Jayapura, Teraspapua.com – Gereja Protestan Indonesia (GPI) di tanah Papua menggelar rapat kelompok kerja (Pokja) amandemen tata gereja dan rapat badan pekerja Sinode GPI.
Rapat tersebut berlangsung di jemaat Elim Abepura, Kota Jayapura, Klasis Jayapura-Nabire dan dibuka secara langsung oleh, Asisten II Sekda Kota Jayapura, B Widi Hartanti, ditandai dengan penyamatan tanda peserta, Minggu (19/6/2022).
Momen ini dibawah sorotan tema “Rapih terus dan diikat menjadi satu”. Ini dimaksudkan bahwa Tuhan mengatur supaya semua kita disusun dan disatukan dengan sempurna, supaya kita seperti tubuh yang bisa bergerak dan bertumbuh karena ada sendi-sendi dan anggota,” ujar B Widi Hartanti, saat membacakan sambutan Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey.
Menurutnya, anggota tubuh yang lain ketika tiap-tiap anggota berfungsi dengan teratur, maka kita seperti tubuh yang sehat karena saling menguatkan dan saling mengisi.
“Hal ini menunjukkan bahwa dengan pimpinan Kristus setiap anggota gereja menerima perubahan dalam gereja demi pertumbuhan Jemaat. Jemaat akan bertumbuh dewasa dan kuat dengan kasih,” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan Hartanti, perubahan tata dasar dan peraturan-peraturan pokok serta peraturan-peraturan pelaksanaan yang akan dibicarakan selama beberapa hari ini, juga evaluasi program kerja dan anggaran pendapatan belanja Sinode. Kiranya dapat dilaksanakan dengan tertib, bijaksana dan hikmah yang dari Tuhan
“Sebab, segala keputusan yang lahir atau yang dibuat adalah untuk orang banyak di dalam suatu Jemaat. Dan tentunya harus bisa dipertanggungjawabkan,” terangnya.
Semoga juga diberikan semangat oleh Tuhan Yesus, kepala gereja itu terus meningkatkan kualitas pelayanan kita di gereja masing-masing maupun di lingkup GPI secara keseluruhan, imbuh Hartanti.
Ditambahkan Hartanti, pada prinsipnya keberadaan gereja di Papua khususnya di kota Jayapura, telah banyak memberikan kontribusi besar yang strategis terutama di bidang pengembangan spiritual bagi umat nasarani di kota Jayapura seperti kehadiran GPI di tanah Papua.
“Oleh karena itu, mari bersama kita bangun kehidupan yang memiliki persekutuan, kesaksian dan pelayanan di lingkungan tempat kita tinggal,” tambah dia.
Bagi peserta yang datang dari luar kota Jayapura, Saya harap hubungan yang baik kali ini akan mengawali pertemuan-pertemuan selanjutnya,” tukasnya.
Sementara itu Sekretaris Badan Pekerja Sinode GPI di tanah Papua, Ronald Helweldery mengatakan, amandemen tata gereja ini merupakan usaha GPI Papua merespon perkembangan – perkembangan baru baik dalam bergereja, beragama dan bermasyarakat.
Selain itu, lanjut kata Helwelderi, amandemen tata gereja membutukan kesadaran GPI Papua untuk memutahirkan, membunyikan, pola pelayanannya kualitas mutuh serta dapat menghadirkan pelayanannya di tengah-tengah masyarakat.
“Oleh karena itu, semangat gereja harus membawah semangat revormasi pembaharuan terus menerus kepada masyarakat juga kepada Tuhan,” cetusnya.
Sedangkan kegiatan kedua, lanjut dijelaskan Helwelderi, adalah rapat badan pekerja sinode GPI. Ini bertujuan untuk memantapkan persiapan menuju sidang Sinode ke X di Kabupaten Merauke, pada Oktober mendatang.
Menurutnya, sidang sinode ke X ini sangat krusial, strategis dan penting karena pengalihan generasi. Lima tahun kedepan harus menyiapkan masa transisi dengan baik.
“Masa transisi itu, dalam arti perubahan generasi menjadi pelayan yang muncul dengan cita-cita harapan dunia baru mereka. Oleh karena itu GPI Papua harus hadir dengan perubahan-perubahan baru ditengah-tengah masyarakat jemaat dan pemerintah,” tegasnya.
Masih ditempat yang sama, Wakil Ketua BP Am Sinode GKI di tanah Papua Hiskia Rollo, mengatakan perubahan itu sangat penting, oleh karena itu dilakukan amandemen tata gereja untuk menjadi panduan dalam bergereja.
Sehingga saya berharap usai dari kegiatan ini, harus disesuaikan dengan apa yang sudah disepakiti dalam rapat kerja ini. Jangan sampai disepakati lain dikeejakan lain, ujarnya.
Pada kesempatan itu, Hiskia Rollo, mengucapkan rasa terimakasihnya kepada GPI Papua, yang sudah mengelar acara ini. Dimana lewat acara ini bisa tanggap menyelesaikan perubahan-perubahan ditengah masyarakat dengan pola-pola pelayanan di dalam gereja. Sehingga kedepan jangan anak-anak muda kita lebih senang diluar dari pada didalam gereja.
Saya selaku Ketua PGI wilayah Papua tetap mendukung, berdoa supaya kehendak dan hati Tuhan Itu diterjemahkan secara baik dan benar oleh hamba-hamba Tuhan, yang menerimah tugas dan tanggungjawab untuk melakukan perubahan-perubahan.
“Hindarkanlah dirimu untuk memasukkan keinginan hatimu ke dalam tata gereja. Karena tata gereja ini merupakan fungsi kontrol dari pekerjaan gereja yang diperintahkan oleh Tuhan,” tegasnya.
Oleh karena itu, hindarkan dirimu sejauh mungkin supaya tata gereja ini benar-benar menjadi pedoman untuk kerja-kerja dalam gereja dan jemaat bahkan masyarakat,” pungkasnya.
(tp-02)