Biak,Teraspapua.com – TBC dan HIV masih merupakan masalah penyakit menular yang hingga kini belum dapat diselesaikan secara Global, Nasional juga di Provinsi dan Kabupaten dan Kota lebih khusus di Kabupaten Biak Numfor .
“ Dalam implementasi pengendalian kedua penyakit tersebut mempunyai keterkaitan erat dan saling mendukung baik terhadap epidemiologi penyakitnya, dampak sosial maupun terhadap kondisi penyakit tersebut yang saling mempengaruhi,” Ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Biak Numfor, Daud Duwiri, SH.,S.Km.,M.Kes ” saat memberikan sambutan mewakili Kepala Dinas Kesehatan setempat”.
Kita tahu bersama bahwa penyumbang kematian terbesar pada pasien Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah TBC,”tegasnya pada acara Validasi data TB-HIV Kabupaten Biak Numfor tahun 2019 ,di Hotel Mapia Biak ,selasa kemarin (22/10/2019).
Dikatakan lanjut, angka penemuan kasus TBC atau Case Detection Rate (CDR) di Kabupaten Biak Numfor dalam 2 tahun terakhir cukup baik tahun 2017 (143%) tahun 2018 (112%) melebihi target Nasional yaitu 90% dan kita, Kab. Biak Numfor menduduki peringkat 2 se Provinsi Papua dalam pencapaian CDR ini.
Penemuan kasus baru HIV/AIDS tahun 2018 sebanyak 227 kasus sampai juni 2019 sebanyak 100 kasus baru atau kumulatif kasus di Kabupaten Biak Numfor sebanyak 2344 sejak ditemukanya kasus HIV/AIDS di kabupaten Biak Numfor .
Target kita dalam pengendalian HIV/AIDS adalah tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian karena HIV dan tidak ada diskriminasi terhadap ODHA, ini yang di kenal Tree Zero di tahun 2030 “ ucapnya”
Strateginya terletak pada Temukan Obati pertahankan (TOP) to Suluh Temukan Obati Pertahankan (STOP)).
Dijelaskan pula dari gambaran kedua penyakit tersebut beban utama dan ganda yang sementara ini dihadapi dalam kolaborasi TB-HIV di Kabupaten Biak Numfor yaitu: Masih tingginya orang dengan HIV yang belum di test TBC dan sebaliknya orang dengan TBC belum di test HIV.
Angka Loss to Follow Up (LFU), satu angka putus ARV pada pasien HIV/AIDS sangat tinggi, angka kesembuhan pada pasien TB masih rendah,juga putus berobat pasien TBC, serta Angka TBC Resisten Obat sangat meningkat ,total kurang lebih 40 orang yang terdeteksi namun dalam pengobatan sekarang hanya 50%nya.
“ menyikapi berbagai permasalahan pada kedua program prioritas ini saya berharap saudara-saudara dapat mengikutinya dengan baik dan menghasilkan suatu data yang baik dan valid pada progaram Kolaborasi TBC-HIV sesuai dengan Tujuan pertemuan. Dan tentunya RTL bersama yang dapat dilakukan guna perbaikan pelayanan TBC-HIV kedepannya,”tukasnya”.
Hadir pada saat itu Pemerhati aktif TBC dan HIV provinsi Papua dr. Gunawan, Narasumber DinKes Provinsi Papua Yakobus Kombong SKM sebagai Project Leadher (PL) GF-TB Provinsi Papua, Kepala Bidang P2P Dinkes Biak Numfor, Kepala Seksi P2PM Dinkes Biak Numfor , Narasumber Lokal Biak Numfor serta Para peserta aktif .
(Hend}