Jayapura, Teraspapua.com – Pemerintah kota Jayapura melalui Dinas Kesehatan menggelar Pertemuan review kinerja tahunan aksi integrasi stunting kota Jayapura ini dibuka secara resmi oleh Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM, Senin (13/12) di Grand Abe Hotel.
Wali Kota dalam sambutan mengatakan, pembangunan kesehatan memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
“Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saya dimulai sejak anak dalam kandungan Sampai usia 2 tahun yang disebut dengan masa 1000 hari pertama kehidupan,” ujar Tomi Mano.
Generasi penerus bangsa lanjut Wali Kota, harus sehat, cerdas, kreatif, produktif maka mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa.
Wali Kota juga menegaskan, usia balita merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan tidak dapat diulang lagi masa balita tersebut atau masa kemasan.
“Sebagai generasi penerus bangsa yang kualitas, tumbuh kembang balita perlu mendapat perhatian serius maka pada saat lahir dilakukan imunisasi menyusui dini kemudian ASI eksklusif,” dorongnya.
Sambung Wali Kota, imunisasi, stimulasi dan deteksi tumbuhkembang yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan balita membutuhkan perhatian yang sangat besar dari orangtua dan keluarga,” cetusnya.
Pria yang akrab disapa BTM itu menjelaskan, pada tahun 2021 sasaran pelayanan balita di kota Jayapura adalah 25.883 balita yang harus dilakukan pelayanan kesehatan.
Harapannya, setiap balita mendapat buku KIA dan HMS pada tingkat pendidikan usia dini PAUD dan TK. Mulai tahun 2022 diharapkan pada saat ada penerimaan murid baru kepemilikan buku KIA setiap anak menjadi satu persyaratan.
“Ini tentu untuk menekan perkembangan stunting di kota Jayapura. Tapi bukan untuk mempersulit,” lugasnya.
Wali Kota juga menambahkan, semua ibu hamil juga harus memeriksa kehamilannya, terpantau melalui buku KIA sampai anaknya menjadi balita dan memasuki usia pendidikan PAUD maupun TK.
“Semua orang tua balita proaktif untuk membawa anaknya di Posyandu setiap bulan. Pasalnya, bidang kesehatan merupakan program utama Walikota sejak periode pertama dan kedua,” harapnya.
Tomi Mano meminta kepada para kepala Kelurahan dan kepala Distrik untuk memainkan peran yang penting, mengenal wilayahnya, rakyatnya dengan baik khusus penanganan stunting di wilayah kerjanya serta bekerjasama dengan para kepala Puskesmas.
Selain itu, Walikota minta bisa disisipkan dana untuk penanganan stunting di wilayah kerja masing-masing.
“Jadi hari ini kita mengundang mitra mitra kerja, untuk mereview aksi-aksi yang telah kita lakukan dalam penanganan stunting,” terangnya.
Dijelaskannya, rembuk stunting hari ini merupakan langkah penting yang dilakukan pemerintah kota Jayapura untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan stunting yang dilakukan secara bersama antara OPT, penanggung jawab pelayanan dengan lembaga non pemerintah dan masyarakat,” tandasnya.
Ditempat yang sama Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, dr. Ni Nyoman Sri Antari mengatakan, kesehatan ibu dan anak adalah penentu kualitas sumber daya manusia yang dimulai sejak masa sebelum kehamilan, saat pembuahan, selama hamil, masa nifas, menyusui serta kesehatan bayi balita atau baduta bawah 2 tahun.
“Kemudian janin dilahirkan sampai dengan berusia 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan atau periode emas. Yang dimulai 270 hari sejak pembuahan selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan,” ujar Kadinkes.
Sehingga, periode 1000 hari pertama kehidupan merupakan periode yang sangat kritis yang berpotensi ke arah angka kejadian kematian ibu bayi balita, serta angka kejadian gizi buruk dan balita pendek atau kita kenal dengan stunting,” lanjutnya.
Selain status kesehatan ibu dan anak kejadian stunting juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu status kesehatan. “Jadi, dua hal penentu yaitu asupan gizi dan status kesehatan,” imbuhnya.
Kepala Dinas pun mengakui, stunting tidak bisa ditangani oleh Dinas Kesehatan sendiri, sehingga membutuhkan kerja bersama baik lintas OPD terkait, dan istimewa di Kelurahan, Kampung. Jadi kerja bersama sehingga angka stunting ini bisa mengalami penurunan.
Kepala Dinas juga menyebutkan, tujuan pertemuan ini adalah melaksanakan review aksi konvergensi penting bagi setiap OPD dan stakeholder terkait.
“Tujuan khusus menurutnya, setiap OPD dan stakeholder terkait mengetahui tugas masing-masing untuk mendukung pencegahan dan penanganan stunting,” jelasnya.
Kemudian, sambung Sri Antari, dapat merumuskan kebijakan penganggaran sesuai tupoksi masing-masing untuk mendukung pencegahan dan penanganan stunting.
Serta dapat terlibat dan berpartisipasi aktif dalam rangka pencegahan dan penanganan stunting di kota Jayapura. Kemudian mengevaluasi program dan kegiatan yang telah dilakukan sesuai tupoksi masing-masing,” pungkasnya.
(Har)