Jayapura, Teraspapua.com – Pemerintah Kota Jayapura dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPR – PKP) mengundang perwakilan Kelurahan, Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat dalam acara sosialisasi sistem pengelolaan air limbah domestik atau WC. Kegiatan berlangsung di Hotel Batika Entrop, Jumat (28/10/2022).
Pemkot Jayapura sangat membutuhkan peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan sanitasi lingkungan.
Pasalnya, masyarakat di kota Jayapura belum semua memiliki septic tank yang SNI, karena menurut standar kementerian PUPR, standar nasional Indonesia tentang septic tank itu harusnya ada dua kompartemen. Satu untuk lumpur nya dan lain untuk cairannya.
Kepala Dinas Dinas PUPR – PKP Novdi J Rampi dalam keterangan Pers mengatakan, buangan limbah domestik/kakus atau septic tank/wc ada di dalam tanah.
“di dalam tanah, masyarakat juga ada yang menggunakan air dengan pola sumur dangkal dan sumur dalam di luar dari suplai PDAM,” kata Novdi.
Terkadang lanjut Novdi, elevasinya atau kedekatannya sangat tidak sesuai dengan aturan, sehingga tanpa sadar kalau kita menggunakan air sumur dangkal atau sumur dalam itu sebenarnya tercemar dengan septic tank-nya.
Jika dibandingkan septic tank dulu semua buangan airnya itu di dalam tanah, beda sekarang dengan anjuran daripada pemerintah seperti itu harus berbasis SNI.
“Sehingga buangan-buangan itu sudah dalam proses baik, tapi tetap juga harus disedot,” cetusnya.
Selain itu dijelaskan Novdi, masalah tentang WC di tengah-tengah masyarakat datang dari perilaku BAB. Masih banyak orang BAB di alam terbuka, yang justru merugikan kesehatan masyarakat.
“Jadi, dalam sosialisai ini ada dua hal yang harus kita dorong. Perubahan perilaku tentang bagaimana BAB dan bagaimana kita rajin menyedot WC,” ujarnya.
Selain itu juga tentang konstruksi daripada WC yang septic tank itu sudah harus berbasis SNI, tapi banyak kita sadari sekarang bahwa untuk melakukan penyedotan WC saja di tengah-tengah masyarakat itu yang memang agak sulit.
“Bertahun-tahun dia tidak sedot, bahkan bertahun-tahun itu bakterinya itu yang akan kemana-mana. Oleh karena itu kita coba dengan pola sosialisasi ini untuk menghidupkan perilaku yang baik tentang cara BAB,” tandasnya.
Baru kemudian cara penanganan penyedotan WC, dan pemerintah menyiapkan penyedotannya, tentu dengan ada aturan-aturannya,” tutup Novdi.