Bahasa di Port Numbay Hampir Punah, Pemkot Jayapura Gandeng Balai Bahasa Papua Publikasikan Bahasa Sastra Daerah

Foto bersama Plh Kepala Dinas. Ellen Montolalu S.Pd.MPd, Antonius Maturbongs, S, Pd. MPd dari Balai Basa Papua penanggungjawab kegiatan, Jannes Frets, Kepala Seksi P2 Budaya, Bahasa Dan Sastra Daerah dengan kepala sekolah dan guru SD (Foto Arche)

Jayapura, Teraspapua.com – Kota Jayapura merupakan wilayah administrasi negara memiliki suku dan sub suku dengan Khasanah bahasa Ibu di 14 Kampung, tersebar di lima Distrik.

Bahasa Ibu bisa saja mengalami kepunahan seiring pesatnya perkembangan zaman, apalagi jika generasi muda pengguna bahasa tersebut lebih cenderung menggunakan bahasa-bahasa yang berkembang dalam dunia teknologi modern sesuai pesatnya tuntunan era milenial zaman ini.

Untuk itu Pemerintah kota Jayapura melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, menggandeng Balai Bahsa Papua menggelar kegiatan Publikasi Bahasa Sastra Daerah kepada kepala sekolah dan guru SD, SMP, kepala Kampung dan Ondoafi se-kota Jayapura.

Kegiatan berlangsung di aula SMK Negeri 1 Jayapura Dok V, Distrik Jayapura Utara dan dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Abdul Majid S.Pd M.M. Pd yang diwakili oleh Plh Kepala Dinas. Ellen Montolalu S.Pd.MPd yang juga Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar (SD)

Kepada sejumlah Wartawan Ellen Montolalu menyebutkan, harapan pemerintah untuk kegiatan Publikasi Bahasa dan Sastra, sekolah-sekolah bisa mengintegrasikan pentingnya bahasa dan sastra di masing-masing satuan pendidikan.

Sehingga benar-benar anak-anak didik kita yang ada di kota Jayapura juga bisa memahami pentingnya bahasa dan sastra di sekolah.

Foto bersama Plh Kepala Dinas. Ellen Montolalu S.Pd.MPd, Antonius Maturbongs, S, Pd. MPd dari Balai Bahasa Papua penanggungjawab kegiatan, Jannes Frets, Kepala Seksi P2 Budaya, Bahasa Dan Sastra Daerah dengan guru SMP (Foto Arche)

“Untuk menjaga jangan sampai bahsa daerah Port Numbay atau bahasa ibu punah, maka Bidang Kebudayan membuat program. Bahkan sudah diterbitkan buku dan diharapkan semua satuan pendidikan bisa mengalokasikan anggaran melalui dana BOS untuk buku pengadaan buku tersebut.

Selain itu banyak juga kegiatan-kegiatan lain, memberikan pelatihan bagi guru-guru yang ada di 14 Kampung. Dikatakan, untuk kurikulum, muatan lokal bahasa daerah dilaksanakan di satuan pendidikan tentu harus ada Perwal, karena saat ini kami masih mengacu kepada kurikulum nasional.

Kegiatan ini ujar Elen, betul-betul bisa kita implementasikan, desiminasikan kepada rekan-rekan kita guru-guru lain yang tidak hadir mengikuti kegiatan ini.

“Memang fungsinya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas pendidikan, dengan harapan bahwa peserta yang hadir bisa mengimplementasikan ilmu yang diperoleh kepada guru-guru lain,” ucapnya.

Ditambahkan, terkait dengan kegiatan Publikasi Bahasa Sastra Daerah. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi terciptanya suatu bentuk kesusastraan.

Plh Kepala Dinas. Ellen Montolalu S.Pd.MPd saat memberikan sambutan (Foto Arche)

Ditegaskan, tanpa adanya bahasa tak akan pernah lahir Sastra. Kemudian, bahasa merupakan medium ekspresi kesusastraan. dalam undang-undang Republik Indonesia mengakui keberadaan dua ragam bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah,” tandasnya.

Ditempat yang sama, penanggungjawab kegiatan, Jannes Frets, Kepala Seksi P2 Budaya, Bahasa Dan Sastra Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Jayapura juga mengatakan, sesungguhnya kegiatan publikasi bahasa ini. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura baru coba untuk lakukan publikasikan.

