Jayapura, Teraspapua.com – Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua secara resmi melauncing penyatuan Yayasan, yaitu I.S.Kijne, Ottow Geissler dan YPK menjadi Yayasan Pendidikan.
Launching diawali dengan ibadah syukur, sekaligus memperingati 99 tahun nubuat Izaak Samuel Kijne tentang peradaban orang Papua.
Ibadah syukur berlangsung di jemaat GKI I.S Kijne Abepura (kampus STFT . I.S Kijne), Jumat (25/20/2024). Pendeta (Pdt) Anton Rumbewas, M.Th dalam khotbanya mengatakan, penyatuan yayasan adalah identitas dan kekuatan spiritual.
“Jadi penyatuan Yayasan Pendidikan adalah prinsip teosentris atau kristologis, tetapi penyatuan visi dan misi pendidikan menunjuk pada upaya mengaktualisasikan pemikiran, misi dan idealisme bersama di dalam konteks tanah Papua,” kata Pdt. Anton Rumbewas.
Dikatakan, hari ini kita bersekutu di tempat ini karena ada dua hal penting di dalam misi GKI di tanah Papua yaitu, kita akan melauncing penyatuan Yayasan Pendidikan dan memperingati 99 tahun nubuat Izaak Samuel Kijne tentang peradaban orang Papua.
Berbicara tentang Yayasan Pendidikan yang berlabel Kristen di tanah Papua, berarti berbicara tentang wadah yang bertanggung jawab, membimbing, membina, mengatur dan mengarahkan proses penyelenggaraan, serta pengembangan pendidikan yang berwawasan Kristen dan gerejawi.
Bertolak dan pemikiran ini maka pendidikan Kristen adalah alat misi gereja, bagi pengembangan pengetahuan, kemampuan dan penanaman nilai-nilai Kristiani yang holistik.
“Dengan demikian konsep pendidikan mengandung tugas panggilan untuk bersaksi dan mengajar, sebagai pemenuhan amanat Yesus Kristus dalam Matius 28 ayat 19-20,” ujarnya.
Dikatakan, apabila perspektif ini dimaknai dan diterapkan dalam konteks sejarah tanah Papua, maka sejarah pembukaan tanah Papua dari zaman kegelapan ke zaman tearang di transformasi oleh dua kekuatan besar yaitu injil dan pendidikan.
“Maka itu Injil dan pendidikan merupakan kekuatan spiritual yang menghadirkan peradaban baru bagi masa depan tanah Papua dan penduduknya,” jelasnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan dalam konteks tanah Papua, maka kita memerlukan identitas kesatuan yang berpusat pada identitas kesatuan Allah Bapa Yesus Kristus dan Roh Kudus sebagai amanat bagi gereja sebagaimana difirmankan dalam pembacaan I Korintus pasal 12 ayat 27.
Dikatakan, gereja dan lembaga pendidikan haruslah berperan sebagai panggung yang mempertontonkan kebenaran dan kemuliaan Allah, menjadi tubuh Kristus dan sekaligus menjadi anggota dalam kesatuan, kebersamaan adalah sebuah model dan investasi.
“Bagaimana Yayasan Pendidikan berfungsi memberdayakan peserta didik, supaya memiliki pengetahuan, keterampilan dan kualitas iman yang mampu bersaing sebagai pelaku misi yang menghadirkan perubahan,” ujarnya.
Sementara Ketua Sinode GKI di tanah Papua, Pdt Andrikus Mofu, MTh mengatakan, hari ini telah dilaksanakan penandatanganan nota kesepahaman, penyatuan dari dua Yayasan yaitu I.S.Kijne dan Ottow Geissler yang bergabung dengan Yayasan Pendidikan Kristen.
“Saya berharap hari ini menjadi momentum, ketika dua Yayasan ini bergabung dengan Yayasan Pendidikan Kristen, maka langkah-langkah yang harus dikerjakan ke depan adalah memperbaiki struktur,” kata Mofu.
Kemudian lanjut Mofu, mengisi struktur baru, seraya berharap sumber-sumber daya gereja yang sangat berkompeten dan profesional dapat memberikan perhatian untuk mengurus Yayasan baru ini.
Supaya menurut Mofu, ke depan dengan kehadiran Yayasan dan badan pengurus yang baru ini kita berharap pengelolaan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas sampai perguruan tinggi ke depan dapat dikelola dengan baik.
Sehinggah lembaga pendidikan kita akan menghasilkan sumber daya gereja dan sumber daya bangsa yang dapat mengabdikan diri ke depan bagi bangsa, tetapi juga bagi gereja,” imbuhnya.
Diungkapkan, ini momentum yang sangat bersejarah, karena kita mengambil waktu hari ini, tepat tanggal 25 Oktober tahun 2024, berkolerasi dengan 99 tahun yang lalu visi besar atau nubuat Domine Izak Samuel Kijne di bukit Aitumeri Wondama pada tahun 1925.
“Izak Samuel Kijne meletakkan visi besar, nama Papua dan orang Papua dibangun dan ini sudah terwujud, serta terealisasi dari mimpi Kijne ke depan harus kita jaga bersama,” jelasnya.
Ditambahkan, dengan menyatukan kelembagaan pendidikan kita, saya berharap supaya mimpi kita ke depan untuk mengembalikan masa-masa kejayanya pendidikan Kristen di tanah Papua dapat terwujud.
“Kita berharap ke depan dengan penyatuan Yayasan ini, baik dari internal gereja tapi juga dukungan dari semua pihak tapi juga pemerintah,” jelasnya.
Secara khusus Mofu ingatkan bahwa Yayasan Pendidikan Kristen adalah Yayasan pertama dari 5 Yayasan di tanah Papua yang disebut Yayasan pelopor.
Untuk telah diingatkan dalam undang-undang otonomi khusus, di mana alokasi dana otsus diberikan kepada lima Yayasan, maka kiranya YPK yang yang hari ini sudah menerima gabungan dua Yayasan supaya mendapat dukungan dari pemerintah, dalam hal ini alokasi dana otonomi khusus.
Dikatakan, mayoritas siswa dan mahasiswa yang sekolah dan kuliah di lembaga-lembaga pendidikan kita adalah orang asli Papua, jangan sampai pemerintah tidak memberikan perhatian dalam alokasi anggaran dana otonomi khusus.
“Gereja ini sejak awal punya komitmen untuk memperhatikan pendidikan, secara khusus bagi orang asli Papua,” jelasnya.
Ditempat yang sama akuntan publik Richard Risambessy menambahkan ini anugerah besar yang Tuhan berikan untuk kami berpartisipasi dalam menilai semua aset yang dimiliki oleh Sinode GKI di tanah Papua.
“GKI adalah gereja tertua di Timur Indonesia, dan setelah kami melakukan evaluasi, administrasi dari seluruh aset yang ada di Yayasan I.S.Kijne , Ottow Geissler dan YPK, semua dicatat secara detail,”ungkapnya.
Luas tanah, bangunan, baru kita kuantifikasikan dalam nilai, sesuai dengan standar-standar akuntansi yang kita pakai, sehingga keluar nilai yang sangat mencengangkan kami yaitu Rp26 triliun lebih,” ujarnya.
Oleh karena itu, dengan dasar ini maka Sinode GKI di tanah Papua membentuk satu Yayasan pengelola manajemen aset, supaya aset itu bernilai,” pungkasnya.
(har)