-perumahan secara bertahap

Pada hari itu 7 Maret 1910 cuaca sangat buruk tetapi suasana di antara penghuni kamp Detasemen sangat baik. Tempat Brigade berkumpul dalam sikap upacara memperhatikan kapten Sache yang berpidato dalam bahasa Belanda, dan selanjutnya dalam bahasa Melayu. Dengan penuh semangat Dia memberikan komando;

“Dengan nama ratu naikkan bendera Semoga dengan perlindungan Tuhan tidak akan diturunkan sepanjang masa”.

Segera setelah bendera berkibar semua sangkur disentakkan dari sarungnya dan terdengar teriakan sorak-sorai.

Lahirlah Hollandia atau Jayapura, dengan demikian hari jadi di kota Jayapura tercatat sejak tanggal 7 Maret tahun 1910.

Arti Hollandia, hal berarti lingkungan atau teluk, Land berarti tanah atau tempat. Jadi Hollandia artinya tanah yang melengkung atau tanah atau tempat yang berkeluk serupa dengan negeri Belanda atau Holland yang geografinya menunjukkan keadaan berteluk.

Kondisi alam yang berteluk inilah mengilhami kapten Sache untuk mencetuskan nama Hollandia, yang kemudian berganti nama hingga empat kali; Hollandia, Kotabaru, Sukarnopura dan Jayapura sampai sekarang.

Lanjut dibacakan Deda, berdasarkan peraturan pemerintah RI nomor 26 tanggal 20 Agustus 1979 tentang pembentukan kota administratif Jayapura, maka dengan ketentuan pelaksanaan Permendagri Nomor 5 Tahun 1979 dan instruksi Mendagri nomor 30 Tahun 1979 kota Jayapura pada hari Jumat 14 September Tahun 1979 diresmikan sebagai Kota Administratif oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Haji Amir Machmud.

Pada hari yang sama dilantiklah, Flores Imbiri sebagai Wali Kota administratif Jayapura oleh Gubernur kepala daerah tingkat 1 Irian Jaya, Haji Soetran, maka Jayapura menjadi Kota Administratif yang pertama di Iran Jaya dan yang ke-12 di Indonesia dan Wali Kota administratif kedua, Drs Michael Manufandu, periode tahun 1989-1993.

Berdasarkan undang-undang Nomor 6 Tahun 1993, Jayapura terjadi perubahan di bidang pemerintahan. Kota administratif Jayapura berubah menjadi Kotamadya daerah tingkat II Jayapura dan dilantiklah, Drs. R. Roemantyo sebagai Wali Kota Madya Kepala Daerah tingkat II Jayapura oleh Menteri Dalam Negeri Yogie S. Memet.

Wali Kota kepala daerah tingkat II Jayapura menyusun dan melengkapi aparat, dinas otonom dan dinas vertikal, serta membentuk DPRD Kotamadya.

Drs. R. Roemantyo pemimpin kota Jayapura dari tahun 1994 – 1999. Sekretariat kota untuk pertama kali berkantor di Yoka menempati X Kompleks APDN di pinggir danau Sentani.

Setelah kantor baru berlokasi di Entrop selesai dibangun pada bulan Juli 1998 kantor walikota berpindah ke Jalan balaikota nomor 1 Entrop, Distrik Jayapura Selatan.

Kemudian lanjut Deda, tongkat estafet pembangunan dilanjutkan oleh, Drs. M. R. Kambu, M,.M. Si sebagai Wali Kota Jayapura dan J. I Renyaaan, AH sebagai Wakil Wali Kota Jayapura periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2005.

Pada tahun 2005 dalam sejarah demokrasi di Indonesia Kota Jayapura melakukan pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat, di mana masyarakat kota Jayapura memberikan kepercayaan kembali kepada Drs. M, R. Kambu, M Si sebagai Wali Kota Jayapura dan Sudjarwo, SE sebagai Wakil Wali Kota Jayapura periode tahun 2025 hingga 2010.

Dan kini untuk pertama kalinya tercatat dalam tinta emas perjalanan sejarah kota Jayapura, seorang Pamong sejati yang merupakan Putra asli tanah Port Numbay terpilih sebagai pemimpin di atas tanahnya sendiri menjadi Wali Kota Jayapura

Dialah, DR. Drs. Benhur Tomi Mano, MM berpasangan dengan wakilnya seorang akademisi kawahkan dari Universitas Cendrawasih DR. H. Nuralam, SE, M, Si, 2011 sampai dengan 2016.

Dengan gaya kepemimpinannya yang terus melakukan perubahan Inovasi dan terobosan yang berkembang pesat, maka DR Drs. Benhur Tomi Mano, MM terpilih kembali memimpin kota Jayapura periode kedua, tahun 2017 – 2022 dengan menggandeng Putra Pinrang Sulawesi Selatan DR. Ir. H. Rustan Saru, MM dengan visi ” terwujudnya kota Jayapura yang beriman Sejahtera maju Mandiri dan modern berbasis kearifan lokal di bawah naungan Motto ” Hen Tecahi Yo Onomin T”Mar Ni Hanased yang bermakna satu hati membangun kota untuk kemuliaan Tuhan.

(Har)