Pemkot Jayapura Rembuk Stunting Dengan Berbagai Stakeholder

Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano saat membuka kegiatan

Jayapura, Teraspapua.com – Pemerintah Kota Jayapura dalam hal ini Dinas Kesehatan menggelar pertemuan dalam rangka rembuk stunting dan dibuka secara resmi oleh Wali Kota Benhur Tomi Mano, Kamis ( 20/5/2021) di hotel Grand Abe.

Dalam pertemuan ini, pihaknya menghadirkan berbagai stakeholder, seperti pimpinan OPD, dari BKKBN Provinsi, Unicep yang merupakan mitra kerja, kementerian agama, perwakilan setiap tokoh agama.

Kemudian pimpinan BUMN, BUMD, TP PKK Kota Jayapura,GOW dan berbagai ikatan profesi yang ada di Kota Jayapura. Untuk sama-sama bertujuan menyampaikan hasil analisis situasi aksi satu dan terencana kegiatan penurunan starting kota jayapura.

Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano dalam sambutan mengatakan, pembangunan kesehatan memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, dimulai sejak anak dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun yang disebut 1000 hari pertama kehidupan dan dilanjutkan pada tahap berikutnya sampai dengan usia 5 tahun.

“Generasi penerus bangsa harus sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Jika anak terlahir sehat tumbuh dengan baik didukung pendidikan yang berkualitas, maka mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa,” kata Wali Kota Tomi Mano.

Sebaliknya lanjut Tomi Mano, jika lahir dan tumbuh dalam situasi kurang gizi mereka akan bertumbuh dengan berbagai masalah kesehatan termasuk gisi buruk dan stunting.

Ditambahkan, upaya kesehatan yang dilakukan sejak masa di dalam kandungan sampai dengan 5 tahun ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Sekaligus ujarnya, untuk meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki kecerdasan yang baik.

“Usia balita merupakan massa yang sangat peka terhadap lingkungan dan tidak dapat diulang lagi. Masa balita disebut masa keemasan,” jelasnya.

Mengingat, balita sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembangnya perlu mendapatkan perhatian serius yaitu pada saat lahir dilakukan inisiasi, menyusui dini.

Kemudian ASI eksklusif dan makan pendamping air susu ibu setelah usia 6 bulan. Stimulisasi, imunisasi simulasi dan deteksi tumbuh kembang yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pelayanan kesehatan balita membutuhkan perhatian yang sangat besar dari orang tua dan keluarga,” imbuhnya.

Lanjutnya, pada tahun 2021 sasaran kita dalam pelayanan balita khusus di Kota Jayapura 25.483 balita yang harus dilakukan pelayanan kesehatan sesuai standar yang dapat dilakukan di Posyandu, Puskesmas dan juga di rumah sakit.

“Harapan saya setiap balita memiliki buku kartu ibu dan anak dan kartu menuju sehat KIA dan KMS, sebagai alat bantu untuk membantu tumbuh kembang anak sejak dini,” ucapnya.

Sehingga ada masalah pada pertumbuhan balita dapat terdeteksi sedini mungkin untuk dilakukan intervensi.

Wali Kota Tomi Mano juga memaparkan, pada tingkat pendidikan anak usia dini PAUD dan TK mulai tahun 2021 diharapkan, pada saat penerimaan murid baru harus mempunyai kepemilikan buku kartu ibu dan anak KIA.

Hal ini menjadi salah satu persyaratan. Kalau kita semua komitmen untuk menurunkan stunting di kota. Ini saya maksudkan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya terpantau oleh buku KIA. Sampai pada anaknya menjadi balita atau memasuki usia pendidikan PAUD maupun TK.

Dengan persyaratan dimaksud harapannya, semua orang tua balita untuk membawa anaknya ke posyandu setiap bulan,” tukasnya.

Sementara itu Ketua penanggulangan Stunting Kota Jayapura dalam laporan yang di sampaikan Kadis Kesehatan Ni Nyoman Sri Antari mengatakan, stunting adalah gagal tumbuh kembang pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis.

Terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Ini juga disebabkan karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama dan juga adanya status kesehatan atau penyakit yang menyerang anak.

“Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, angka stunting di Kota Jayapura sebesar 34, 8 persen. Sedangkan tahun 2018 intervensi yang belum maksimal sehingga penurunan terjadi hanya 3 persen, jadi 31, 4 persen,” urainya.

Lanjut Sri Antari, hasil survey gizi balita tahun 2019 sebesar 25 persen dan hasil pencatatan pelaporan gizi i balita masyarakat secara elektronik tahu 2020 kerja di penurunan 15, 11 persen.

“Target nasional tahun 2024 penurunan stunting mencapai 14 persen. Itu sebabnya pertemuan saat ini dari berbagai stakeholder, pengambil kebijakan untuk bersama, karena masalah stunting bukan saja persoalan kesehatan tapi persoalan kita bersama,” ujarnya.

Pertemuan ini dimaksudkan adalah, deklarasi komitmen pemerintah daerah dan stakeholder untuk menyepakati bersama rencana kegiatan intervensi penurunan starting secara terpadu dan menyeluruh.

Selain itu, untuk membangun komitmen publik dalam kegiatan penurunan stunting secara terintegrasi di Kota Jayapura,” pungkasnya.

(Let).