12 Bayi Balita di Ayapo Alami Stunting, Juliana Waromi : Butuh Kolaborasi Semua Pihak

Sekwan DPR Papua, Juliana Waromi saat menyalami anak-anak di Kampung Ayapo, Kabupaten Jayapura.

Jayapura,Teraspapua.com – Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, menduga adanya kasus stunting di wilayah tersebut.

Berdasarkan pendataan mereka di lingkungan Kampung Ayapo selama dua minggu, sebanyak 12 bayi balita terindikasi stunting dan tiga ibu hamil beresiko.

Terkait hal tersebut, Sekretaris DPR Papua, Juliana Waromi bersama dua anggota DPR Papua, Herlin Beatrix Monim dan Boy Markus Dawir langsung berkunjung dan menyerahkan bantuan berupa makanan tambahan dan pakaian di Kampung Ayapo, Kamis (18/7/2024).

Waromi berharap, bantuan yang diberikan dapat membantu masyarakat setempat dalam upaya pencegahan stunting.

Dijelaskan Waromi, saya dapat info stunting di sini ada 12 anak, akhirnya saya harus datang dalam arti ini memang sudah menjadi program pusat dan akhirnya kami melakukan kunjungan ke sini. Ini sifatnya hanya membantu dari hati. Mari kita peduli untuk sama-sama melihat hal ini. Itu inti dari kedatangan kami ke sini.

Menurutnya dengan asupan gizi yang baik, akan melahirkan calon-calon generasi emas Papua di masa mendatang. Ia juga menyatakan bahwa pencegahan dan penanganan stunting dibutuhkan kolaborasi semua pihak.

“Karena anak-anak ini harapan ke depan.
Kalau gizi mereka baik dan pertumbuhan ekonomi yang baik maka Papua akan ada di tangan mereka di masa depan, kalau bukan kita yang lihat siapa lagi,” ujarnya.

“Mencegah stunting butuh kolaborasi bersama. Jadi tidak bisa sendiri tetapi harus ada kolaborasi antara masyarakat dengan pemerintah,” tandasnya.

Sekwan DPR Papua, Juliana Waromi saat memberikan bantuan secara simbolis kepada ibu Ondoafi kampung Ayapo Kabupaten Jayapura.

Sementara itu, Dosen Pendamping mahasiswa FKM Uncen di Kampung Ayapo, Agustina Regina Yufuai menjelaskan dari hasil pendataan mahasiswa kami selama kurang lebih dua minggu, hasilnya ada 12 bayi balita yang diduga terindikasi stunting dan ada tiga ibu hamil yang beresiko.

Yufuai menuturkan kegiatan PKL itu, mahasiswanya melakukan penginputan data di masyarakat berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi.

“Mahasiswa kami sementara menginput data, kebetulan karena kemarin kami inputnya gizi lebih cepat dan dikoordinasikan dengan kami betul di sini ada stunting juga, kader kesehatan juga menginformasikan bahwa memang ada bayi balita yang terindikasi. Dan mahasiswa kami melakukan pengukuran bahwa memang sesuai,” ungkapnya.

Kata dia, sekitar 550 mahasiswa FKM Uncen menjalani PKL yang tersebar mulai dari Distrik Sentani Timur sampai Distrik Depapre di 33 kampung dengan satu kampung total penempatan mahasiswa sebanyak 14 sampai 17 orang.

“Ini hanya sampel saja tapi sebetulnya ada beberapa kampung di Kabupaten Jayapura yang juga ditemui mahasiswa bahwa ada stunting,” ujarnya.

Sebagai pihak akademisi ia menyarankan agar edukasi harus terus digalakkan untuk memberikan informasi seputar apa itu stunting dan seperti apa pencegahannya.

“Edukasi harus lebih banyak supaya menambah informasi yang berkaitan dengan stunting dan pencegahannya. Lebih khusus mungkin ke pasangan usia subur, karena mereka bisa mempersiapkan kebutuhan gizi mereka,” imbaunya.

Mutiara, salah satu mahasiswa PKL FKM Uncen mengungkapkan indikasi stunting yang dialami oleh 12 bayi balita di Kampung Ayapo disinyalir karena faktor kurangnya pasokan air bersih dan sanitasi.

“Penyebab utama tentu saja gizi, tapi juga terkait lingkungan terutama air bersih dan sanitasi,” pungkasnya.