Manfaatkan Waktu Libur, Mukri Hamadi Kunjungi dua Sanggar di Yabansai

Ketua Komisi A DPRD Kota Jayapura, Mukri M. Hamadi, S, IP saat berdiskusi dengan anak-anak sanggar seni PHU Khouw Kelurahan Yabansai

Jayapura, Teraspapua.com – Anggota DPRD Kota Jayapura dari fraksi PDI Perjuangan, Mukri M. Hamadi, S, IP memanfaatkan waktu libur untuk melakukan kunjungan dan tatap muka dengan pembina dan anak –anak sanggar seni PHU Khouw dan sanggar batik PHU Khouw Kelurahan Yabansai, Distrik Heram.

Sebelumnya, Ketua Komisi A DPRD Kota ini, mamanfaatkan waktu untuk meninjau jembatan aimaleu yang ambruk di RW 0, Sabtu (4/12).

Mukri Hamadi mengemukakan, dua sanggar yang dikunjungi sore ini, adalah potensi – potensi wilayah di kota Jayapura yang berskala kecil tapi sebenarnya mempunyai prospek.

“Baik seni tari maupun pembuatan batik Papua. Keduanya merupakan kemauan masyarakat untuk berusaha dalam meningkatkan pendapatan,” kata Mukri.

Kunjungan kali ini perdana untuk mengetahui posisi mereka saat ini. Kita akan bantu lewat kewenangan yang ada pada Dewan, untuk bisa mendorong potensi seperti ini di Kota Jayapura.

Misalnya ujar Mukri, seni batik dan pemasarannya selama ini sudah mendapat dukungan dari pemerintah dan juga pihak terkait lainnya. Tapi hanya sifatnya memberikan stimulan untuk dia berusaha dengan tenaga kerja 10 orang.

“Sebenarnya, pasar peminat batik di Papua dan Indonesia secara keseluruhan itu sangat tinggi, tapi bagaimana kita menciptakan pola industri rumahan batik yang lebih modern dan mempunyai pasar jelas,” kata Mukri.

Menurut politisi PDIP Perjuangan ini, konsep-konsep itu yang sudah harus dipikirkan oleh para regulator dalam membangun unit kerja masyarakat dalam level kecil seperti sanggar seni.

Usaha – usaha menengah yang kecil inilah yang menjadi pondasi perekonomian kita. Sebagai kota yang berkembang dan mempunyai peluang bisnis besar tentu harus di dukung, apalagi yang mengerjakan adalah mama – mama asli Papua.

“Jadi, ini bentuk-bentuk nyata mereka untuk bisa tampil, bersaing di dunia industri batik,” cetusnya,

Kunjungan kali ini jelas Ketua Komisi A DPRD Kota ini, tentu kita sudah mengetahui kondisi awal mereka. Kita akan terus memberikan dukungan yang sifatnya meningkatkan produksi dan meningkatkan pasar mereka.

Pria yang akrab disapah MH ini juga mengatakan, banyak sekali corak-corak yang harus dilindungi sehingga kita berpikir untuk mendorong penetapan hak paten bagi corak-corak mereka sehingga itu dilindungi.

Agar nantinya, dalam persaingan bisnis batik atau corak ada gagasan – gagasan Papua yang dilindungi terutama Port Numbay,” sambung MH.

Untuk itu, dalam waktu dekat kita harus bicara dengan Kementerian Hukum dan HAM dalam konteks hak hak paten terhadap sanggar – sanggar tari di kota Jayapura secara keseluruhan.

‘Jadi, sampel yang kami ambil ini di sanggar tari yang tentu masih baru, padahal mereka punya semangat dan potensi serta kemauan mereka untuk mementaskan seni tari, tarik suara, drama adalah satu kesatuan seni yang bisa kita jual,” papar MH.

Karena menurut MH, Kota Jayapura sebagai jota jasa, maka tentunya konteks-konteks seperti itu harus terus koordinasi dengan perkembangan kota kita.

Misalkan, kota Jayapura mempunyai lokasi festival Teluk Humbolt harus kita dorong untuk memanfaatkan tempat tersebut yang telah dibangun di pantai Hamadi yang akan berkolaborasi dengan sanggar-sanggar yang lain.

“Sehingga, ada bisnis hiburan dan ini sudah harus dipikirkan dan dirancang di tahun depan sehingga sanggar-sanggar yang ada dipacu untuk bisa terlibat dalam pagelaran, yang bukan saja festival tahunan, bulanan atau event-event nasional maupun daerah, HUT kota, hari – hari besar, tapi lebih ke pada industri hiburan,” papar MH.

Jadi tambah Mukri, setelah orang datang untuk menikmati hiburan seni tapi juga menikmati kuliner-kuliner yang ada, tentunya dalam bisnis seni yang tentu ada perhitungan-perhitungan yang berimbas kepada Pendapatan asli daerah.

Selain itu, pada konten-konten yang lain seperti di cafe-cafe besar yang menjual panorama, juga ada event-event yang kerjasama dengan mereka kemudian diatur dari sini harga jual makanan dan seni.

Hal itu, harus didorong oleh pemerintah untuk mengkombinasikan semua usaha jasa di kota Jayapura dengan sumber daya sumber daya potensi kita,” tukasnya.

Sementara Kepala Kelurahan Yabansai, Luis Hndrik Mebri mengakui untuk sanggar ini ada pembinaan dari Kelurahan.

“Jadi kami support melalui dana – dana stimulant, seperti bantuan alat musik busana dan lain-lain,” terang Luis.

Menurut Lurah, tempat sanggar ini belum representative sehingga diharapkan tahun depan bisa dibangun tempat pelatihan oleh dinas terkait supaya mereka tetap eksis dalam pelatihan-pelatihan,” tukasnya.

(Let)