Rencana Miliki Boarding School, BP YPK di Tanah Papua Studi Tiru ke Sekolah Yayasan Penabur dan Pelita Harapan, Ini Harapan Ketua Dewas

Jayapura, Teraspapua.com – Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Kristen (BP YPK ) di tanah Papua melalui tim kerja melakukan study tiru di dua sekolah Yayasan ternama di Jakarta.

Keduanya yaitu, SMAK Penabur Gading Serpong (SMAK GS), Yayasan BPK Penabur, Summarecon Gading Serpong Jakarta, Sekolah Lentera Harapan Curug, Yayasan Pelita Harapan dan Sekolah Dian Harapan Mentawai.

Selama 4 hari melakukan studi tiru, BP YPK di tanah Papua mengadopsi berapa program-program dengan harapan YPK di tanah Papua harus memiliki sebuah sekolah pola asrama atau boarding school yang akan dikemas menjadi sekolah berbasis global.

Setelah kembali ke kota Jayapura ketua Dewan Pengawas BP YPK, ibu Kristhina Luluporo Mano dan ketua tim kerja, Paulus Gandeguai dan beberapa kepala sekolah YPK mempresentasikan hasil studi tiru tersebut di depan ketua BP YPK Joni Y. Betaubun, wakil Sekertaris Yustus Podayar dan beberapa pengurus.

Ketua Dewan Pengawas (Dewas) BP YPK ibu Kristhina Luluporo Mano ketika dikonfirmasi teraspapua.com usai melakukan presentasi mengatakan setelah bersama tim kerja melakukan studi tiru di dua Yayasan tersebut tentu banyak banyak perbedaan.

“Saya berharap YPK di tanah Papua harus memulainya, sehingga mungkin 5, 10, 20 tahun yang akan datang kita berhap YPK di tanah Papua juga harus berubah berubah, yang pertama manajemen harus berubah,” kata ibu Kristhina, Senin (20/1/2025).

Untuk itu dengan penyatuan Yayasan Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) GKI I.S.Kijne maupun Universitas Ottow Geisler dengan Yayasan Pendidikan Kristen oleh Sinode GKI di tanah Papua, sehingga bisa mengelola sekolah mulai dari tingkat PAUD hinggah perguruan tinggi dengan baik.

“Nah ketika kami melaksanakan studi tiru di Yayasan Pelita harapan maupun Penabur, maka kita harus banyak berubah dan harus sama dengan kedua Yayasan tempat studi tiru,” harapnya.

Untuk itu kepada Sinode GKI di tanah Papua, istri Gubernur Papua terpilih ini berharap kita harus memulai dari sekarang, jika kita menginginkan YPK di tanah Papua mau berubah dan lebih maju lagi.

Berarti dikatakan, kita harus mempunyai kemauan untuk belajar dan merubah diri, merubah diri dalam artian sarana prasarana, tetapi juga kebutuhan-kebutuhan pendidikan mulai dari PAUD sampai dengan perguruan tinggi.

Oleh sebab itu saya sangat berharap bahwa Sinode GKI di tanah Papua dapat mengakomodir sehingga yayasan ini benar-benar menjadi yayasan pendidikan yang maju di tanah Papua.

Luluporo juga mengatakan, kita harus membuat kurikulum yang spesifik untuk diterapkan di sekolah-sekolah YPK di tanah Papua selain kurikulum nasional.

“Dengan demikian secara keseluruhan siswa yang selesai dari sekolah YPK benar-benar intelegensi secara pendidikan bagus, tapi juga watak maupun karakter benar-benar meneladani karakter Kristus,” jelasnya.

Tentu semuanya itu berdampak pada dana yang disiapkan oleh Sinode GKI selaku pemilik Yayaysan Pendidikan Kristen. Apakah mampu nanti untuk merubah satu sistem pendidikan atau tidak, semuanya berpulang lagi kepada Sinode dan Jemaat GKI di tanah Papua.

“Kalau kita mau pendidikan di berubah, itu berarti bukan hanya Sinode sebagai pengelola dana, tetapi juga Jemaat sebagai pemberi dana harus lebih banyak lagi memberi dan lebih banyak peduli untuk kemajuan pendidikan di tanah Papua,” timpahnya.

