Jayapura, Teraspapua.com – Ketua TP PKK Kota Jayapura, Kristhina Luluporo Mano berharap, kegiatan Aksi I, pertemuan analisis situasi dan pemetaan Stunting membutuhkan komitmen kerja dalam upaya percepatan penanganannya di kota Jayapura.
Ada beberapa tahapan aksi yang dilalui dan membutuhkan kerjasama, bukan saja Dinas Kesehatan. Bahkan kader PKK, Posyandu dan di tingkatan tim penggerak PKK mulai dari Kota, Distrik, Kelurahan Kampung RT RW dan juga kelompok dasawisma.
“Sebenarnya mereka adalah perpanjangan tangan kita, untuk menyampaikan sosialisasi, namun sebelumnya kita harus berkomitmen dalam pembagian tugas yang jelas sehingga ketika program ini di disosialisasikan kepada masyarakat maka harus ada kerjasama,” ujarnya saat memberikan sambutan, Senin (12/4/2021).
Sehingga kata Kristhina, program yang dilakukan akan berhasil. Khusus Stunting di Kota Jayapura ada beberapa daerah ataupun lokus yang tahun lalu sudah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
Semoga ada laporan, paling tidak gambaran apakah selama setahun ini kita berhasil menurunkan angka Stunting di kota Jayapura. Ataukah sebaliknya kita belum berbuat apa-apa.
Oleh sebab itu, selaku ketua Tim Penggerak PKK kota Jayapura, Kristhina Mano berharap kerjasama semua pihak yang ada saat ini.
“Tapi khusus untuk Tim Penggerak PKK kota Jayapura untuk tahun ini kami juga mempunyai program tentang Stunting, sembari berharap berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan, para kepala Puskesmas sehingga sama-sama bekerja untuk mengurangi jumlah angka Stunting,” jelasnya.
Kristhina Luluporo juga menuturkan, baik tim penggerak PKK, kader posyandu sendiri ada bersama-sama dengan masyarakat dan kesediaan serta kerelaan hati mereka kita butuhkan.
Kalau kita mau maju, tegas anggota DPR Papua itu, berarti kita harus punya komitmen tentu kita juga harus memerlukan evaluasi akhir dari kegiatan ini. Sehingga dapat diketahui kekurangan kita dan apa yang harus kita perbuat untuk mengisi kekurangan itu,” pungkasnya.
Sementara Kepala.Bapeda Rori C. Huwae dalam arahan mengatakan, yang perlu ditekankan yaitu harus melihat analisis dari situasi.
“Maka kita dapat melihat skripsi atau fenomena awal tentang apa yang kita laksanakan, karena ini merupakan data sekunder bagi kita dalam prosedur analisis,” ungkapnya.
Kemudian menurutnya, frekuensi daripada Stunting yang tentu berkaitan dengan analisis situasi dimana kita harus melihat data sebelumnya.
Bahkan, penurunan Stunting ini kita melihat tren 10 tahun lalu sudah terjadi penurunan g atau bersifat fluktuatif.
Kepala Bappeda juga menekankan, perlu komitmen yang merupakan perilaku untuk kita menggambarkan sesuatu untuk mendapatkan tujuan yang harus kita capai, untuk menurunkan angka Stunting.
“Selain itu, pemetaan lokus yang merupakan tujuan umum untuk melihat sampai sejauh mana kedudukan stunting dan kita petakan lokusnya,” ujarnya.
Berarti, kita melihat tujuan dan menentukan wilayah dan penanganan stunting serta bagaimana proses konvergensi nya,” tukasnya.
Di tempat yang sama Kepala Dinas Kesehatan setempat Ni Nyoman Sri Antari mengakui, kegiatan ini sebagai tindak lanjut analisis situasi untuk selanjutnya membuat perencanaan kegiatan program selanjutnya.
“Jadi, itu kita melihat, mengevaluasi ternyata memang penurunan – penurunan terjadi, tapi masih harus kita benahi untuk input data,” terangnya.
Lanjut Kadinkes, kalau data diinput salah, tentu bisa meningkat tapi juga bisa turun sehingga itu yang harus kita perbaiki di kota Jayapura.
Dia juga mengakui, untuk angka Stunting tertinggi ada pada distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan khusus untuk kelurahan entrop dan Hamadi.
Kalau untuk kampung Tobati, 2 tahun terakhir ini tidak ada. Ketika kita melihat juga ke Kayu Pulo juga tidak ada.
“Sementara di kampung Kayu Batu angka Stunting meningkat,” tukasnya.
(Let)