Tiga Yayasan GKI Disatukan, Joni Betaubun Ketua Masa Transisi

Joni Y. Betaubun saat melakukan penandatanganan nota kesepahaman

Jayapura, Teraspapua.com – Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua secara resmi menyatuan Yayasan, Izaak Samuel Kijne ( I.S) Kijne, Ottow Geissler dan YPK menjadi Yayasan Pendidikan.

Penyatuan tiga Yayasan ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman diantaranya Ketua BP YPK di tanah Papua, Joni Y. Betaubun dan ketua dewan pengawas, Kristhina R. I. Luluporo, yang mewakili Yayasan Izaak Samuel Kijne pengawas Yayasan, Marthen Ferry Kareth dengan sekretaris Hermanus Swom.

Kemudian Plt Ketua Yayasan Universitas Ottow Geissler Jayapura Papua, Pdt. Absalom Daniel Takayeitouw dan pengawas Yayasan Pdt. Samuel M.Z Koirewoa.

Joni Y. Betaubun dipercayakan sebagai ketua masa transisi Yayasan Pendidikan GKI di tanah Papua. Penyatuan berlangsung di jemaat GKI I.S Kijne Abepura (kampus STFT . I.S Kijne), Jumat (25/20/2024).

Joni Y. Betaubun dalam sambutan mengatakan, sebagai Yayasan tertua dan pelopor pendidikan di tanah Papua, YPK akan memegang peran sentral dalam melanjutkan misi pelayanan pendidikan kristen di tanah Papua.

“Yayasan misioner yang diharapkan menjadi tongkat baru, dalam memperkuat pendidikan dan memperluas pelayanan kepada masyarakat di tanah Papuam” kata Joni Betaubun.

Lanjut Joni Betaubun, Yayasan Izaak Samuel Kijne dan Ottow Geissler Papua adalah dua lembaga yang memiliki sejarah panjang dalam mendidik dan membina generasi Papua, keduanya telah menoreh jejak dalam membangun kehidupan intelektual moral dan spiritual anak-anak Papua.

Dikatakan, dengan menyatukan ini, kita tidak sedang menghapus sejarah, melainkan menyatukan kekuatan besar yang telah terbentuk selama 68 tahun GKI di tanah Papua.

Menurut Betaubun, langkah yang diambil oleh Sinode GKI di tanah Papua ini, merupakan wujud komitmen gereja untuk lebih kuat dalam melayani, lebih efisien dalam mengelola dan lebih inovatif dalam pengembangan pendidikan kristen di masa depan.

Langkah menyatukan ini, adalah bagian dari visi besar Sinode GKI di tanah Papua, untuk menciptakan pondasi pendidikan yang lebih kuat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

“Dengan sinergi yang dibentuk dari pembangunan ini, kita memiliki peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, memperkuat nilai-nilai iman kristen dan mempersiapkan anak-anak Papua untuk menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri,” papar Betaubun.

Dikatakan, peradaban yang telah kita bangun melalui pendidikan kristen adalah bukti nyata, bahwa dengan iman kerja keras dan komitmen, kita dapat menciptakan perubahan yang berarti, namun perjalanan ini belum selesai.

Justru kata Betaubun, kita berada di persimpangan sejarah ini, melangkah ke depan akan menentukan arah pendidikan dan masa depan generasi Papua.

“Kita semua mengakui bahwa ketiga Yayasan sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari rahim Gereja Kristen Injili di tanah Papua yang telah menyelenggarakan pendidikan di tanah Papua, sejak misi pekabaran Injil dimulai, mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan peradaban dan ilmu pengetahuan di tanah Papua,” ujarnya.

Tapi juga sebagai peletak awal, bagi landasan pembangunan manusia Papua, serta menjadi transmisi bagi perubahan dan kemajuan segala bidang di tanah Papua,” imbuhnya.

Saya mengajak kita semua, baik pemerintah, masyarakat maupun seluruh komponen gereja untuk bersatu dalam mendukung penyatuan ini.

Mari kita bergandeng tangan untuk memperkuat lembaga pendidikan kita, menjaga semangat pelayanan dan memastikan bahwa setiap anak Papua mendapatkan pendidikan yang bermutu yang berdasarkan pada iman Yesus Kristus.

