Keerom, Teraspapua.com – Di ujung timur Indonesia, di antara lebatnya hutan dan perbukitan perbatasan Papua Nugini, secercah cahaya kini mulai menembus gelap yang bertahun-tahun menyelimuti kehidupan warga. Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, yang selama ini menjadi bagian dari wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), perlahan-lahan mulai berubah.
Bukan hanya dari semangat warganya yang pantang menyerah, tetapi juga dari lampu-lampu yang kini menyala di rumah-rumah, sekolah, hingga puskesmas. Listrik yang dulu hanya angan, kini menjadi kenyataan. Kehadirannya tak sekadar menjadi penerang malam, tapi juga pembuka jalan bagi tumbuhnya ekonomi lokal, kemajuan pendidikan, dan peningkatan layanan kesehatan.
Ekonomi Lokal Mulai Bergerak
Di Kampung Senggi, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom kehadiran listrik telah membuka banyak peluang, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga yang mulai merintis usaha kecil. Salah satunya adalah ibu Nova Muyasin, pelaku UMKM lokal yang kini membuka kios di rumahnya.
“Dulu susah. Sekarang karena ada listrik, saya bisa jualan sampai malam. Sayur dan buah bisa saya simpan di freezer, besok masih segar untuk dijual,” ungkap ibu Nova, Jumat (10/10/2025)
Menurutnya, Listrik memberi harapan baru, ekonomi mikro tumbuh, pekerjaan tercipta, dan roda perekonomian desa mulai bergerak. Warga tidak lagi harus pergi jauh ke kota untuk mencari penghidupan.
Pendidikan: Dari Pelita ke Layar Digital
Di dunia pendidikan, dampak kehadiran listrik terasa sangat signifikan. Di SMK Negeri 2 Agribisnis dan Agroteknologi Keerom yang terletak di Distrik Senggi, siswa- siswi kini belajar dengan menggunakan komputer dan teknologi digital lainnya.
Faisal, operator Dapodik di sekolah tersebut, menceritakan transformasi besar yang terjadi sejak listrik masuk. Dulu kami hanya mengandalkan genset, itu pun sering mati. Sekarang, pelaksanaan ujian nasional dan asesmen bisa dilakukan dengan komputer. Hampir semua guru sudah menggunakan infokus saat mengajar,” jelasnya.

“Kami bahkan bisa mengadakan senam bersama setiap Jumat karena sudah ada pengeras suara. Anak-anak juga bisa mengakses materi pelajaran dari internet. Ini perubahan yang luar biasa.”
Listrik tak sekadar menerangi ruang kelas. Ia membuka jendela dunia, memungkinkan anak-anak di perbatasan belajar dengan standar yang sama dengan pelajar di wilayah lain Indonesia.
Kesehatan: Listrik yang Menyelamatkan Nyawa
Bagi Puskesmas Senggi, kehadiran listrik ibarat napas baru. Sebelum ada listrik, layanan kesehatan berjalan dalam keterbatasan. Sampel darah dan obat-obatan yang memerlukan pendinginan tidak dapat disimpan dengan baik. Proses persalinan malam hari berlangsung dengan penerangan seadanya. Kini, situasinya berubah drastis.

“Dulu kami hanya mengandalkan solar cell. Tapi sekarang, dengan pasokan listrik yang stabil 24 jam, kami bisa bekerja lebih maksimal,” kata Antonius Hamong, Kepala Puskesmas Senggi.
“Vaksin dan beberapa obat yang memerlukan suhu khusus kini bisa disimpan aman. Pemeriksaan darah, urine, dan prosedur medis lainnya berjalan lebih efektif. Ini benar- benar menyelamatkan nyawa.”
Listrik telah menjadi bagian penting dari pelayanan kesehatan. Ia memungkinkan dokter dan perawat bekerja dengan alat yang layak, dan pasien mendapatkan perawatan yang semestinya.
Energi Berdaulat, Harapan dari Timur
Distrik Senggi di Kabupaten Keerom kini menjadi contoh nyata bagaimana pemerataan energi bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga investasi dalam peradaban. Listrik menjadi fondasi kokoh bagi bangkitnya ekonomi, majunya pendidikan, dan menguatnya layanan kesehatan.
Dengan semangat “Energi Berdaulat untuk Indonesia Kuat”, pemerintah, PLN, dan masyarakat bergandengan tangan membuktikan bahwa terang tidak hanya untuk kota besar.
Dari pelosok Papua, di perbatasan yang dahulu gelap, kini cahaya telah menyala, menerangi masa depan. Dari Keerom yang kini terang, Indonesia berdiri lebih kuat dan
merata.
(Harlet/Teraspapua.com)