Jayapura, Teraspapua.com – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar modern dan tradisional, Kamis (22/4/2021).
Sidak dipimpin langsung oleh Wali Kota, Benhur Tomi Mano untuk memastikan ketersediaan Bapok dan kestabilan harga di bulan suci Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri.
Terpantau ada 3 titik yang menjadi sasaran tim inflasi daerah itu. Dimulai dari pukul 10.00 WIT, sidak dimulai dari pasar sentral Hamadi, gudang Bulog dan berakhir di Mal Jayapura.
Wali Kota, Benhur Tomi Mano yang ditemui usai sidak di sejumlah pusat perbelanjaan dan pasar, meminta kepada pasar-pasar modern dan pasar tradisional supaya mengontrol harga, jangan sampai tiga hari menjelang Idul Fitri harga dinaikan.
Kepada para distributor barang , Wali Kota tegaskan untuk tidak melakukan penimbunan barang-barang tersebut. Kami akan bekerjasama dengan Satgas pangan dari Polresta Jayapura kota dan akan melakukan operasi.
“Pemerintah terus mengontrol ketersediaan sembilan bahan pokok dan kestabilan harga di pasar modern dan tradisional. Apalagi kita berada di tengah pandemi Covid 19,” terangnya.
Sementara untuk pengadaan beras, gula pasir dan tepung terigu dilakukan oleh Dolog untuk wilayah Papua dan Papua Barat.
” Tadi kami cek, bagaimana untuk ketersediaan di wilayah kota Jayapura menjelang bulan puasa dan menyambut hari raya Idul Fitri,” ungkapnya..
Untuk bulan puasa dan idulfitri stok beras cukup untuk 4 bulan ke depan bahkan harga juga terkontrol baik pemerintah maupun pasar,” sambungnya.
Sementara di tempat yang sama Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Papua, Naek Tigor Sinaga mengakui, dari pemantauan TPID, angka inflasi di kota Jayapura sejak Januari Februari Maret menuju tren peningkatan.
” Setelah kami analisis penyebabnya adalah dua Komoditas utama yaitu cabe rawit dan ikan ekor kuning,” terangnya.
Tentu kata dia, karena iklim juga yang tidak bersahabat, gelombang laut yang tinggi mengakibatkan nelayan sulit melakukan penangkapan ikan.
Begitu juga dan curah hujan yang tinggi, mengakibatkan komoditas holtikultura terutama cabe rawit yang biasanya dapat dipenuhi oleh pasar lokal, ternyata mengalami busuk dan dan mengakibatkan tekanan harga.
“Pantauan kami di pasar tradisional maupun modern seluruh kebutuhan pokok relatif stabil seperti telur, daging, ayam dan bawang,” ungkapnya.
Kembali ditegaskannya, yang menjadi persoalan adalah komoditas cabe rawit merah dan cabe keriting.
TPID ujar Tigor, berencana melakukan kerjasama antar daerah untuk mendatangkan cabe dari daerah-daerah sentra seperti Sulawesi Selatan ataupun Jawa Timur. Untuk menstabilkan harga cabe merah di kota Jayapura.
Dikatakannya, pihaknya melihat dari sisi pontensi inflasi, beras tidak menimbulkan gejala jadi stok cukup malah panen di mana-mana sehingga tidak ada gejolak harga,” tukasnya
(arc)