Jayapura,Teraspapua.com – Momen haru terlihat ketika Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Irjen Mathius D. Fakhiri dipertemukan kembali dengan seorang Balita bernama lengkap Yusi Martha Guinia (3), melalui sebuah panggilan telepon, Senin (6/5/2024).
Ini adalah pertemuan pertama Irjen Fakhiri, setelah ia diminta oleh kedua orang tua dari anak tersebut untuk memberi nama kepada bayi yang terlahir di lokasi pengungsian atau tepatnya pada 30 Juni 2021.
Saat itu terjdi konflik sosial atau kerusuhan akibat Pemilihan Kepala Daerah Bupati dan Wakil Bupati di Elelim, Kabupaten Yalimo pecah pada 29 Juni 2021. Akibatnya, ribuan warga mengungsi dan tertahan di Elelim karena saat itu massa memblokade jalan keluar dan masuk ke wilayah tersebut.
Hampir selama satu minggu para pengungsi terkurung di Elelim dengan stok bahan makanan terbatas. Baru pada 5 Juli 2021, blokade jalan brhasil dibuka setelah Irjen Fakhiri turun langsung ke lokasi dan menemui massa. Setelah itu, 1.025 warga memilih mengungsi ke Wamena, Jayawijaya.
Sehari setelahnya, Irjen Fakhiri yang mendatangi lokasi pengungsian di Gedung Tongkonan Wamena. Saat tiba di lokasi, ia justru diminta Yulius, ayah dari anak tersebut, untuk memberi nama bayinya yang baru berusia satu minggu.
Kaget atas permintaan tersebut, Irjen Fakhiri pun memberi satu nama yang sangat berarti daam hidupnya, yaitu “Martha”. “Biar mudah saya ingat saya beri nama bayi ini Martha karena ini nama ibu saya,” kata Fakhiri saat itu.
Usai momen tersebut, ia pun belum pernah bertemu kembali dengan Martha yang saat ini sudah kembali tinggal di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, papua Pegunungan.
Melalui panggilan video di ruang kerjanya, Fakhiri terlihat sangat senang bercampur kaget saat melihat anak dari pasangan Yulius dan Sri Komariah, yang lahir di pengungsian warga dan ia beri nama Martha kini tumbuh dalam kondisi sehat dan ceria.
“Hallo Martha, apa kabar? sekarang ko sudah besar, ko sehat-sehat to?” kata Fakhiri kepada Martha yang saat itu duduk dipangkuan ibunya, Siti Komariah.
Setelah terpisah selama kurang lebih 3 tahun, Fakhiri berjanji kepada Martha jika dalam waktu yang tidak terlalu lama, ia akan bertemu dengan Martha di Wamena.
“Kalau saya ke Wamena, jika sempat nanti saya akan ke Yalimo. Namun jika tidak, saya akan minta Kapolres Yalimo bawa ibu dan Martha ke Wamena,” ujarnya.
Diketahui, saat konflik sosial pecah di Yalimo terhitung sebanyak 1000 lebih warga memilih mengungsi termasuk keluarga kedua orang tua Martha karena takut menjadi korban amuk massa. Kerusuhan itu terjadi setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mendiskualifikasi pasangan calon bupati dan wakil bupati nomor urut 1, Erdi Dabi – Jhon Wilil.
Saat mengungsi, Siti Komariah dalam keadaan hamil tua. pasangan Yulius dan Sri Komariah tidak pernah menyangka anak ketiganya akan lahir di saat kondisi di Yalimo lagi mencekam dan di tengah pengungsian. Hal itulah yang membuat ia mengalami kontraksi.
Tepat pada 30 Juni 2021, bayi perempuan yang kemudian diberi nama Martha itu lahir pukul 04.00 WIT dini hari, dengan dibantu dokter yang ada di pengungsian. Momen pemberian nama pun diberikan Irjen Mathius Fakhiri saat ia mengunjungi para pengungsi di Gedung Tongkonan Wamena.