Banyak Bahasa Daerah di Kota Jayapura Terancam Punah Karena Kurangnya Penutur Asli

Asisten I Bidang Pemerintahan, Evert Nicolas Merauje, S.Sos., M.Si saat memberikan sambutan

Jayapura, Teraspapua.com – Pemerintah kota Jayapura melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Dialog Publikasi Bahasa dan Sastra Port Numbay di Grand Abe Hotel, Senin (12/8/2024).

Asisten I Bidang Pemerintahan, Evert Nicolas Merauje, S.Sos., M.Si membukan kegiatan tersebut mewakili Pj Walikota Jayapura, Christian Sohilait, ST, M, Si yang turut dihadiri Ketua LMA Port Numbay, George Awi, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Abdul Majid, para kepala sekolah dan sejumlah peserta didik.

banner 325x300banner 325x300

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memeriahkan HUT kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 tingkat kota Jayapura.

Pj Walikota Jayapura Christian Sohilait dalam sambutan yang diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan, Evert Nicolas Merauje mengatakan, publikasi bahasa dan sastra ini merupakan sebuah forum yang sangat penting dalam upaya kita untuk menggali, melestarikan, mengembangkan kekayaan bahasa dan sastra di kota Jayapura.

“Kota Jayapura memiliki wilayah administrasi sebanyak 5 Distrik, 14 kampung di dalamnya menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa identitas dari setiap kampung dan memiliki berbagai suku dan sub suku-suku yang berada pada setiap kampung,”kata Merauje.

Dengan demikian lanjut Merauje, bahasa ibu kampung-kampung memiliki kekhasan dalam berkomunikasi, dan semua bahasa Ibu merupakan warisan budaya yang berada di kota Jayapura/ Port Numbay.

Dikatakan, bahasa Ibu adalah elemen fundamental yang membentuk identitas sebuah daerah. Melalui bahasa ibu, kita menyampaikan pikiran, perasaan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.

“Sementara itu sastra menjadi cermin dari kehidupan masyarakat, menyimpan sejarah dan menjadi media untuk mengekspresikan kreativitas dan kearifan lokal bahasa ibu,” ujarnya.

Dikatakan, Port Numbay, kota Jayapura, memiliki keragaman bahasa ibu, oleh karena itu saya sangat mengapresiasi inisiatif untuk menyelenggarakan dialog publik ini.

’’Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi dan tukar pikiran, tetapi juga sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kita bersama dalam menjaga dan memajukan bahasa ibu yang sedang mengalami kepunahan di daerah kita’’ katanya.

Menurunya, pelestarian dan mempertahankan, bahasa daerah, tidak mengalami kepunahan adalah sebuah tujuan penting dalam menjaga identitas budaya masyarakat Port Numbay dan kearifan lokal, melindungi warisan budaya.

Ditambahkan, bahasa daerah, bahasa Ibu adalah salah satu warisan budaya yang mencerminkan sejarah nilai dan tradisi suatu komunitas, dengan melestarikan bahasa daerah. Kita menjaga keberlanjutan warisan budaya bagi generasi mendatang.

‘’Mempertahankan bahasa Ibu dapat meningkatkan rasa kebanggaan di kalangan masyarakat, membantu memperkuat ikatan sosial dalam bersosialisasi dan bermasyarakat,’’ ujarnya.

Untuk itu saya berpesan kepada dinas terkait agar bisa mendorong pengembangan bahasa ibu dan literasi, sehingga upaya pelestarian bahasa daerah juga dapat tercapai dengan baik.

Dengan demikian kata Merauje, sebagai pemerintah kita dapat mencegah kepunahan bahasa lokal di kota Jayapura sebagaimana yang kita ketahui bahwa di kota Jayapura banyak bahasa daerah yang terancam punah karena berkurangnya penutur asli.

“Dengan melestarikan bahasa daerah kita membantu mencegah kepunahan bahasa ini dan menjaga keberagaman linguistik di kota Jayapura,” tandasnya.

Di tempat yang sama Plt.Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, Abdul Majid, S, Pd, M, MPd mengatakan, bahasa daerah merupakan aset yang besar, merawat dan memperlakukan aset seperti bahasa daerah tertentu saja berbeda dengan cara melihat aset berupa benda.

‘’Bahasa daerah merekam kearifan lokal, hasanah pengetahuan dan kebudayaan dan kekayaan batin penuturnya. Kepunahan bahasa daerah sama artinya dengan hilangnya aset-aset tak benda yang terekam di dalam bahasa daerah tersebut’’ kata Abdul Majid.

Menurutnya, lebih dari 3/4 bahasa daerah terdapat di wilayah Indonesia timur dengan jumlah penutur yang rata-rata sedikit, akibatnya ancaman kepunahan bahasa-bahasa daerah seperti ini menjadi sangat kuat, situasinya akan makin parah kalau tidak ada keberpihakan dari penuturnya dan dari pemerintah daerah setempat.

Dikatakan, telah banyak upaya pelestarian bahasa daerah yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui badan bahasa dan unit pelaksana teknis lainnya di 30 provinsi, banyak melakukan kerjasama pemangku kepentingan setempat, upaya itu bukan tidak berhasil melainkan harus dikuatkan.

Tampaknya kurang optimalan itu terjadi karena perlindungan bahasa daerah belum dilandasi pemikiran yang komprehensif, holistik dan terintegratif,’’ imbuhnya.

“Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Jayapura merupakan instansi pemerintah yang bertugas melaksanakan pengembangan pembinaan dan perlindungan bahasa dan sastra daerah,” ujarnya.

Saelain itu, bertanggung jawab untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan sikap positif masyarakat kota Jayapura terhadap bahasa dan sastra Indonesia dan daerah.

“Salah satu kegiatan dilaksanakan adalah publikasi bahasa daerah yang merupakan kegiatan untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang sejauh mana perkembangan bahasa daerah dalam revitalisasi, pelestarian, pendokumentasian bahasa daerah masing-masing di kampung di Port Numbay,” papar Abdul Majid.

Dikatakan, tujuan kegiatan publikasi adalah tahapan puncak dari rangkaian kegiatan revitalisasi bahasa daerah. Tujuan akhir dari publikasi bahasa ini, agar para penutur muda dapat menjadi penutur aktif bahasa daerah dan memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa daerah dengan penuh sukacita melalui media yang mereka senangi.

Disamping itu publikasi bahasa juga bertujuan agar berlangsungnya hidup bangsa dan satu daerah terjaga, bahasa dan sastra daerah menemukan fungsi dan ranah barunya dan dapat tercipta ruang kreativitas dan kemerdekaan bagi para penutur bahasa daerah untuk mempertahankan bahasanya.

Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat kota, pemilik bahasa, lembaga pendidikan dan stakeholder yang terkait,” pungksnya.

[Har/Ricko]