Sentani,Teraspapua.com – Mantan Anggota Dewan Paroki Sang Penebus, Paul Leo mendatangi Mapolres Jayapura guna melaporkan Panitia Pembangunan Gereja Katolik Sang Penebus Sentani, Kabupaten Jayapura, Senin (20/04/2020).
Dia melaporkan panitia pembangunan gereja tersebut karena menurutnya tidak adanya tranparansi soal penggunaan dana dari pembangunan gereja tersebut.
“Saya datang ke Kantor Polisi hari ini untuk melaporkan panitia pembangunan gedung gereja, karena system yang mereka gunakan untuk membangun gereja ini tidaklah benar” katanya saat ditemui wartawan di Polres Jayapura usai membuat laporan pagi tadi.
Paul mengungkapkan bahwa ini adalah yang kedua kalinya ia harus menghadap ke pihak berwajib terkait masalah yang dilaporkannya ini.
Dimana sebelumnya, ia sempat melaporkan hal ini ke Polda Papua, namun dari Polda Papua mengarahkannya untuk mendatangi Polres Jayapura karena masalah yang dilaporkannya ini sedang di tangani oleh Polres Jayapura karena pembangunan gedung gereja ini berada di Kota Sentani, Kabupaten Jayapura.
“Tanggal 20 February lalu saya melaporkan masalah ini ke Polda Papua dan dari Polda Papua saya sudah mendapatkan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) bahwa masalah ini sudah ditangani oleh Polres Jayapura sehingga hari ini saya datang kesini untuk memberikan keterangan terkait dengan laporan saya ini” katanya.
Dia menambahkan, SP2HP dari Polda Papua yang dirinya terima dijelaskan bahwa sudah ada 3 orang saksi yang diperiksa terkait kasus tersebut.
“Kedepan akan ada 4 orang lagi yang diperiksa terkait masalah yang saya laporkan ini. Termasuk bendahara pantia pembangunan gedung gereja ini” tukasnya.
Namun katanya, hingga saat ini ke 4 orang tesebut belum datang menemui pihak berwajib untuk memberikan keterangan meski ke 4 orang tersebut sudah dilayangkan undangan dari Polres Jayapura.
“Mereka inikan dipanggil oleh unit yang menangani hal ini, tapi dari keterangan mereka, mereka sudah ketemu Kapolres, inilah yang buat logika saya tidak masuk, mereka dipanggil oleh unit tertentu tapi kok ketemunya langsung sama Kapolres. Ada apa ini” pungkasnya.
Terkait dengan pembangunan Gedung Gereja Katolik Sang Penebus, Paul menjelaskan, cost anggaran yang digunakan untuk membangun gedung tersebut total berjumlah 43 Miliar yang berasal dari sumbangan seluruh umat Katolik dan anggaran yang berasal dari Paroki Sang Penebus itu sendiri.
Namun menurutnya, pembangunan yang dimulai sejak bulan Mei 2019 hingga saat ini masih berupa pondasi dan beberapa tiang bangunan saja telah memakan anggaran sebesar 9 Miliar.
“Masuk akal tidak hanya untuk pondasi dan beberapa tiang saja sudah memakan anggaran sebesar itu. Dan pada ibadah tutup tahun tanggal 31 Desember 2019 lalu, panitia membacakan pengumuman bahwa anggaran untuk pembangunan gedung gereja ini sudah hampir habis “ujarnya.
Lanjutnya,Kalau yang digunakan itu Rp9 Miliar dan dana pembangunan ini sudah hampir habis lalu Rp34 Miliar dari total cost anggaran ini kemana, karena sampai hari ini juga tidak ada rinciannya. Sedangkan pembangunan Gereja Katedral Kristus Raja di Dok V hanya memakan anggaran kurang lebih Rp40 Miliar.
Saya akan terus vocal untuk mengawal hal ini karena gedung gereja baru dari Paroki Sang Penembus ini merupakan impian dari umat Katolik yang ada di Sentani dan sekitarnya, dan dana inipun berasal dari umat itu sendiri, jadi janganlah diselewengkan.
“ Yesus yang lemah lembut dan penuh kasih saja bisa marah ketika melihat ‘Rumah Tuhan’ dijadikan pasar, lalu bagaimana mungkin saya yang hanya manusia biasa akan diam saja ketika dana yang berasal dari umat yang diperuntukan untuk membangun ‘Rumah Tuhan’ itu diselewengkan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab” tutupnya.
Sementara itu Ketua Panitia Pembangunan Gereja Sang Penebus, Yeery F. Dien tidak dapat dihubungi untuk mengkonfirmasi masalah ini baik melalu sambungan telepon maupun pesan singkat yang telah dikirimkan kepadanya.
(yurie)