Jayapura, Teraspapua.com – Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, Benhur Tomi Mano dan Constant Karma (BTM-CK), menggelar konferensi pers bersama Koalisi Perjuangan Rakyat di kediaman BTM, Jalan Jeruk Nipis, Kotaraja, Kota Jayapura, Jumat (17/10/2025).
Acara ini dihadiri oleh para relawan, simpatisan, serta pendukung pasangan BTM–CK dari berbagai wilayah di Papua. Suasana penuh keharuan dan semangat perjuangan tampak saat kedua tokoh ini menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus refleksi atas hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2025.
Dalam konferensi pers tersebut, BTM menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh relawan dan simpatisan yang telah berjuang selama proses Pilkada. Ia menegaskan bahwa perjuangan mereka bukan semata untuk kemenangan politik, melainkan demi kebenaran, keadilan, dan demokrasi yang jujur di Tanah Papua.
“Saya ingin menyampaikan kepada seluruh rakyat Papua kita adalah pemenang sejati. Hanya saja, sistem dan proses yang tidak adil telah menyingkirkan suara rakyat. Kami tidak kalah oleh rakyat, kami dikalahkan oleh sistem yang tidak benar,” ujar BTM.
Ia menyoroti sejumlah kejanggalan dalam proses Pilkada, termasuk keputusan yang dianggap tidak transparan dan bertentangan dengan hukum. Menurutnya, calon wakil sebelum Yermias Bisai telah memenangkan gugatan di PTUN Manado, dan Makhama Agung terkait suket namun keputusan tersebut diabaikan.
“Ada waktu 30 hari bagi calon untuk memperbaiki kesalahan administrasi, tapi mengapa KPU tidak memberi tahu kami. Ini bentuk ketidakadilan yang nyata,” tambahnya.
BTM juga menyinggung soal matinya demokrasi di Papua, yang menurutnya menjadi simbol duka bagi rakyat. Para simpatisan yang hadir mengenakan pakaian hitam sebagai tanda berkabung atas kondisi demokrasi tersebut.
“Hari ini kami mengenakan pakaian hitam sebagai tanda matinya demokrasi di tanah Papua. Kebenaran sedang diputarbalikkan, tapi saya yakin kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Tuhan Yesus tidak buta dan tidak tidur,” tegasnya.
BTM menegaskan bahwa dirinya dan Constant Karma adalah pemimpin pilihan rakyat Papua, bukan hasil intervensi politik dari pusat.
“BTM–CK bukan pilihan Jakarta, kami pilihan rakyat. Kami lahir dari hati nurani rakyat Papua. Tapi pemerintah pusat justru melantik mereka yang kalah, bukan mereka yang dipilih rakyat,” katanya.
Ia juga mengimbau para pendukung untuk tetap tegar dan tidak kehilangan semangat perjuangan.
“Jangan menangis, angkat kepala dan pandang ke depan. Kita bukan pecundang. Kita adalah petarung. Air mata rakyat menetes karena demokrasi telah dicurangi, tapi perjuangan kita belum berakhir,” ucap BTM.
Sementara itu, Constant Karma dalam pernyataannya mengajak seluruh pendukung untuk tetap bersatu, sabar, dan tidak terprovokasi. Ia menegaskan bahwa perjuangan mereka akan terus berlanjut dalam bentuk lain yang lebih konstruktif.
“Kami berdua, Benhur Tomi Mano, menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh relawan dan simpatisan di kota, kampung, lembah, pesisir, dan daratan. Perjuangan kalian luar biasa. Ini bukan akhir, tapi awal dari jalan baru yang lebih besar,” ujar Karma.
Ia menambahkan, kekalahan yang dialami bukan karena kurangnya dukungan rakyat, melainkan karena proses demokrasi yang tidak jujur.
“Kita dikalahkan bukan oleh rakyat, tapi oleh sistem yang tidak benar. Suara rakyat dihapus, diubah, bahkan dihilangkan tanpa rasa bersalah. Namun suara nurani kita tidak pernah padam, karena kebenaran tidak mati,” katanya.
BTM–CK juga menyampaikan pesan kepada pemerintah pusat agar menghormati nilai-nilai demokrasi dan tidak menutup mata terhadap suara rakyat Papua.
“Kami meminta pemerintah pusat untuk menunjukkan keteladanan dalam berdemokrasi. Jangan biarkan suara rakyat Papua diabaikan, karena ketika rakyat kehilangan kepercayaannya, demokrasi kehilangan jiwanya,” ungkap BTM.
Kepada seluruh pendukung, BTM-CK berpesan agar tidak membubarkan komunitas dan paguyuban perjuangan yang sudah terbentuk selama ini. Sebaliknya, mereka mendorong agar
wadah tersebut dijadikan organisasi resmi yang kritis dan konstruktif terhadap jalannya pemerintahan di Papua.
“Kritik yang membangun adalah bentuk cinta terhadap tanah ini. Jangan berhenti mencintai Papua hanya karena kita kalah dalam politik,” tuturnya.
Di akhir konferensi pers, pasangan BTM–CK mengajak seluruh pendukung untuk kembali menjalani peran mereka masing-masing di masyarakat, tanpa kehilangan semangat dan idealisme.
“Kita akan tetap bertemu, bukan lagi di posko atau panggung kampanye, tapi di rumah ibadah, di pasar, di kebun, dan di dermaga. Teruslah bekerja dengan jujur, tanamkan harapan, dan ajarkan kebenaran pada anak-anak kita. Karena perjuangan ini belum selesai,” pesan BTM.
(Har/Rck)
















