MUSIC  

Launching Perdana, PKB GKI Pniel Kotaraja Rilis 11 lagu Rohani Dalam Bahasa Daerah Papua

Benhur Tomi Mano Sukses Sebagai Produser Pada Dua Grup Penyanyi Kota Jayapura

Jayapura, Teraspapua.com – Sosok Dr. Benhur Tomi Mano, MM tidak saja sukses di dunia birokrasi pemerintahan dan Olahraga, tapi mantan Wali Kota Jayapura dua periode ini juga sukses dalam dunia musik di Kota Jayapura.

Setelah sempat menjadi Produser pada grup D’ Uzi yang kini sangat tenar di Kota Jayapura maupun Papua dan Papua Barat secara umum. BTM juga sukses sebagai Produser pada grup Persekutuan Kaum Bapa (PKB) GKI Pniel Kotaraja.

Grup D’ Uzi mulai dibentuk di tahun 2018 hingga sekarang dan berhasil dengan album berjudul Simponi Port Numbay. Ditahun 2021 – 2022 Benhur Tomi Mano juga sukses membawahkan grup Persekutuan Kaum Bapak (PKB) GKI Pniel Kotaraja.

Grup PKB GKI Pniel Kotaraja hadir dengan lagu-lagu rohani berbahasa daerah Papua,dan di Launching pada Selasa (6/9/2022) malam di gedung serba guna Laurens Songgi Mano GKI Pniel Kota Raja.

Dalam keterangan Pers, Dr. Benhur Tomi Mano, MM mengaku apa yang dilakukan ini untuk memberikan inovasi kepada Persekutuan Kaum Bapa GKI Pniel Kotaraja.

“Hari ini kita launching 11 lagu rohani dalam bahasa daerah dari Papua, tentu dari beberapa suku dan kampung yang diambil untuk dinyanyikan,” kata Benhur Tomi Mano.

Pria yang akrab disapah BTM ini juga berharap, lagu-lagu rohani berbahasa daerah Papua ini bisa dimasukkan dalam Liturgi GKI. Sehingga setiap ibadah Minggu bisa dinyanyikan oleh seluruh warga Jemaat GKI. Ini juga merupakan suatu pelajaran iman bagi warga Jemaat lewat puji-pujian yang dipersembahkan oleh PKB.

BTM juga menyampaikan terima kasih kepada para pencipta lagu dan kita hargai mereka, yang terpenting juga kepada Geostudio yang melakukan perekaman hingga dicetaknya DVD.

“11 lagu yang telah dirilis hari ini akan dimasukan juga dalam YouTube,” cetus dia.

Pada acara Launching dan untuk menunjang grup PKB, kami menyiapkan 1000 keping CD dan telah terjual habis. Tomi Mano juga mengakui, dirinya merupakan produser yang kedua untuk paduan suara Persekutuan Kaum Bapak Kota Raja lagu rohani berbahasa daerah Papua.

Dan juga sebagai produser kepada tiga penyanyi lokal Papua dengan grup D’ Uzi yang telah merilis karyanya Simponi Port Numbay.

BTM kembali berharap, Grup PKB Pniel Kotaraja ini akan terus berlatih untuk memuji Tuhan demi kemuliaan Tuhan dalam ibadah-ibadah jemaat.

Untuk waktu berlatih Tenaga Ahli Mentri Sosial Bidang Rehabilitasi Sosial ini mengaku selama 1 tahun dilakukan latihan. Proses latihan paduan suara ini terhenti hanya saat kota Jayapura dilanda pandemi covid 19. Namun disiplin dari anggota PKB ini sehingga mereka bisa latihan serius rutin dan sangat kompak.

Bahkan diakui BTM, untuk melatih lagu daerah ini grup PKB ini dibawa ke kota Kupang untuk mempersembahkan pujian pada peresmian gedung kebaktian GMIT Samaria Noelbaki, Klasis Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Minggu (6/5/2022).

“Mereka juga tampil di beberapa event yang digelar di kota Jayapura dan hampir sebagian khalayak masyarakat kota Jayapura sudah mengenal bapa-bapa dari GKI Pniel Kotaraja ini,” jelas BTM.

Tapi mana juga berharap mereka akan tetap berlatih untuk mengisi puji-pujian di Jemaat peniel Kotaraja dan teman-teman lain yang ada di kota Jayapura. Untuk 11 lagu yang dirilis hari ini ada 6 pencipta yang hari ini juga diundang pada acara launching ini.

Sementara pelatih yang juga mengaransemen lagu, Drs. Agus Samorai, M, Si mengaku mencoba berpikiran untuk berpaduan suara dengan orientasi untuk mengangkat lagu-lagu berbahasa daerah untuk dipaduan Suarakan. Terutama lagu-lagu rohani Kristen.

“Saya coba dan mampu untuk bisa mengaransemen lagu-lagu tersebut dengan sedikit sentuhan-sentuhan warna-warna musik Papua yang sangat sederhana, tapi bisa dinyanyikan oleh para penyanyi,” kata Agus Samori.

Salah satu yang masih kurang bagi kami terutama narasi latar belakang dari lagu itu menceritakan tentang apa,” akui Agus Samori.

Lanjut Agus Samori, kita hanya mengucapkan bahasa daerah, tetapi arti dari lagu itu yang belum kami ketahui tapi ada beberapa lagu yang sudah ada artinya.

“Tetapi dari perjalanan dan pengalaman ini, kami akan mencoba untuk mengangkat lagu-lagu daerah,”terang Agus.

Kita harapkan, lewat lagu-lagu daerah yang diangkat akan menunjang kearifan lokal, disosialisasikan, dilestarikan dan diwujudnyatakan lewat lagu-lagu ini.

Agus Samori juga menuturkan, berbicara berpaduan suara tentu harus berhubungan dengan notasi balok maupun notasi angka. Tapi di Papua lebih familiar ke notasi angka,” ungkap dia.

“Saya berusaha untuk menuntun bapak-bapak dari bagaimana mengeja notasi yang ada, kemudian setelah mengeja membunyikan dan digabungkan dengan syair atau teks yang ada,” jelasnya.

Menurut Agus, untuk mandiri dalam belajar notasi harus butuh proses, dan kita targetkan sampai album ini jadi membutuhkan kesabaran ketekunan yang terkadang jika dibatas tertentu hampir putus asa, putus harapan, tapi hingga proses rekaman itu sampai 1 tahun,” pungkas Agus Samori.

(let)