“Kita berdoa agar Tuhan terus memimpin langkah kita, memberikan hikmat dan kekuatan serta memberkati setiap usaha yang kita lakukan, semoga penyatuan ini membawa berkat bagi seluruh masyarakat Papua, dan peradaban pendidikan Kristen yang telah berjalan selama 99 tahun semakin dimuliakan nama Tuhan,” jelasnya.

Kami menyadari bahwa tugas ini bukanlah tugas yang ringan, namun dengan kebersamaan, semangat dan komitmen yang tinggi, saya yakin bahwa kita akan mampu mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

“Mari kita sambut lounching penyatuan dengan semangat kebersamaan, yakin dengan pengharapan bersama-sama kita akan membangun Papua, masa depan pendidikan yang lebih baik, kuat dan lebih bermakna bagi anak-anak dan dan generasi mendatang,” tandansya.

Sementara Plt ketua Yayasan Ottow Geissler Papua, Pdt. Absalom Daniel Takayeitouw menghaturkan terima kasih untuk badan pekerja Sinode GKI di tanah Papua, yang telah menyatuhkan tiga Yayasan ini.

“Yayasan ini mau dikatakan mati tidak, hidup tidak. “Secara hukum, kami sesungguhnya sudah mati, tapi Tuhan kirim penyelamat, maka dua yayasan ini seharusnya sudah ilegalkan, tapi dilegalkan oleh anak GKI, yang Tuhan percayakan,”tuturnya.

Lanjutnya, dua Yayasan Ottow Geissler dan I.S. Kijne beberapa kali periodesasinya diperpanjang, terakhit palaksana tugas, dan saya dua kali.

Untuk itu Pdt Takayeitouw menyampaikan terima kasih kepada ketua Sinode GKI di tanah Papua yang mengarahkan kita, hingga penyatuan tiga Yayasan ini,” tandasnya.

Ditempat yang sama pengawas Yayasan I.S Kijne Marthen Ferry Kareth mengatakan, penyatuan Yayasan ini merupakan bagian terpenting dalam sejarah Pendidikan Kristen di tanah Papua.

“Apa yang dilakukan hari ini buka hal yang biasa, tapi hal yang luar biasa, semoa dokumen yang di tandatangani disimpan dengan baik, karena merupakan saksi bisu yang akan menceriterakan sejarah perjalanan pendidikan di Papua kepada pemimpin-pemimpin gereja di masa yang akan datang,” ujarnya.

Dikatakan, tanggung jawab untuk pendidikan Kristen di tanah Papua ada pada kita semua sebagai warga GKI di tanah Papua.

“Terhadap pendidik Kristen di tanah yang diberkati ini, kita tidak hanya khotbah, kita tidak hanya berbicara, tapi kita melakukan tindakan-tindakan nyata,” jelasnya.

Oleh karena itu semua warga gereja GKI di Tanah Papua kita memiliki empat rasa yang paling penting terhadap pendidikan, rasa memiliki bahwa GKI di tanah Papua dan pendidikan Kristen yang akan dikelolah YPK adalah milik kita.

Lanjutnya, karena merasa memiliki, maka rasa bertanggung jawab, apa yang pada kita kita berikan, materi, kemampuan pada pendidikan ini, partisipasi mengambil bagian dalam pendidikan Kristen dan persaaan untuk mencintai, mengasihi Yayasan Pendidikan Kristen di tanah Papua,” pungkasnya.

Samuel Erari, selaku Notaris yang terlibat dalam tim penyatuhan Yayasan tersebut mengatakan, penyatuan yayasan ini dilakukan bertepatan dengan hari nubuatan Domine Ishak Samuel Kijne tentang peradaban orang Papua.

“Jadi prosedur pengabungan ini telah dikerjakan oleh saya dan Richard Risambessy (akuntan publik) bersama tim dari departemen SDM Sinode GKI,” terang Erari.

Dikatakan, yang menilai harta kekayaan dari Yayasan ini adalah akuntan publik, sehingga dari hasil olahan, melahirkan hasil laporan aset berupa kas dan tanah dari ketiga Yayasan yang bergabung dan aset ini sangat mencengangkan, tapi itu menjadi catatan penting bagi YPK ke depan,” pungkasnya.

(Zon)