Safari Politik ke Mambra, BTM Berbaur Dengan Warga di Atas KM Cantika Lestari 77, Tidak Carter Kapal

BTM di dampingi Istri Ibu Kristhina saat melambaikan tangan kepada masyarakat di atas dermaga (foto Arche/Teraspapua.com)

Jayapura, Teraspapua.com – Dalam rangkaian safari politiknya ke Kabupaten Mamberamo Raya, calon Gubernur Papua nomor urut 1, Benhur Tomi Mano (BTM), menunjukkan pendekatan berbeda dari kandidat lain.

BTM tidak mencarter moda transportasi khusus, mantan Wali Kota Jayapura dua periode itu memilih menggunakan kapal penumpang umum, KM Cantika Lestari 77, untuk melakukan perjalanan bersama masyarakat.

Langkah ini bukan sekadar simbolis. BTM secara sadar memilih untuk menyatu dengan warga, sebagai bentuk komitmen terhadap nilai-nilai kepemimpinan yang merakyat dan membumi.

Keberangkatannya dari Pelabuhan Jayapura, Rabu (18/6/2025) pada pukul 10.30 WIT menjadi momentum penting yang memperlihatkan bagaimana ia ingin hadir langsung di tengah-tengah masyarakat, bukan sekadar dari balik podium atau layar kampanye.

Sebelum kapal bertolak, BTM yang didampingi sang istri, Ibu Kristhina, menyempatkan diri menyapa warga yang telah memadati dermaga.

Di atas kapal, senyumnya menyambut satu per satu penumpang yang menghampirinya. Tak sedikit warga yang memanfaatkan kesempatan itu untuk bersalaman, berbincang singkat, bahkan mengabadikan momen bersama calon gubernur mereka melalui kamera ponsel.

“Saya tidak ingin menciptakan jarak dengan rakyat. Kalau saya carter kapal, berarti saya kehilangan kesempatan untuk benar-benar mendengar mereka,” ujar BTM ketika ditanya alasannya menggunakan kapal umum. “Di atas kapal seperti ini, kita bisa berdialog langsung, tanpa sekat, tanpa formalitas berlebih.”

BTM memang dikenal luas sebagai pemimpin yang mengedepankan pendekatan humanis. Selama dua periode memimpin Kota Jayapura, ia membangun reputasi sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat, sering turun ke lapangan, dan terbuka terhadap aspirasi warga.

Perjalanan laut ini pun menjadi kelanjutan dari prinsip tersebut, yang kini dibawanya dalam panggung kontestasi politik tingkat provinsi.

Selama pelayaran menuju Mamberamo Raya, BTM tak menyia-nyiakan waktu. Ia memanfaatkan momen itu untuk mendengarkan keluhan dan aspirasi warga, mulai dari minimnya layanan kesehatan dan pendidikan di kampung-kampung terpencil, hingga kebutuhan infrastruktur dasar seperti air bersih dan listrik. Ia mencatat setiap hal yang disampaikan, menunjukkan keseriusan dalam menindaklanjuti masukan tersebut.

“Ini bukan sekadar perjalanan kampanye. Ini bagian dari pengabdian. Saya ingin dengar langsung dari mereka yang mengalami kesulitan itu, bukan hanya dari laporan- laporan yang disusun di kantor,” ucapnya.

Perjalanan ini juga menandai dimulainya kampanye tatap muka BTM di sejumlah titik di Kabupaten Mamberamo Raya. Dalam agenda tersebut, ia berencana menyampaikan secara
langsung visi, misi, serta program unggulan yang ditawarkannya kepada masyarakat yang tersebar di wilayah pesisir hingga pedalaman.

Pilihan BTM untuk tidak menggunakan fasilitas mewah selama kampanye mendapat respons positif dari banyak pihak. Di tengah kultur politik yang kerap mempertontonkan kekuasaan dan kemewahan, langkah BTM dianggap sebagai bentuk keteladanan dalam kesederhanaan serta kepekaan sosial.

“Pemimpin yang baik itu tidak menciptakan sekat antara dirinya dan rakyat. Kalau kita ingin membangun Papua, maka kita harus mulai dari membangun rasa saling percaya dan kesetaraan,” tegas BTM.

KM Cantika 99 yang hari itu dipenuhi penumpang dari berbagai kalangan menjadi saksi bisu dari pendekatan politik yang lebih humanis dan inklusif.

Bagi sebagian warga, kehadiran BTM dalam perjalanan mereka bukan hanya menjadi kejutan menyenangkan, tetapi juga harapan baru akan hadirnya pemimpin yang benar-benar
peduli dan hadir bersama rakyat.

Harapan itu kini mengemuka, bahwa gaya kepemimpinan seperti yang ditunjukkan BTM dapat menjadi model baru dalam tata kelola pemerintahan di Papua. Lebih dekat, lebih mendengar, dan lebih mengabdi.

(Hr/Rck)