Jayapura, Teraspapua.com – Sebuah video berdurasi 1 menit 48 detik viral di berbagai platform media sosial, termasuk WhatsApp dan Facebook, menampilkan dugaan pencekalan terhadap sejumlah warga Kabupaten Mamberamo Raya yang hendak menumpangi kapal cepat KM Cantika Lestari 88 menuju Jayapura.
Insiden tersebut terjadi pada Minggu malam, 29 Juni 2025, di Pelabuhan Kasonaweja, Mamberamo Raya, melibatkan tim pasangan calon Gubernur Papua nomor urut 2, Matius
D. Fakiri dan Aryoko Rumaropen.
Dalam video yang kini beredar luas, terlihat sejumlah warga yang kecewa dan frustrasi karena tidak diperkenankan naik kapal oleh pihak tertentu. Seorang penumpang terdengar meluapkan kekesalannya dengan suara lantang.
“Belum jadi gubernur sudah begini,” seru penumpang tersebut dalam video.
Ia bahkan membandingkan perlakuan tersebut dengan pengalaman bersama paslon nomor urut 1, Benhur Tomi Mano.
“Kemarin Tomi Mano saja kita ketemu, naik kapal biasa-biasa saja, makan tertawa-tawa bersama. Kamu bikin ini ketat-ketat, sudah jadi gubernur kah? Ini macam sistem militer, tidak boleh begitu,” tambahnya.
Seruan kekecewaan juga datang dari penumpang lain yang menyuarakan penolakan terhadap pasangan nomor urut 2 Matius Fakiri- Aryoko Rumaropen karena dinilai bersikap arogan dan tidak berpihak kepada rakyat.
Tak hanya dalam video, kemarahan warga Mamberamo Raya juga mencuat di media sosial. Sebuah unggahan Facebook dari seorang warga yang mengaku berasal dari Kampung Bagusa menyampaikan kekecewaannya karena sang ayah tidak diizinkan naik KM Cantika Lestari 88 dari Pelabuhan Sarmi menuju Mamberamo Raya.
Dalam unggahan itu, disebutkan bahwa kapal sandar pukul 12.00 malam, namun ketika sang ayah hendak naik, ia ditolak.
“Adik laki-laki saya antar Bapak ke pelabuhan, tapi ditolak naik. Katanya kapal tidak terima penumpang. Kalau paslon 02 ke Mamberamo hanya untuk cari suara, kenapa rakyat Mamberamo malah ditolak?” tulis akun tersebut.
Lebih lanjut, penulis unggahan mengklaim bahwa yang ditolak tersebut adalah ajudan dari tim paslon nomor urut 2.
“Yang kalian tolak itu saya punya bapak. Saya pastikan kalian tidak dapat suara di kampung Bagusa,” tulisnya. “Kalau saya ada di sana, kamu tidak akan ikat tali di pelabuhan itu.”
KM Cantika Lestari 88 merupakan salah satu moda transportasi laut yang sangat diandalkan masyarakat Mamberamo Raya untuk bepergian ke Jayapura. Selain cepat, kapal ini juga tergolong terjangkau, menjadikannya pilihan utama masyarakat pesisir dalam beraktivitas antarwilayah.
Pencekalan terhadap warga dalam menggunakan moda transportasi publik ini dinilai mencederai asas keterbukaan dan kebebasan rakyat dalam bergerak, terlebih menjelang masa kampanye Pemilihan Gubernur Papua.
Sebagai perbandingan, pasangan calon nomor urut 1, Benhur Tomi Mano, sebelumnya melaksanakan safari politik di Mamberamo Raya dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Ia bahkan diketahui ikut menumpang kapal dari Pelabuhan Jayapura ke Mamberamo, bercengkerama dan ngopi bersama warga sepanjang perjalanan.
Perbedaan perlakuan ini menjadi sorotan publik dan mengundang pertanyaan besar mengenai sikap dan pendekatan masing-masing calon kepala daerah terhadap rakyat.
Terkait dugaan pencekalan tersebut. Peristiwa ini pun memicu diskusi hangat di tengah masyarakat Papua mengenai sikap kepemimpinan yang diharapkan rakyat.
Masyarakat menyerukan pentingnya kehadiran pemimpin yang merakyat, santun, dan tidak otoriter. Mereka juga berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) segera menyelidiki peristiwa ini agar proses demokrasi dapat berjalan dengan jujur, adil, dan tanpa intimidasi.
(Arc)