“Ada beberapa kegiatan yang mendahului kegiatan induk ini, salah satunya penulisan kamus bahasa Skouw. sudah dilakukan dan kemudian ada penulisan cerita rakyat yang ada di masyarakat yang sudah diangkat dalam beberapa buku yang di susun untuk menjadi pelajaran-pelajaran sederhana di masyarakat,” ujarnya.

Penanggungjawab kegiatan, Jannes Frets, Kepala Seksi P2 Budaya, Bahasa Dan Sastra Daerah saat memberikan laporan

Dikatakan, Inti daripada kegiatan penulisan, kemudian pembuat kamus ini, sesungguhnya bertujuan untuk mendorong masyarakat asli di daerah ini merasa memiliki, kemudian menggunakan dan juga melindungi bahasa ibu, sebagai bagian dari jati diri mereka di dalam 14 Kampung yang ada di Port Numbay.

“Berdasarkan beberapa penelitian dan pengalaman-pengalaman yang sudah dilakukan oleh teman-teman dari Uncen dan Balai bahasa di Papua, bahwa penutur penutur asli yang di kampung itu berkurang,” jelasnya,

Memang kita terkendala pada regulasi yang menunjang untuk memberikan kekuatan kepada Dinas Pendidikan dan juga kepada pemerhati, komunitas-komunitas bahasa yang ada di kota ini untuk bisa turut terlibat secara aktif di dalam perlindungan bahasa,” tandasnya.

Plh Kepala Dinas. Ellen Montolalu S.Pd.MPd, Antonius Maturbongs, S, Pd. MPd dari Balai Basa Papua Penanggungjawab kegiatan, Jannes Frets, Kepala Seksi P2 Budaya, saat membuka kegiatan (Foto Arche)

Dirincikan, kegiatan ini menghadirkan 53 orang peserta, terdiri dari guru SD, SMP, para kepala Kampung, para Ondoafi dari 14 Kampung.

Sementara Antonius Maturbongs, S, Pd. MPd dari Balai Bahasa Papua juga mengatakan, publikasi terkait dengan bahasa dan sastra di Port Numbay ini sangat penting, karena kita melihat kondisi saat ini bahasa-bahasa di Port Numbay ini hampir punah.

“Hampir disemua Kampung, Tobati, Enggros, Kayo Pulau, Kayu Batu, Skouw Yamb, Skouw Mabo dan Skouw Sae. hampir semua bahasa di daerah ini kondisinya memprihatin,” ujarnya.

Oleh karena itu kami berharap, dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan pemahaman atau wawasan kepada para peserta, agar mereka memahami bahwa kondisi bahasa-bahasa asli Port Numbay, saat ini terancam punah.

“Sehingga mereka dapat memahami mengetahui untuk bagaimana melestarikan bahasa-bahasa Port Numbay, khususnya dalam bidang pendidikan,” cetusnya.

Antonius Maturbongs menuturkan, di Papua menurut data kami dari Badan Bahasa ada 428 bahasa daerah, yang paling aman terbesar itu hanya ada dua yaitu dengan jumlah penuturnya terbesar itu bahasa Mee dan bahasa Dani.

“Kami berharap ada penutur dari 10 Kampung di Port Numbay agar memberikan pemahaman kepada masyarakat di kampung-kampung, bahwa bahasa mereka ini terancam punah,” lugasnya.

Antonius Maturbongs, S, Pd. MPd dari Balai Basa Papua saat memberikan materi (Foto Arche)

Secara ilmu, prediksi kami sekitar 10 tahun ke depan akan mengalami kepunahan. Kalau kita tidak dilindungi sekarang ini akan punah dan yang kehilangan yang punya bahasa sendiri.

Ditambahkan, supaya tidak hilang kami coba mendorong, bekerja sama dengan DPRD kota Jayapura menyusun regulasi tentang pengembangan pembinaan dan perlindungan bahasa di Port Numbay.

Sehingga kita dorong regulasi ini hadir lalu kita dorong untuk dijadikan muatan lokal di sekolah-sekolah yang ada di Port Numbay, sesuai dengan zonasinya,” jelasnya Antonius Maturbongs.

(Har/Ricko)