Jayapura,Teraspapua.com – Atas nama lembaga DPR Papua menyampaikan permohonan maaf kepada Ketua Sinode KINGMI di Tanah Papua, Pdt. Benny Giyai.
Permintaan maaf tersebut dilontarkan Wakil Ketua I DPR Papua, Yunus Wonda,SH terkait peristiwa penghadangan yang terjadi di depan pintu masuk DPR Papua, pada 16 Agustus 2021, lalu. Saat itu Ketua Sinode KINGMI, Pdt. Benny Giyai dan hamba Tuhan lainnya hendak melakukan kegiatan ibadah bersama di halaman kantor DPR Papua.
“Kami atas nama lembaga DPR Papua menyampaikan permohonan maaf, tidak ada faktor kesengajaan sedikit pun dari lembaga atau memerintah kepada siapa pun untuk menghadang bapak pendeta sebagai tokoh pemimpin gereja di Papua,” ujar Yunus Wonda via telepon, Kamis siang (19/08).
Dirinya meyarankan, agar kedepan aparat kepolisian dalam bertugas di DPR Papua, ketika ada tokoh – tokoh besar, baik tokoh agama, tokoh gereja dan tokoh masyarakat yang datang, agar harus konsultasi lebih dulu dengan pimpinan DPR Papua.
“Apakah DPR Papua menyetujui untuk menerima atau tidak, jangan sampai mereka menganggap kami tidak menerima aspirasi mereka padahal, DPR Papua ini adalah lembaga dimana menampung seluruh aspirasi rakyat Papua.
” Apa pun yang mereka sampaikan, itu wajib untuk diterima. Menerima dan mendengarkan, sehingga jangan sampai terkesan bahwa kami juga ikut menutup diri dan tidak memberikan ruang terhadap tokoh – tokoh agama, adat dan masyarakat yang ada di Papua. Tidak seperti itu,” tandasnya.
“Jadi jangan terjadi hal sepert itu lagi. Itu tidak boleh, karena lembaga DPR adalah lembaga penyambung lidah rakyat, sehingga harus tetap ada ruang terbuka untuk seluruh rakyat Papua. Tinggal rakyat yang datang untuk menyampaikan aspirasi mereka,” sambungnya.
Hanya saja kata Politikus Partai Demokrat itu, harus memperhatikan kondisi saat ini yang masih pademi Covid-19, sudah pasti harus mengutamakan protokol kesehatan. Bahkan, jumlahnya pun juga harus dibatasi, sehingga tidak melanggar Prokes yang sedang diterapkan saat ini.
“Jadi sekali lagi, dengan kejadian yang terjadi kemarin, atas nama lembaga DPR Papua kami mohon maaf kepada tokoh gereja, tokoh agama bapak Pdt. Benny Giyai dan juga kepada semua masyarakat Papua,” tekannya.
Yang jelas, tegas Yunus Wonda, tidak ada niat sedikit pun dari lembaga untuk menghalangi. Pdt Benny Giyai untuk datang ke DPR Papua, apalagi dengan niat mendoakan kami yang ada di lembaga DPR Papua ini.
“Pak pendeta hadir hanya untuk berdoa dan mereka juga datang bukan dengan jumlah yang besar, atau membawa massa, karena niatnya semata-mata untuk berdoa. Masakan kita harus melarang orang datang untuk berdoa dan beribadah. Inikan tidak boleh,” tuturnya.
Untuk itu, Wakil Ketua I DPR Papua ini meminta untuk tetap menjaga hubungan ini dengan baik, supaya kedepannya lembaga ini harus benar-benar terjaga dengan baik pula.
“Karena lembaga DPR Papua ada untuk rakyat yang siap dan bisa menampung seluruh aspirasi rakyat. Makanya hal ini harus tetap kita pertahankan,” tegasnya.
Terkait kedatangan mereka yang dianggap momentnya tidak pas yakni bertepatan dengan Sidang Mendengar Pidato Kenegaraan Presiden RI, Yunus Wonda mengatakan, walau bagaimana pun pihak keamanan harus tetap lakukan komunikasi dengan pimpinan DPR Papua.
“Karena yang punya rumah itu kan adalah lembaga DPR Papua, sehingga hal itu harus dijaga dengan baik. Kami DPR juga tidak mau dianggap, kami ikut menghalangi mereka untuk bertemu dengan kami. Jadi, kami berharap semua hubungan ini harus dijaga dengan baik. Baik antara kami DPR dengan rakyat, hubungan TNI/Polri dengan masyarakat, dan juga TNI/ Polri dengan DPR,” harapnya.
Jadi sekali lagi, hubungan ini harus kita jaga semua, sehingga tidak menjadi gejolak genolak baru atau gesekan gesekan baru. Tapi bagaimana kita menjaga semua situasi ini dengan baik dan kita harus mengedepankan kondisi Papua agar aman dan nyaman,” timpalnya.
Namun terlepas dari itu semua, Yunus Wonda menambahakan, atas nama lembaga DPR Papua menyampaikan permohonan maaf kepada Pdt Benny Giyai, yang merupakan tokoh geraja dan lebih khusus seluruh umat gereja Kingmi tapi juga kepada masyarakat Papua pada umumnya,” tukas Yunus Wonda.
(Vmt)