Anggota DPRD, Lina Marlina Harap Kota Jayapura Jadi Kota Layak Anak

Wakil Ketua Komisi “D” Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD) kota Jayapura, Lina Marlina,

Jayapura, Teraspapua.com – Pemerintah kota Jayapura, melaksanakan kegiatan Pelembagaan Pemenuhan Hak Anak (PHA) pada lembaga pemerintah, non pemerintah dan dunia usaha kewenangan kabupaten/kota di gedung sian sinssor setempat, Jumat (16/2/2023).

Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3A & KB) itu, guna meningkatkan kepedulian terhadap pemenuhan hak anak dalam rangka HUT kota Jayapura ke 114, dengan tema “Mewujudkan Kota Jayapura Layak Bagi Anak”.

Wakil Ketua Komisi “D” Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD) kota Jayapura, Lina Marlina, ST sebagai nara sumber membawahkan Materi Sinkronisasi dan Implementasi Peraturan Daerah Kota Jayapura nomor 14 tahun 2016 tentang “Kota Layak Anak”.

“Anak adalah objek dari pembangunan itusendiri. Jadi ketika kita ingin mewujudkan kota layak anak, berarti kita harus memulai dari diri sendiri untuk memperlakukan anak dengan baik,” kata Lina Marlina dalam pemaparannya.

Dalam sebuah buku tentang pendidikan anak, ada tiga kategori cara orang tua memperlakukan anak. Yang pertama, ketika anak berusia 1 sampai 7 tahun kita perlakukan dia sebagai raja, kita sayang dan layani dia, kebutuhan-kebutuhannya kita penuhi, makan, minum, berpakaian.

Kemudian kategori yang kedua adalah anak umur 7 sampai 14 tahun, kita perlakukan anak tersebut dengan kedisiplinan, kita ajarkan kedisiplinan sehingga bisa mengarahkan mereka kepada kebaikan-kebaikan.

Kemudian kategori ketiga umur 14 sampai 21 tahun atau usia dewasa, di situ kita perlakukan anak sebagai sahabat. Jadi, dalam fase usia tersebut kita menghabiskan waktu dengan anak-anak kita dan tentu ada ilmunya.

“Aturan-aturan kota layak anak yang sudah direncanakan di RKPD, tentu program-program atau kegiatan-kegiatan di Musrenbang Kelurahan harus disampaikan. dan untuk kota Jayapura sudah sangat mendukung,” ujarnya.

Kemudian penyusunan Program dan kegiatan-kegiatan tersebut harus melihat kebijakan dan disesuaikan dengan undang-undang.

Lina Marlina juga mengatakan, kota Jayapura saat ini indikatornya penilaiannya sudah pada jenjang pratama. Kita ingin melihat indikatornya setiap jenjang.

“Ketika kita sekarang pada indikator pratama, kita harus upayakan untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan dan program-program yang bisa meningkatkan sehingga kota Jayapura menjadi kota layak anak,” katanya.

Tentu kita tidak bekerja sendirian, tapi harus kerja gotong royong, untuk itu kita harus memulai dari diri kita, karena setiap kita pasti punya anak dan bisa merasakan kebutuhan anak dan bisa diimplementasikan dalam program dan kegiatan.

“Saya menyarankan kepada semua OPD untuk membuat sosialisasi untuk kita memberikan nuansa yang ramah anak. Setiap perusahaan atau kantor harus disediakan tempat penitipan anak atau tempat bermain anak,” ucap Lina Marlina.

Jadi, disediakan ruangan-ruangan untuk fasilitas anak. Begitu juga pojok untuk ibu menyusui sehingga kota Jayapura bisa masuk indikator sebagai kota yang layak anak,” imbuhnya.

Ditambahkan, dalam Perda 14 tahun 2016, ada pasal-pasal yang mengatur tentang RW dan RT ramah anak di setiap Kelurahan, serta kampung ramah anak. Tentu harus menyediakan taman bermain anak, termasuk kesejahteraan anak dan kesehatan anak terpenuhi.

Politisi PKS Kota ini juga minta dari DP3A & KB untuk merealisasikan, dan meningkatkan kota layak anak dari pratama menuju ke jenjang yang berikut.

Tentu harus ditopang dengan kegiatan-kegiatan atau program-program, dan kampung  pilot project layak anak yang di dukung perencanaannya dari Bappeda setempat.

Dikatakan, Pemkot Jayapura dalam hal ini DP3A & KB harus ada kampung pilot project layak anak yang di dukung perencanaannya dari Bappeda setempat.

“Seorang anak menjadi sukses dan maju tentu dibentuk dari keluarga, maka bentuk sebuah keluarga yang harmonis sangat penting, semua dimulai dari keluarga, jika dalam keluarga punya budaya baik maka anak-anak juga menjadi baik,” jelasnya.

Namun kebanyakan karena anak-anak sudah tidak diperhatikan oleh orang tua, maka dia harus lari ke teman-teman yang tentua belum bisa memberikan solusi seperti orang tua sendiri.

“Kemudian karena mereka tidak mendapatkan perhatian dari orang tua, maka dia lebih senang curhat dengan teman-teman sebaya,” ungkapnya.

Jadi mau tidak mau kita harus mempelajari psikologi anak, seraya berharap orang tua harus sekolah menjadi orang tua yang baik,” pungkasnya.

(red)