Puncak Jaya,Teraspapua.com – PJ Bupati Puncak Jaya, Yopi Murib, SE, MM terus berupaya meredam konflik alias perang antara kedua kubu pendukung pasangan calon Bupati Puncak Jaya.
Terakhir, Pj Bupati Puncak Jaya menemui keluarga korban tewas pertama akibat perang pada 5 Februari 2025 dan perang pada 12 Februari 2025 untuk bicara dari hati ke hati.
Bahkan, bersama Kapolda Papua Tengah Brigjen Pol Alfred Papare didampingi Kapolres Puncak Jaya dan Dandim 1714 Puncak Jaya, Pj Bupati Yopi Murib menyaksikan keluarga korban pertama bergabung di markas kubu 01 untuk melakukan acara adat penyampaian nama korban. Bahkan, mendengar aspirasi mereka secara langsung.
Pj Bupati Yopi Murib mengatakan jika untuk menyelesaikan perang antar kedua kubu paslon bupati ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan.
“Situasi di Puncak Jaya pasca Pilkada tidak aman-aman saja. Apalagi, sudah ada korban jiwa. Jadi, jika sudah ada korban jiwa kalau masuk ke sisi adat, memang membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena ada korban jiwa dan sudah pecah perang,” katanya.
Untuk itu, ujar Pj Bupati Yopi Murib, dengan segala upaya pihaknya melakukan upaya untuk mendamaikan kedua belah kubu bertikai agar Kabupaten Puncak Jaya aman dan damai.
Apalagi, lanjut Pj Bupati Yopi Murib, dari sisi adat, penyelesaian perang kedua kubu paslon itu tidak bisa secepat mungkin dilakukan.
“Jika sudah pecah perang dan ada 4 korban, maka penentu utama dalam adat Dani sepanjang ada di Pegunungan, penentu utama masalah perang ini mau balas atau tidak?, mau balas kepala dengan kepala atau tidak? Mau balas dendam atau tidak, itu kuncinya ada di korban pertama,” jelasnya.
“Jika keluarga korban pertama menyatakan saya mau balas, maka kepala perang hanya dengar. Korban kedua, ketiga menunggu keputusan korban pertama. Itu yang biasa terjadinya,” sambungnya.
Dalam upaya menyelesaikan konflik antar kedua kubu ini, Yopi Murib selaku Pj Bupati Puncak Jaya, juga masuk dalam pihak adat dan sebagai anak daerah, tentu bagaimana melakukan pendekatan dengan keluarga korban pertama dan terakhir, sebab disitu merupakan penentu daerah Puncak Jaya aman dan damai.
“Pernyataan atas nama mereka korban ini, Puncak Jaya ini aman itu ada di tangan mereka, sehingga kita melakukan pendekatan persuasif dengan mereka. Apalagi, dalam pendekatan dengan mereka ini tidak gampang, harus bicara dari hati ke hati,” ungkapnya.
Pj Bupati Yopi Murib mengaku ada satu poin yang baik adalah keluarga korban pertama dan terakhir itu, merupakan bagian dari keluarganya.
“Nah, disitu saya ada peluang untuk masuk pendekatan dengan keluarga korban, duduk berbicara dengan mereka, lepas Garuda untuk masuk sebagai keluarga untuk berbicara dan sudah selesai. Tinggal menunggu keputuasannya siapa-siapa yang diutus mendatangani kesepakatan, mudah-mudahan hari ini atau besok sudah ada keputusan,” ujarnya.
Setelah itu, pihaknya akan masuk ke keluarga korban kedua dan ketiga, dimana pihaknya masih menunggu keluarga mereka datang dari Distrik Waegi.
“Kami berupaya dalam dua hari ini dalam pertemuan bersama Kapolres dan Dandim, sehingga penjemputan dilakukan 3 – 4 orang atau keluarga yang berhak menandatangani kesepakatan perdamaian yang datang. Kalau tidak bisa lewat darat, kami akan lakukan penjemputan dengan pesawat terbang. Jika lewat darat, tentu akan gunakan truk yang akan dikawal TNI – Polri,” ujarnya.
Menurutnya, jika keluarga korban sudah sepakat, maka tahapan berikutnya, pihaknya akan mengundang tokoh-tokoh dari kubu 1 dan kubu 2, keluarga korban, pemerintah daerah, pihak gereja untuk mendatangani pernyataan perdamaian.
Diakui, konflik antar kedua kubu paslon bupati ini, sangat rumit. Apalagi, permasalahan yang terjadi ada sebagian besar hamba-hamba Tuhan terbelah, lantaran berada di kubu 01 dan kubu 02.
“Kalau pemerintah daerah saya tidak bisa bicara. Yang jelas, sampai hari ini yang bergerak hanya Pj Bupati sendiri. Semua staf dibawah dari kepala kampung, kepala distrik, kepala dinas hingga sekda, semua dianggap ada di kubu 01 dan kubu 02, sehingga ketika saya mau bergerak turun bicara, tidak bisa maksimal, bahkan anggota legislatif tidak bisa ambil bagian. Yang bergerak mendampingi saya hanya ibu Ketua Sementara DPRK Puncak Jaya, berbicara kesana kesini sampai menangis, tapi ya mau bilang apa, karena semua sudah terbelah kubu 01 dan kubu 02,” ungkapnya.
Meski demikian, Pj Bupati Yopi Murib bersyukur dengan adanya campur tangan Tuhan, pihaknya melakukan pendekatan kepada kedua kubu termasuk keluarga korban sehingga mulai ada titik terang.
Selain Polri dan TNI yang membantu Pj Bupati dalam mengatasi konflik kedua belah kubu paslon ini, diakui Yopi Murib, adanya peran Palang Merah Indonesia (PMI) Puncak Jaya.
Terkait dengan tahapan-tahapan menuju perdamaian ke depan ini, Yopi Murib meminta kepada kedua pasangan calon Bupati Puncak Jaya baik nomor urut 1 Yuni Wonda – Mus Kogoya maupun nomor urut 2 Miren Kogoya – Mendi Wonerengga untuk menyampaikan kepada komando – komando dan pendukungnya termasuk anggota legislatif untuk menenangkan dan menahan diri agar tidak ada lagi korban.
Selain itu, Pj Bupati Yopi Murib menyerukan kepada semua elemen masyarakat Puncak Jaya baik para tokoh, intelektual dan senior baik yang ada di Tanah Papua, luar Papua atau nasional dan internasional untuk menyampaikan kepada masing-masing keluarga yang ada di Puncak Jaya agar masalah ini bisa segera selesai.
“Seluruh warga Puncak Jaya baik yang ada di kubu paslon nomor urut 1 maupun nomor urut 2, menahan diri dan tidak saling memancing pada saat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 24 Februari 2025. Siapapun dia yang menjadi bupati, itu adalah semua kita punya bupati. Pilkada ini ibaratnya main bola, tidak ada dua-duanya menang, pasti 1 saja yang menang. Oleh karena siapapun yang mendapatkan putusan MK, mari kita terima dengan lapang dada, karena itu pemimpin untuk semua masyarakat Puncak Jaya,” pungkasnya.