Jayapura, Teraspapua.com – Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Kristen (BP YPK) di Tanah Papua mulai melakukan terobosan dalam dunia pendidikan dengan mendorong implementasi sistem pembelajaran dua bahasa (bilingual) di sekolah-sekolah YPK. Salah satu langkah awal yang diambil adalah penyusunan modul ajar bilingual untuk SMA YPK Diaspora Kotaraja, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Kegiatan penyusunan modul ini dilaksanakan di Hotel Horison Padang Bulan, Jayapura, pada Senin (6/10/2025), dan akan berlangsung hingga 11 Oktober 2025.
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Ketua BP YPK di Tanah Papua, Joni Y. Betaubun; Sekretaris Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Daniel J. Kaigere, yang mewakili Ketua Sinode Pdt. Andrikus Mofu; Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Rocky Bebena; Ketua Dewan Pengawas BP YPK, Kristhina Luluporo; pengurus BP YPK; serta Ketua PSW Kabupaten Keerom, Karel Mambay.
Dalam sambutannya, Sekretaris Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Daniel J. Kaigere, menyampaikan bahwa program ini merupakan langkah strategis dan sangat penting dalam
misi gereja melalui YPK untuk memajukan pendidikan di Tanah Papua.
“Pendidikan adalah aksi pembebasan. Dengan pendidikan, seseorang dapat keluar dari belenggu ketidaktahuan, keterbelakangan, bahkan rasa rendah diri,” ujar Pdt. Kaigere, mengutip pernyataan tokoh pendidikan Kristen di Papua, I.S. Kijne, dalam pidato kelulusan tahun 1967.

Lebih lanjut, Pdt. Kaigere menegaskan bahwa kegiatan penyusunan modul ajar bilingual ini merupakan upaya nyata untuk meningkatkan mutu pembelajaran di lingkungan sekolah YPK.
“Atas nama Sinode GKI di Tanah Papua, kami mendukung penuh kegiatan ini. Ini adalah cikal bakal dari sistem pendidikan bilingual yang akan dimulai dari SMA YPK Diaspora Kotaraja dan menjadi percontohan bagi sekolah-sekolah YPK lainnya di Papua,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Rocky Bebena, turut mengapresiasi langkah BP YPK yang dinilainya sejalan dengan tantangan zaman.
“Pemerintah Kota Jayapura sangat mendukung inisiatif ini. Ini adalah langkah positif dalam menyiapkan anak-anak kita untuk bisa berkomunikasi dalam dua bahasa di era globalisasi dan digitalisasi saat ini,” ucap Bebena.
Menurutnya, penggunaan dua bahasa dalam proses pembelajaran bukan hanya relevan, tetapi juga akan meningkatkan daya saing siswa secara nasional maupun internasional.
“Modul ini diharapkan menjadi role model, tidak hanya bagi sekolah-sekolah YPK di Papua, tetapi juga bagi sekolah lain di Kota Jayapura,” tambahnya.
Ketua tim kerja sekaligus Direktur Eksekutif BP YPK, Christina D. Widyastuti, menjelaskan bahwa penyusunan modul ajar bilingual merupakan respons terhadap tantangan yang diberikan oleh Sinode GKI di Tanah Papua, yakni untuk menghadirkan sekolah bertaraf internasional di setiap wilayah pelayanan YPK.
“Untuk menuju ke satuan pendidikan kerja sama (SPK), harus melalui tahapan. Tahap awal adalah membentuk kelas bilingual dengan dua bahasa pengantar, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris,” jelas Christina.
Ia menerangkan, pada tahap awal, guru-guru yang ditunjuk akan menyusun modul ajar untuk sembilan mata pelajaran utama. Modul ini akan disusun dalam format side by side, di mana materi disajikan dalam dua versi bahasa: Indonesia dan Inggris.
“Setelah itu, barulah kita menuju tahap global, di mana sekolah akan melibatkan penutur asli Bahasa Inggris sebagai motivator dan pengajar tamu. Di tahap inilah sekolah bisa dikategorikan sebagai satuan pendidikan kerja sama,” katanya.
Christina juga menambahkan bahwa penyusunan modul dilakukan secara serius dan profesional, dengan target seluruh materi memiliki standar ISBN agar dapat digunakan secara resmi dan meluas.

“Guru-guru akan mendapatkan pelatihan umum selama dua hari, kemudian dilanjutkan dengan sesi penyusunan modul. Kegiatan ini akan dipusatkan di kantor YPK dan mencakup semua tema dan mata pelajaran,” pungkasnya.
Program penyusunan modul ajar bilingual ini bukan sekadar kegiatan teknis, melainkan merupakan bagian dari visi besar YPK untuk membangun generasi Papua yang unggul, percaya diri, dan siap bersaing di tingkat global.
Dengan dukungan dari berbagai pihak mulai dari gereja, pemerintah, hingga komunitas pendidikan, BP YPK optimistis bahwa SMA YPK Diaspora Kotaraja akan menjadi tonggak awal dari transformasi pendidikan di Tanah Papua.
(Arc/Nov)















