Jayapura, Teraspapaua.com – Para tokoh pegunungan dan pesisir atau kepala suku di Provinsi Papua menegaskan bahwa Otonomi Khusus (Otsus) khususnya keberlanjutan pendanaan perlu dilanjutkan untuk bangun provinsi paling timur Indonesia itu.
Penegaskan itu disampaikan para kepala suku, saat memberikan keterangan pers di Jayapura, Rabu ( 25/11/2020) seperti Ketua Rayon V Rukun Jawijaya atau Lapago di Jayapura David M Hubi didampingi Sekretaris Peradilan Dewan Adat Suku Sentani (DASS) Philipus Deda, Wakil Ketua DASS Yakob Fiabetauw.
Kemudian Ondoafi Sosiri Boas Asa Enoch, bersama Kepala Suku Lapago wilayah Yapis Jayapura Ernest Tabuni, Kepala Suku Lapago wilayah Entrop Andius Tabuni dan Kepala Suku Lapago wilayah Angkasa Waila
David M Hubi mengaku, selaku orang tua melihat bahwa di wilayah pegunungan dengan belasan kabupaten masih banyak ketertinggalan sehingga butuh sentuhan pembangunan lewat Otsus yang diberikan oleh pemerintah.
“Kami inginkan pembangunan yang setara, sama dengan daerah lainnya karena sauadara kami di gunung masih ada yang tertinggal, 14 atau 16 kabupaten di gunung itu perlu dimekarkan jadi provinsi Pegunungan Tengah Papua agar bisa membangun disegala bidang,” tegasnya di Kota Jayapura.
Hubi mengatakan, jika ada pihak yang sengaja mengembangkan isu atau wacana tolak Otsus, hal itu merupakan salah karena yang terjadi hingga kini masyarakat di pegunungan masih ada yang belum memakai pakaian (telanjang).
“Saya selaku orang tua, karena Otsus kita bisa tahu hitung uang atau pegang uang karena sekolah, jika dibandingkan dengan sebelum kebijakan Otsus diberlakukan hal itu belum terjadi, inikan aneh jika ada yang menolak,” kesal Hubi.
Senada itu, ondoafi Sosiri Boas Asa Enoch mengatakan, Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui undang-undang nomor 21 tahun 2001.
“Otsus yang diberikan, agar Provinsi Papua dapat mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat asli Papua,” ujarnya.
Lanjutnya, anggaran Otsus yang dikucurkan pemerintah pusat dari tahun 2000 hingga 2020 terus meningkat yang difokuskan untuk empat program prioritas yaitu pendidikan, kesehatan, infrastruktur, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Hal itu menjadi bukti, bahwa perhatian pemerintah pusat ke Papua begitu besar. Keberhasilan Otsus itu banyak, seperti dalam bidang pendidikan, ada ribuan anak asli Papua dikirim sekolah keluar negeri, baik dikirim ke Australia, Selandia Baru, Jerman, Belanda dan Amerika.
“Kemudian dikirim ke Afrika, Cina, hingga Jepang dan sejumlah negara di Asia. Berbagai infrastruktur prasarana dan sarana transportasi di sektor perhubungan darat, laut dan udara seperti pembangunan enam bandara di Provinsi Papua yaitu Bandara Ewer, Bandara Kepi, Bandara Ilaga, Bandara Oksibil hingga Bandara Nabire Baru dan Bandara Mopah di Merauke, juga perbaikan Bandara Sentani,” urainya.
Bahkan, kata dia, jalan trans Papua sepanjang 1.071 KM telah tersambung dan terus ditingkatkan kondisinya.
“Yang saya ikuti diberbagai media bahwa hingga kini, jalan trans Papua yang sudah beraspal sepanjang 743 KM dan sisanya masih agregat atau pengerasan tanah dan terbukti memberikan manfaat untuk kesejahteraan rakyat dengan semakin murahnya harga barang-barang kebutuhan pokok,” ujarnya.
Melihat perkembangan pembangunan Papua yang semakin baik, maka kami sebagai tokoh masyarakat adat Papua dari daerah – daerah pesisir dan pegunungan mendukung pelaksanaan Otsus.
Yang selama ini telah berjalan dan mendorong perintah pusat untuk tetap melakukan evaluasi penerapannya.
Dengan begitu maka, manfaat yang selama ini telah dirasakan dapat ditingkatkan lagi dan dirasakan oleh seluruh masyarakat papua, sehingga akan menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat Papua,” tukasnya.
(TP/01)