Lanjut Luluporo, dana 4% dari pendidikan menjadi 10% dan tetap harus dikelola dengan baik, sehingga dari dana 10% yang dikumpulkan dari persembahan Jemaat itu benar- benar dipersembahkan untuk pendidikan.

Menurutnya, bukan hanya untuk sarprasnya saja, tetapi juga tenaga kependidikannya yang dari waktu ke waktu harus di-update, karena saat ini sekolah-sekolah YPK banyak dibantu oleh pemerintah dengan pengadaan tenaga-tenaga guru ASN.

“Saya berharap ke depan tenaga pengajar tenaga, tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di Yayasan kita benar-benar dibiayai full oleh Yayasan, sehingga jika mereka bekerja dengan baik, kapan saja kita mau ganti silakan kita ganti dan kepala sekolah yang tidak bekerja dengan baik, kapan kita mau ganti kita ganti karena semuanya kita yang biayai,” paparnya.

Dikatakan, saat ini banyak kepala sekolah ataupun guru –guru masih masih dibantu oleh pemerintah dalam arti bahwa guru-guru kita masih ada dari PNS.

Luluporo juga menambahkan, dalam penerapan boarding school guru-guru yang mengajar harus menggunaan Bahasa inggris, menurut Luluporo guru-guru YPK pasti ada yang bisa berbahasa Inggris, karena pasti ada guru bahasa Inggris di setiap sekolah.

Tetapi tentu dalam boarding school itu kita membutuhkan sarana prasarana yang tersedia, asramah, ruang belajar yang memadai, guru pun harus disiapkan.

“Nah guru-guru kita yang ada di SMA maupun SMK tidak semuanya juga pasti bisa berbahasa Inggris, dan sekolah yang kami harapkan itu paling tidak guru-guru pasti berbahasa Inggris,” katanya.

Selain itu, kita juga butuh guru fisika, matematika, yang memang ahli, sehingga ketika kita menerima murid ataupun siswa guru-guru  juga sudah harus siap.

“Misalnya harus butuh guru bahasa Inggris, berarti kita harus kasih kursus bahasa Inggris untuk guru-guru, misalnya di sekolah itu kita tidak ada guru fisika atau guru matematika yang bagus, maka kita harus mengontrak guru mata pelajaran tersebut,” paparnya.

Sehingga murid-murid yang di sekolah YPK memang murid-murid yang brilian, memang murid-murid yang dipersiapkan dan guru-gurunya juga harus yang ahli,” imbuhnya.

Sementara Ketua Tim Studi Tiru,Paulus Gandeguwai mengatakan, studi tiru yang dilakukan oleh BP YPK di tanah Papua melalui tim studi tiru merupakan sebuah program kerja 2024 BPYPK di tanah Papua.

“Dalam studi tiru itu kami fokus untuk penataan manajemen di beberapa sekolah dan fokus untuk melihat pola pengembangan boarding school yang dimiliki oleh kedua Yayasan itu,”ungkapnya.

Kemudian kami melihat sekolah-sekolah global yang dimiliki oleh dua Yayasan ini yang dimaksudkan dengan sekolah global di sini adalah sekolah-sekolah Yang bertaraf Internasional.

Dikatakan, dalam studi tiru selama 4 hari itu kami sudah mencoba untuk mengadopsi beberapa, diantara program-program itu, dan pada akhirnya kita akan berpikir untuk bahwa YPK di tanah Papua harus memiliki sebuah sekolah boarding school yang kemudian akan dikemas sedemikian rupa sehingga sekolah itu dia berbasis Global.

“Berbasis global tapi embrionya kita akan memulai dengan sebuah kelas yang dinamakan dengan kelas brilian kelas. dalam kelas brilian ini guru akan mengajar, berbahasa inggris atau bilingual setiap hari.

Oleh karena itu tenaga-tenaga pengajar yang siap mengajar pada kelas brilian ini harus mulai diprogramkan dari sekarang yaitu mereka guru yang mengajar di dalam kelas ini dia harus mengajar dengan bahasa Inggris.

“Jadi ada program peningkatan kapasitas guru khusus berbahasa Inggris di SMA YPK Diaspora yang kemudian mengajar pada kelas brilian ini,” ujarnya.

Ditambahkan, hari ini kita sampaikan program studi tiru kepada BP YPK di tanah Papua dan kemudian direkomendasikan langsung pada Raker Sinode GKI di tanah Papua,”
tukasnya.

(Har/Rck)