Masalah di Ruang Plh Gubernur Papua Dinilai Sebuah Kekeliruan

Jayapura,Teraspapua.com – Terkait keributan yang terjadi di ruang Plh Gubernur beberapa hari lalu, di mana ada kelompok yang mendatangi Plh Gubernur diduga mengatasnamakan kelompok Tabi-Saireri,  kemudian secara kasar atau apa meminta orang yang bukan orang Tabi-Saireri meninggalkan ruang pertemuan. Atas kejadian itu anggota DPR Papua, Piter Kwano menilai sebuah kekeliruan.

Ia mengatakan, sebagai anak Tabi ia belum pernah tahu Forum Tabi-Saireri itu sejak kapan dibentuk dan untuk apa.

“Ini sebuah kekeliruan besar karena berpotensi menimbulkan perpecahan di antara sesama kami anak Papua,” kata Piter Kwano, lewat via telephon, Selasa (1/8/2023).

Ia mengatakan, sebagai anak Papua dan anak Tabi ia merasa cara seperti itu bukan pendapat atau keinginan semua masyarakat Tabi dan Saireri.

“Itu hanya sekelompok orang atau yang ada bersama adik kami Yulianus Dwaa karena tidak semua orang Tabi-Saireri berpikiran sama,” ucapnya.

Katanya, apa yang terjadi dalam proses seleksi MRP, itu adalah pelaksanaan proses bernegara dan Plh Gubernur Provinsi Papua itu adalah perpanjangan tangan negara atau pemerintah pusat di daerah.

Dan apa yang dilakukan Plh Gubernur Papua itu merupakan keputusan negara, sehingga kalau ada pihak yang merasa tidak terima dengan hasil seleksi MRP, ada mekanismenya. Ada cara atau jalur yang bisa ditempuh lewat jalur hukum.

“Karena dengan cara seperti itu terkesan mendiskreditkan orang lain. Apalagi dalam ruang pertemuan saat itu ada beberapa tokoh dari wilayah lain yang cukup dihormati misalnya Pdt Lipius Biniluk dan Kepala Biro Umum, Pak Elpius Hugi. Nah cara itu tidak baik,” ujarnya.

Katanya, cara seperti itu tidak baik dalam penilaian masyarakat lain. Yang dipegang mestinya prinsip bahwa Papua satu. Provinsi boleh berbeda-beda tapi semua ada dalam tanah yang disebut Pulau Papua.

“Mewakili Poksus yang merupakan perwakilan dari lima wilayah adat ini, saya berpendapat bahwa insiden itu hanya kata-kata segelintir orang dan mereka harus mengklarifikasinya agar tidak menimbulkan multi tafsir dan meluas,” tandas Piter Kwano.