Jayapura, Teraspapua,com – Jayapura adalah kota perdagangan dan jasa, sehingga masyarakat kota Jayapura dituntut untuk menjadi masyarakat yang kreatif dan inovatif, dalam mengembangkan semua potensi yang dimiliki, dengan didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang mampu, untuk mengelola potensi yang dimiliki.
Hal tersebut disampikan Penjabat (Pj) Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, kala menghadiri sekaligus membuka Festival Kuliner Indonesia Volume II Grand Tabi Hotel Jayapura, Jumat (14/7/2023).
Dikatakan, pameran ekonomi kreatif kuliner dan berbagai jenis ekonomi kreatif yang terus di galang dan didorong, bukan saja oleh pemerintah, tetapi juga semua pihak terlibat di dalamnya. Sehingga, melalui Festival Kuliner ini kata Frans Pekey, dapat terus mendorong kota Jayapura menjadi kota ekonomi kreatif.
“Pemerintah kota, tentu memberikan apresiasi yang tinggi kepada semua pihak yang dengan kemampuan yang dimiliki, dengan sumber daya yang dimiliki masing-masing, mampu untuk bisa menghidupkan dunia ekonomi kreatif di kota Jayapura.” Ujarnya.
Lewat event-event inilah tambah Pekey, menjadi tempat untuk masyarakat menampilkan keterampilan ataupun juga kemampuan yang dimiliki, dalam mengolah berbagai potensi, dengan menawarkan berbagai jenis hasil olahan berbahan pangan lokal.
Lanjut kata Pekey, ada beberapa hal yang harus menjadi catatan dan perhatian para pelaku ekonomi kreatif di bidang kuliner. Diantaranya, menyangkut kebersihan.
“Artinya bahwa, apa yang kita sajikan betul-betul bersih. Aspek ini penting, baik bersih dari para pelaku ataupun juga yang mengelola. Bersih bahannya, lingkungannya, serta peralatan yang digunakan.” Papar Frans Pekey.
Selain faktor kebersihan, Pekey juga menekankan pentingnya aspek kualitas mutu. Agar benar-benar bisa masuk ke dunia pasar yang kompetitif dan bisa bersaing dengan berbagai produk yang dihasilkan.
Dirinya menambahkan, produk yang dihasilkan dari olahan pangan lokal, khususnya di kota Jayapura, jangan sampai meninggalkan masakan asli masyarakat kota ini.
“Misalnya bahan sagu, sekarang dengan kemampuan mengolah sagu menjadi biscuit dan apa saja, tetapi jangan tinggalkan Papeda. Harus tetap ada.” Tandas Pekey.
Dengan adanya sagu yang disajikan dalam setiap event, kata Pekey, akan menggambarkan ciri khas keaslian orang Papua yang dapat ditunjukkan kepada setiap orang yang berkunjung ke Papua, sehingga ciri khas tersebut tetap hidup dan dipertahankan.
“Akhirnya saya menyampaikan terimakasih kepada manajemen Hotel Grand Tabi, yang telah menginisiasi kegiatan ini. Saya berharap, hotel-hotel yang lain juga bisa mengikuti Horison Grup untuk menyelenggarakan kegiatan seperti ini.” Pungkas.
(Dani/Har)