Jayapura, Teraspapua.com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Jayapura, menggelar sidang penetapan cagar budaya Situs Gunung Srobu, Senin (20/5).
Asisten I Setda Kota Jayapura, Evert Nocolas Merauje yang mewakili Penjabat (Pj) Walikota membuka sidang tersebut mengatakan, penetapan status Gunung Srobu sebagai cagar budaya sangatlah tepat.
Dikatakan, pada situs Gunung Srobu, ditemukan 5 area struktur megalitik dengan varian bentuk seperti batu temu gelang, arca megalitik, menhir, dolmen, bangunan berundak, kubur perigi, limpung batu dan lain-lain.
Kesemuanya itu kata Merauje, berasal dari masa akhir prasejarah. Yaitu pada 1740 tahun silam, atau pada abad ke-4 masehi.
“Berdasarkan data-data tersebut, mencerminkan bahwa situs Gunung Srobu memiliki arti penting bagi sejarah ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, agama dan lain-lain.” Ujarnya.
Selain itu kata dia, potensi budaya situs Gunung Srobu menjadi tinggalan budaya yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan, khususnya masyarakat kota Jayapura.
Mengingat pentingnya kedudukan situs tersebut dalam sejarah kebudayaan Indonesia, Merauje berharap, dengan terawatnya warisan budaya situs Gunung Srobu, menjadi memori kolektif bagi masyarakat kota ini.
“Hari ini babak baru sejarah peradaban manusia Papua khususnya kota Jayapura dan tanah Tabi. Karena situs Gunung Srobu bisa disidangkan dan nantinya ditetapkan sebagai cagar budaya kota Jayapura.” Tandasnya.
Sementara itu, ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Pusat, Surya Helmi mengatakan, situs Gunung Srobu nanti ditetapkan dahulu sebagai cagar budaya. Setelah ditetapkan, baru kemudian diperingkatkan.
“Setelah ditetapkan, baru diperingkatkan, untuk menjadi peringkat kabupaten kota.” Terang Helmy.
Dikatakan, jika nantinya nilai situs Gunung Srobu bisa dibuktikan untuk masuk peringkat nasional, maka dirinya akan mengusulkan ke tingkat nasional.
Untuk itu dirinya berharap akan adanya perhatian dari pemerintah kota Jayapura, untuk menggiatkan aktivitas TACB. Karena menurutnya, TACB tidak akan bisa beraktivitas, jika tidak ada perhatian dari pemerintah.
“Kita sudah mempersiapkan 11 naskah, yang nanti akan disidangkan. Harapan saya jangan berhenti sampai di sini, karena kota Jayapura sangat potensial dengan budaya.” Pungkas Helmy.
Sementara itu Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Jayapura, Grace Linda Yoku menyebutkan, tradisi megalitik situs Gunung Srobu mulai dipraktekkan pada abad ke-4 masehi.
Hal tersebut kata Yoku, berdasarkan pertanggalan absolut yang diperoleh dari situs ini. Dan masih banyak lagi yang ditemukan pada lokasi tersebut.
“Untuk itu, tentunya diperlukan suatu kebijakan pengelolaan situs yang tepat. Sehingga dalam pemanfaatannya, kondisi situs tetap Lestari.” Tandas Yoku
(santy)