Temu Raya Seksi PAR GKI Se-Tanah Papua Resmi Dimulai

Prosesi pembukaan temu raya Seksi PAR GKI Se-Tanah Papua

Jayapura, Teraspapua.com – Temu Raya Seksi PAR GKI di tanah Papua secara resmi dibuka dan akan berlangsung selama 4 hari di Jemaat GKI Pniel Kotaraja, Klasis Port Numbay, Selasa (25/7/2023.

Pada acara pembukaan temu raya ini, BP Sinode juga melaunching website PAR GKI di Tanah Papua, untuk memudahkan setiap PAR yang ada di 70 Klasis, bisa melihat perkambangan gereja setiap saat. Dan akhir kegiatan temu raya, akan diadakan retret pengajar sekolah minggu.

Temu raya yang menghadirkan kepala seksi PAR dari berbagai Klasis GKI se- tana Papua dan satu orang guru sekolah minggu ini di bawah sorotan tema “Kasih Kristus Menggerakkan Kemandirian Gereja Mewujudkan Keadilan Perdamaian Dan Kesejahteraan”.

Sementara subtema “melalui temu raya seksi PAR Klasis GKI se-tanah Papua, PAR GKI di tanah Papua mengalami kasih Kristus yang menggerakkan kemandirian gereja, masa kini dan masa yang akan datang.

Timur raya diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Amelia Waimuri, M,Th. Pembacaan Firman Tuhan mendasari kegiatan ini, terambil dari 1 Korintus 3 :1- 9.

Dalam khotbahnya, Pdt. Amelia Waimuri mengatakan, lewat Firman ini. rasul paulus berbicara tentang gereja sebagai ladang dan bangunan Allah.

“Paulus memberikan nasihat kepada jemaat, para pemimpin rohani, supaya mereka memperhatikan pertumbuhan dalam Kristus” ujar Amelia Waimuri.

Dikatakan, Sekolah minggu GKI di tanah Papua adalah gereja anak, sehingga sekolah minggu, adalah ladang yang menumbuhkan Kristus dalam diri anak-anak.

Dan Kristus yang dihasilkan dari ladang itu, menjadi bahan bangunan yang luar biasa untuk membangun pembangunan Allah yaitu gereja yang hidup.

“Dalam arti sederhana sekolah minggu adalah ladang yang sementara digarap dan ditanam setiap hari, setiap minggu,”cetusnya.

Di sana ada pemberitaan firman Tuhan, pengajaran dan pembinaan, supaya anak-anak diberitahukan. Mereka dapat mengetahui dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat,” imbuhnya.

Waimuri mengatakan, hari ini kita memulai temu raya seksi PAR se-tana Papua. Untuk kemandirian dan ada kesejahteraan di sana. Tentu momentum ini, kita tidak berpikir se-klasis saja, tapi berpikir secara sinodal GKI di tanah Papua.

“Pertemuan ini agar kita punya satu hati, satu rumah, satu persepsi dalam pekerjaan di ladang GKI yang luas ini. Kita dapat menanam dan membangun masa depan gereja hanya dengan satu hati dan satu persepsi,” paparnya.

Ditambahkan, hari ini kita ketemu, kita kuat, kita sama-sama dan saling membangun, hal ini menjadi pergumulan masa depan anak-anak Papua, akan menjadi bangunan yang kuat dan hidup karena ada sekolah minggu.

Ditempat yang sama Wakil Sekretaris Sinode GKI Tanah Papua, Pdt Handry W. D. Kakiay, S.Th, mengatakan, Biro PAR Sinode, lewat DP2J, melaksanakan satu kegiatan yang cukup besar, khususnya di triwulan yang ketiga, yaitu kegiatan temu raya PAR GKI di tanah Papua.

“Kegiatan ini untuk kepala-kepala seksi PAR yang ada di Klasis, tapi juga pengajar sekolah Minggu yang ada di jemaat-jemaat,” ujarnya.

Dikatakan, Sinode baru saja menetapkan tata gereja dan peraturan, juga panduan pelayanan dan petunjuk teknis bagi jemaat-jemaat, dan sudah sosialisasikan lewat pelayan firman dan temu raya majelis jemaat se-tanah Papua di 70 Klasis.

Kami berharap dalam temu raya PAR ini juga, ada banyak hal bisa disampaikan dan menjadi pemahaman bersama, secara khusus struktur, tapi juga Renstra untuk 2022- 2027 dan Renja, untuk tahun 2023.

Untuk itu, dengan adanya seksi PAR GKI se-tanah Papua, berkumpul, tentu ada pemahaman bersama dan bagaimana GKI ke depan mau memajukan PAR di 70 Klasis.

“Jadi, dengan membina para pengajar dan kepala seksi PAR di seluruh Klasis dan jemaat-jemaat. Pelayanan bagi persekutuan anak dan remaja ini menjadi meningkat dan punya dampak bagi gereja, terutama bagi pertumbuhan Iman warga gereja,” ujarnya.

Sebab tambah Handri, anak PAR ini akan bertemu menjadi PAM dan mereka juga akan menjadi anggota PW dan PKB OTW. Jadi, kata dia, kalau kita perkuat anak dan remaja ini sebagai pondasi dari gereja, sudah pasti gereja ke depan akan lebih kuat berdiri.

“Jadi, kalau PAR tidak dipersiapkan dengan baik, maka kedepan pasti goyang. Jadi, PAR adalah pondasi dari bangunan itu, jika tidak kuat maka rumah akan lebih gampang goyang dan runtuh,” jelasnya.

Terkait dengan launching website PAR GKI Sinode. Handri mengatakan, media sosial itu baik jika kita gunakan secara baik, dan bertanggung jawab.

“Tapi, jika kita gunakan untuk sindiran, marah-marah, caci maki orang, maka dia tidak jadi berkat, tapi yang kita launching media sosial PAR ini, supaya media ini menjadi berkat bagi PAR di tanah Papua,” paparnya.

Sementara ketua tim kerja temu raya, Harly Samuel Paisey mengatakan, untuk jumlah peserta yang baru datang dari 52 Klasis dari 70 Klasis, dan masih ada peserta yang akan datang, karena kita tutup waktu registrasi jam 03.00 Wit.

Temu raya ini kata Harly, sesuai Renja dan Renstra, dan kami sebagai tim kerja siap untuk mensukseskan program dari DP2J Sinode GKI di Tanah Papua, secara khusus untuk Biro PAR.

“Kegiatan ini akan berlansung selama 4 hari, hari ini memang kita khususkan untuk pembukaan, welcome dinner, launching website. Besok sudah mulai masuk dalam Seminar atau arahan arahan,” kata Harly.

Sehingga kata Harly, semua seksi PAR Kalsis se-tanah Papua punya pandangan yang sama, tentang program, rencana kerja Sinode.

Hari ketiga ada laporan, dari tiap seksi PAR Klasis GKI se- tanah Papua, kemudian ada Focus group discussion (FGD), untuk membicarakan 5 topik penting sekolah minggu.

“Untuk hari terakhir dari temu raya ini, kita akan retret, sekaligus menjadi penyegaran bagi setiap guru sekolah minggu, maupun kepala seksi PAR dan ibadah penutupan dalam bentuk ekologi di tuguh Injil Metu Debi, Kampung Enggros,” bebernya.

Selaku ketua tim kerja Harly berharap, ada hasil yang baik, ada arsip yang bisa kita persembahkan bagi Gereja GKI di tanah Papua dan dari setiap pembicaraan, maupun keputusan yang akan kita ambil membawa perubahan dan pembaharuan bagi sekolah minggu GKI di tanah Papua, tutupnya.

(Ricko)