John NR Gobai : Momen HUT TB ke 51 Kembalikan Semangat Membangun Pendidikan di Tanah Papua

Jayapura,Teraspapua.com – Melalui momentum 51 tahun SMA YPPK Taruna Bhakti (TB) Waena Jayapura, saya ingin mengingatkan kepada kita semua untuk dapat mengembalikan semangat membangun pendidikan di Tanah Papua.

Seperti yang pernah dilakukan pada waktu lalu oleh para misionaris Belanda, dimana  Pendidikan berpola Kolese yaitu adanya sekolah dan asrama putra dan putri, lapangan, kapela dan perpustakaan.

Peryataan tersebut dilontarkan John NR Gobai, selaku Ketua Ikatan Alumni SMA YPPK Teruna Bakti Waena Jayapura dalam acara HUT TB ke- 51 di halaman SMA setempat, Jumat (1/9/2022).

Dijelaskan Gobay, sekolah SMA YPPK Teruna Bakti wilayah Jayapura adalah sekolah yang dahulunya adalah SPG Taruna Bakti, SGB Teruna Bakti dan ODO yang dibuka pertama di Fakfak kemudian pindah ke Nabire, di Kokonao dan kemudian ke lembah heram waena kota Jayapura.

“Usia 51 tahun tentu bukan usia yang muda, sekolah ini telah tercatat sebagai sekolah yang tua di tanah Papua. Sekolah ini dahulu dibangun dengan pola kolese yaitu sekolah yang dilengkapi dengan sarana olahraga perpustakaan sama Putra asrama putri dan kapela,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakan Gobay, Teruna Bakti artinya terbagi atau dapat memberikan kepada sesama, sesuai dengan nama itu sekolah ini telah melahirkan guru yang mengabdi di seluruh Tanah Papua, dan guru-guru tersebut juga sudah melahirkan sejumlah orang dengan berbagai profesinya.

Sekolah ini juga telah melahirkan pemimpin pemimpin baik itu pemimpin keluarga  pemimpin kampung, pemimpin kelompok atau organisasi pemimpin distrik, pemimpin kantor atau badan di pemerintahan juga pemimpin umat termasuk juga pemimpin perusahaan, sambungnya.

“Untuk itu, Sekolah Katolik ini terbuka untuk siapa saja datang menuntut ilmu, termasuk asramanya baik asrama putra maupun asrama putri juga sangat terbuka untuk orang Papua non Papua Katolik dan non Katolik,” imbuhnya.

Kembali dijelaskan Gobay, maksud para Pastur Belanda membangun asrama ini adalah untuk membina anak-anak Papua dan non Papua, untuk membangun kesadaran solidaritas dan kebersamaan untuk bersama menyiapkan diri membangun Tanah Papua.

Sebagai sesama manusia dan juga sebagai sesama anak bangsa, bila kita renungkan hari ini dimana manusia hidup dengan ego kedaerahan, ego kelompok. Saya merenungkan, lanjut Gobay, kembali maksud pendirian sekolah ini yang berpola kolese mungkin para Pastor Belanda telah memperhitungkan atau memprediksi bahwa pada suatu waktu orang Papua akan hidup dalam kotak-kotak dengan egonya masing-masing.

“Hal ini ditandai dengan banyak dibangunnya asrama-asrama pada masing-masing daerah, kabupaten yang ada di tanah Papua. Bahkan sampai ke tingkat distrik pun orang membangun asramanya masing-masing, ini menjadi tantangan bagi kita untuk bagaimana membangun kembali asrama-asrama yang pernah dibangun oleh para misionaris Belanda pada waktu lalu untuk terus membangun dan mempertahankan solidaritas dan kebersamaan generasi Papua hari ini untuk masa depan Papua,” pungkasnya.

(tp-02)