Pansus Covid DPRD Kota Jayapura Harap Jika BTM Tidak Ada Klaster Baru di Sekolah

Ketua Pansus Covid-19 DPRD Kota Jayapura, Yuli Rahman, SH

Jayapura, Teraspapua.com – Pembelajaran tatap muka bagi SD dan SMP pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura tengah dipersiapkan. Dimana kota Jayapura dari PPKM level 4 sudah turun di level 2. Kasus pandemi Covid-19 juga telah melandai.

Ketua Pansus Covid-19 DPRD Kota Jayapura, Yuli Rahman, SH turun bersama Wali Kota, Dr. Benhur Tomi Mano, MM guna memastikan penerapan protokol kesehatan (Prokes) yang ketat di setiap sekolah.

Peninjauan dilakukan di SD Negeri dan Inpres Kotaraja dan SD Negeri 3 Abepura yang sementara melakukan uji coba belajar tatap muka.

“Kalau lihat kita punya angka Covid sudah melandai, makah pemerintah kota melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mencoba untuk belajar tatap muka untuk SD maupun SMP,” kata Yuli Rahman.

Lanjut dikatakan, hari ini Wali Kota Jayapura melakukan peninjauan langsung untuk memastikan penerapan protokol kesehatan yang ketat di tiga sekolah yang sementara melakukan uji coba belajar tatap muka.

“Dengan peninjauan Wali Kota, kami dari Pansus DPRD kota Jayapura sangat berharap prokes tetap dijaga. Kami lihat sendiri sekolah menyiapkan tempat cuci tangan, hand sanitizer bahkan alat pengukur suhu tubuh,” ujarnya.

Ketua Pansus juga berharap, baik siswa-siswi maupun para guru tetap menggunakan masker.

Sekolah dalam proses belajar tetap muka harus membuat skenario dua shift baik pagi maupun sore sehingga kapasitas dalam ruang kelas tetap terjaga 50%,” tambahnya.

Kita juga sangat berharap, semua guru harus divaksin dan kenyataan sudah 96% guru-guru sudah divaksin satu maupun kedua.

“Olehnya itu, ada rapat koordinasi dan pengawasan yang ketat dari guru-guru di sekolah. Terpenting juga peran serta orang tua murid untuk selalu menyampaikan kepada anak-anak agar tetap menjaga prokes yang ketat di sekolah,” harapnya.

Politisi Golkar berparas cantik itu juga mengungkapkan, satu tahun lebih pembelajaran secara online. Kerinduan anak-anak kita untuk datang ke sekolah bertemu dengan teman-teman, guru sehingga mereka nanti ada penyesuaian.

“Belajar sistem online dari rumah kemudian datang ke sekolah memang perlu penyesuaian dan harus bertahap,” cetusnya.

Wakil ketua komisi B itu juga menjelaskan, di luar kota Jayapura ada sekolah yang melakukan belajar tatap muka tapi menimbulkan klaster baru.

Untuk itu kita harapkan, di kota Jayapura belajar tatap muka tidak langsung full time tapi harus bertahap untuk melihat perkembangan selama pandemi.

Pansus Covid DPRD kota Jayapura berharap, tidak ada klaster baru di sekolah setelah belajar tatap muka. Untuk itu mari kita sama-sama menjaga karena ini bukan saja tugas dari guru, kepala sekolah dan anak murid tapi tugas dan peran serta orang tua murid,” tandasnya.

Di tempat yang samaa kepala SD Negeri 3 Abepura, Yetir Vivi Agow, S.Pd menambahkan anak-anak 50% untuk masuk di sekolah.

“Ketika masuk dari gerbang mereka sudah langsung prokes, cuci tangan pakai sabun, mengukur suhu dan menulis suhu di buku yang sudah disiapkan selama mereka mengikuti belajar tetap muka,” kata Kepsek.

Kepsek juga mengungkapkan, di dalam kelas juga sekolah mensosialisasikan prokes kepada anak-anak sebelum prose pembelajaran dimulai.

“Nantinya juga sesuai arahan Wali Kota, anak-anak setelah masuk, sepatu dan tas akan disemprot dengan disinfektan,” terangnya.

Dia menambahkan, sudah 18 yang di vaksin dari 27 guru yang mengajar di sekolah. Dan masih ada 10 guru yang belum karena mereka ada penyakit komorbid.

“Sementara untuk jumlah siswa sebanyak 610 yang tercatat di Dapodik. Jadi yang belajar tatap muka baru 50%, namun menurut dia Wali Kota menyampaikan sudah bisa 70%,” bebernya.

Sekolah tambah Kepsek, sudah mengatur jadwal belajar Senin – Selasa kelas 1, 2 dan 3 50%. Hari Senin kelas 1 2 dan 3 50%. Hari hari Selasa kelas 1,2, 3 yang 50 juga 50% yang belum masuk di hari Senin.

Sementara anak-anak yang tidak ikut belajar tatap muka masih melakukan belajar secara online atau daring jadi guru habis mengajar Senin – Selasa mereka harus belajar online karena orang tua belum mengizinkan anaknya belajar tatap muka.

“Hari Rabu – Kamis kelas 4, 5 dan 6 juga 50%. Sedangkan hari jumat dimana waktu untuk para guru mengoreksi para siswa,” urai Kepsek.

(Sei)